Nina Mahesa permpuan Solehah terpaksa menikah dengan laki-laki bernama Aldi Kurniawan.
laki-laki yang tampan kaya namun jauh dari agama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sumi hulwah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 "Nasihat"
Assalamu'alaikum....
Apa kabar temen-temen semua?" Sapa Nina saat menghampiri teman-temannya di majelis.
" Wa' alaikumussalam....
Nina, apa kabar, kapan balik?"
Teriak seorang perempuan yang menghampiri Nina dan langsung memeluk nya, terpancar sebuah kerinduan di antara mereka.
" Alhamdulillah baik mba, mba Ningsih sendiri apa kabar?"
" Alhamdulillah baik?"
" teman-teman apa kabar?"
Nina menyalami satu per satu anak-anak remaja didiknya yang sedang mengaji di masjid.
Semenjak Nina kerja, anak-anak di titipkan ke Ningsih, untuk slalu di beri arahan supaya kelak menjadi anak-anak solehah.
" Mba Nina, nanti aku mau curhat yah?"
Ucap seorang anak yang bernama Aulia.
" Oke, sekarang juga boleh!"
Setelah meminta izin ke Ningsih, Nina dan Aulia pergi mencari tempat untuk berbicara.
Sebelumnya Ningsih sudah memberi tahu, bahwa Aulia sedang ada masalah, sebagai teman yang solid, Nina memutuskan untuk pulang dan membantu menyelesaikannya.
Kalau boleh jujur, ini juga buat kesempatan Nina menghindar dari laki-laki sombong yang menyebalkan, siapa lagi kalau bukan Aldi, kakak dari Vika.
Entah mengapa Nina begitu enggan, untuk bertemu dengan makhluk satu itu, bicara saja sebenarnya tidak mau, tapi sangatlah sulit untuk menghindar, apa lagi kalau si laki-laki itu pulang ke rumahnya, banyak banget drama antara kakak dan adik.
Nina mengingat kejadian pagi ini, di tambah dengan kejadian Vika di sekolah, bikin pusing kepalanya.
Jangan sampai aku sering berinteraksi dengan tuan Aldi.
Selain terhindar dari fitnah , Nina juga ingin selalu menjaga hatinya, agar tetap bersih dari yang namanya menyukai atau mencintai.
Ya kali aja suka sama bos sendiri?
Nggak banget lah yah....
Udah ah...
" Mba" ucap Aulia memulai pembicaraan
" ya, kenapa Aulia?"
Nina memandang lekat wajah remaja itu.
Terlihat kesedihan yang mendalam, ia pun mengelus punggung gadis itu, yang mulai bergetar menumpahkan kesedihannya.
" Menangis lah, itu akan membuat hati sedikit lega"
Sebenarnya apa yang membuat kau sampai sesedih ini Aulia? Nina bertanya dalam hati
" kak aku di putusin sama pacar aku, setelah dia ketahuan selingkuh"
Astaghfirullah, memang yah remaja saat ini payah banget, baru di putusin sama pacar aja, sedihnya nggak ketulungan.
Nina geleng-geleng kepala, menanggapi ucapan Aulia.
" Bukankah dari dulu Kaka sudah bilang ke kamu dan yang lain, untuk tidak berpacaran?"
" Maaf kak, tapi aku penasaran, gimana rasanya pacaran"
" Astaghfirullah, Kaka tidak menyangka, kamu akan seberani ini"
Terlihat raut kekecewaan dari sorot mata Nina.
" Maaf kak"
" Salah satu kenapa kita di larang untuk pacaran, yaitu selain mendekati dengan zina, terus supaya kita tidak ngerasain yang namanya sakit hati, lah orang - orang yang melakukan itu, berarti memang sudah menyiapkan hatinya untuk di sakit, gimana rasanya, enak?"
Aulia kembali menangis, ia menyesali perbuatannya.
" Harusnya kamu bersyukur, karena Allah sudah membuka tabir keburukan pacar kamu saat ini, coba kalau tabir itu di buka setalah menjadi suami mu?
Rasanya mungkin lebih sakit lagi"
Nina begitu tegas, saat mendapati remaja yang di kenalnya melakukan kesalahan ia bertindak seperti layaknya seorang kakak peduli akan adiknya.
" Jadikan ini pelajaran berharga buat mu Aulia, usia mu masih muda, gunakan untuk belajar meraih prestasi sebanyak-banyaknya, bikin bangga orang tuamu, jangan malah nambah dosa terus-menerus untuk mereka karena perbuatan buruk mu itu!"
Jelek...
Ada yang seolah menusuk hati gadis itu, saat mendengar kata-kata Nina yang tanpa filter.
Nina sendiri merasa bersalah, melihat raut muka Aulia yang kembali mendung.
" Maafin Kaka ya, tidak bermaksud menyakiti perasaan mu"
Nina meluk Aulia dengan lembut.
" Kakak sayang padamu Aulia" Bisik Nina di telinga Aulia.
"Terimakasih untuk nasehatnya kak, Aulia janji akan berusaha menjadi lebih baik lagi"
Nina melepas pelukannya, saat mendengar dering ponsel yang ada di sakunya.
Sebenarnya masih banyak nasihat yang ingin Nina berikan, tapi waktunya tidak memungkinkan, karena ia pulang hanya di beri waktu semalam dan akan kembali berangkat ke tempat kerja dengan supir yang tadi mengantarnya.
Ih, bener-bener ngeselin!! Aku sampe tidak ada waktu, untuk ngobrol dengan mb Ningsih.
Vika juga, kirain dalam sepekan ini aku sudah merasa berhasil menjinakkan, tapi nyatanya ia masih berulah.
Ya Allah berilah kesabaran untuk hamba- Mu ini.
Ini bukan bermaksud sok tau, atau sok pinter yah, jadi mbok ada yang tersinggung ya. maaf...
Jangan lupa like dan komentar'y....