Karya ini hanya imajinasi Author, Jangan dibaca kalau tidak suka. Silahkan Like kalau suka. Karena perbedaan itu selalu ada 🤭❤️
Perjodohan tiba-tiba antara Dimas dan Andini membuat mereka bermusuhan. Dimas, yang dikenal dosen galak seantero kampus membuat Andini pusing memikirkan masa depannya yang harus memiliki status pernikahan.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Star123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Tidak terasa hari telah berlalu, minggu depan akad nikah akan diberlangsungkan dikediaman Arya Kusumanegara. Yang lain pada sibuk mengerjakan sesuatu berbeda dengan Dini yang santai. Begitulah wanita kalau mau menikah dilarang mengerjakan pekerjaan apapun takut tidak Fit ketika hari H.
Dini tetap pergi ke kampus namun untuk seminggu kedepan, Dini akan diantar jemput supir papanya sedangkan Papa Arya membawa mobil sendiri.
"Bosannya gue dirumah, ga boleh kemana-mana" gerutu Dini didalam kamar. Mau nyuruh Gina atau Sinta kerumah ga mungkin bisa ketahuan kalau Dini mau menikah.
Pertanyaan kenapa Dini diantar supir aja sudah membuat Dini kalang kabut menjawabnya. Apa yang mesti dia jawab kalau ada yang nanya
Tok.. Tok.. Pintu kamar Dini diketuk seseorang.
"Siapa?" tanya Dini mager.
"Davina, Kak" jawab seseorang diluar pintu.
Mendengar calon adik iparnya yang mengetuk, Dini segera bangkit dan membukakan pintu.
"Halo, Kak" sapa Davina setelah pintu kamar terbuka.
"Hai, Vin. Tumben kesini. Ayo masuk" ajak Dini.
Davina pun memasuki kamar calon kakak iparnya, Kamar Dini biasa aja seperti kamar perempuan lainnya. Kamar bernuansa biru dengan satu tempat tidur berukuran sedang. Jika membuka jendela kamar akan terlihat sebuah taman yang berada disamping rumah. Taman favorit keluarga dimana kebanyakan Mama Sekar yang mengurus dan mengaturnya. Dini mah cuma bantuin, bantuin liat.
"Nyaman ya kamar, Kak Dini" puji Davina didekat jendela.
"Alhamdulillah"
"Ada apa kesini, Vin?" tanya Dini penasaran.
"Disuruh Mama, Kak. Takut Kak Dini bosan dirumah terus" ucap Davina menoleh ke Dini. Dini benar-benar bersyukur memiliki mama mertua kayak Mama Dian. Hanya sayang sekali, Dini tidak tahu berapa lama pernikahan ini akan bertahan.
Untungnya Dini dan Davina memiliki hobi yang sama, suka menonton film atau drama korea jadi mereka berdua nyambung.
***
"Tumben Lo diantar Supir, Din?" tanya Sinta ketika mereka ketemu didepan kampus.
Sesuai prediksi Dini tepat guys.
"Lagi malas aja, Sin. Capek bawa mobil setiap hari" alasan Dini sambil berjalan.
"Ckck, ada apa gerangan seorang Dini jadi tuan putri" Sinta menyamai langkahnya dengan Dini.
"Sekali-sekali jadi Tuan putri" jawab Dini.
"Setelah ujian bulan depan liburan yuk kemana gitu?" ajak Sinta, semangat. Mereka berdua sudah sering melakukan perjalanan keluar kota berdua ketika waktu liburan tiba.
"Wadaw, bagaimana ini. Mau jawab apa? Pak Dimas ngizinin gak ya" ucap Dini dalam hati.
"Din, Lo sudah ada rencana lain?" tebak Sinta, penasaran.
"Be.. Belum sih" ucap Dini terbata.
"Ayolah, seperti biasa kita lakuin. Lo ga bosan apa?"
"Iya deh iya" terpaksa Dini jawab begitu. Masalah Pak Dimas nanti saja difikirkan.
Mereka berdua terpisah didepan lobi karena beda kelas. Hari ini, Dini kebetulan kuliah yang diajarkan Pak Dimas.
Dini memperhatikan Dimas yang sedang menjelaskan didepan.
"Kalau lagi ngajar, ganteng seh" gumam Dini.
"Siapa yang kamu bilang ganteng, Andini Kusumanegara?' tanya Dimas yang sudah berdiri disamping Dini.
"Eh?" Dini bingung dengan apa yang terjadi. Dini menoleh menatap Gina tapi Gina hanya menggeleng.
"Saya tanya siapa yang barusan kamu bilang ganteng?" tanya Dimas sekali lagi. Dini tidak mungkin menjawab kalau barusan dia bilang Dimas ganteng.
"Ga ada, Pak" bohong Dini.
"Saya tidak suka ya ketika saya mengajar kalian malah melamun apalagi membayangkan seseorang" ucap Dimas dengan penekanan, kesal.
"Sebagai hukuman karna sudah melamun ketika saya ngajar, setelah mata kuliah ini kamu harus merangkum materi yang saya ajarkan hari ini diruangan saya" lanjut Dimas.