NovelToon NovelToon
Setelah Talak Tiga

Setelah Talak Tiga

Status: tamat
Genre:Tamat / Single Mom / Cerai / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: Aina syifa

Setelah menjatuhkan talak pada Amira, Reifan menyesalinya. Reifan ingin merujuk Amira, setelah dia tahu kalau perceraian mereka terjadi hanya karena kesalahpahaman. Selama ini Amira hanya di fitnah oleh ibu mertuanya. Dan setelah Reifan mengetahui hal itu, Reifan menyesal dan ingin menebus kesalahannya dengan merujuk Amira. Namun tanpa sadar Reifan telah mentalak Amira sebanyak tiga kali, sehingga tidak bisa membuat mereka rujuk lagi kecuali Amira menikah lagi dengan lelaki lain dan bercerai dengan lelaki itu.
Apa yang akan Reifan lakukan untuk bisa kembali dengan Amira?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aina syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hamil

Tok tok tok ...

Suara ketukan pintu terdengar dari luar rumah Amira. Bik Atun yang sedang menyapu buru-buru ke depan untuk melihat siapa yang datang. 

Bik Atun tersenyum saat melihat seorang lelaki muda sudah berdiri di depan pintu. 

"Mau cari siapa ya Mas?" tanya Bik Atun. 

"Saya Feri. Saya datang ke sini, untuk memeriksa Amira istri Aditya sepupu saya," ucap Dokter Feri memperkenalkan diri. 

"Oh, kalau begitu silahkan masuk. Bu Amira dan Pak Aditya masih ada di kamarnya." 

Dokter Feri mengangguk. Setelah Bik Atun mempersilahkannya masuk, dokter Feri kemudian masuk ke dalam rumah Amira mengikuti Bik Atun. 

"Tunggu di sini dulu ya Dokter. Saya mau panggilkan Pak Aditya di kamarnya."

Bik Atun ke kamar Aditya untuk memanggil Aditya. 

Tok tok tok ..

"Bu Amira...! Pak Aditya...! Dokter Feri sudah datang Bu, Pak."

Beberapa saat kemudian, Aditya membuka pintu kamarnya. 

"Di mana Feri sekarang? apa bibi sudah suruh dia masuk?"

"Dokter Feri ada di ruang tengah."

"Cepat panggil Feri ke sini. Dan jangan lupa, bawakan Amira air putih hangat ya Bik."

"Iya Pak Adit."

Bik Atun kemudian pergi untuk kembali menemui dokter Feri. 

"Dokter Feri, mari saya antar dokter ke kamarnya Bu Amira."

"Makasih."

Dokter Feri kemudian masuk ke dalam kamar Aditya untuk memeriksa Amira. 

"Fer, gimana kondisi istri saya?" tanya Aditya pada Feri usai Feri memeriksa Amira. 

"Amira hanya perlu istirahat saja. Mungkin dia terlalu lelah akhir-akhir ini. Tekanan darahnya juga rendah. Saya akan tuliskan resep obat untuk Amira."

"Makasih ya Fer." 

"Mari kita bicara di luar Dit. Ada yang perlu saya bicarakan sama kamu."

Aditya mengangguk. Setelah itu mereka keluar dari kamar Amira. 

Aditya dan Feri kemudian duduk di sofa ruang tengah. 

"Ada apa? apakah ada hal serius tentang penyakit istri aku?" tanya Aditya khawatir. 

"Saya mau tanya sama kamu Dit. Apa akhir-akhir ini Amira punya keluhan seperti mual, pusing, dan pernah nggak dia sampai muntah-muntah."

"Kalau itu sih sering. Amkra sering masuk angin. Dan kalau pingsan, Amira baru tadi malam pingsan."

"Apa bulan ini, dia sudah datang bulan?"

"Sepertinya belum."

"Menurutku kamu harus bawa Amira ke dokter kandungan untuk USG. Karena tanda-tanda sakit Amira, mungkin karena dia sedang hamil muda. Dan ini masih praduga saya saja. Untuk lebih tepatnya bawa Amira ke bidan atau dokter terdekat untuk tes kehamilan."

Aditya terkejut saat mendengar ucapan Feri. 

"Hamil? mungkinkah Amira hamil?"

"Mungkin saja, usia  pernikahan kalian kan sudah hampir tiga bulan. Kehamilan merupakan hal yang wajar jika kalian sudah pernah melakukan hubungan suami istri. Apalagi kalian tidak ada yang memakai kontrasepsi."

Aditya menghela nafas dalam. 

"Aku memang sengaja tidak menyuruh Amira KB. Karena aku pengin punya anak dari Amira. Kamu tahu kan, kalau usiaku sudah tidak muda lagi. Mau sampai kapan aku menunda untuk punya anak."

"Lalu, bagaimana dengan urusan kamu sama Reifan bos kamu?" tanya Feri. Tampaknya Feri tahu persis hubungan di antara Reifan, Aditya dan Amira. 

"Kalau soal Reifan, itu urusan belakangan. Yang penting aku punya anak dulu. Setelah itu, terserah Amira mau memilih aku atau rujuk dengan mantan suaminya. Dan anak Amira, akan tetap menjadi milik aku."

"Bagus. Aku akan selalu dukung kamu Dit. Siapa tahu, dengan kehadiran anak di kehidupan kamu dan Amira, akan membuat Amira semakin terjerat sama kamu," ucap Feri sembari menepuk-nepuk bahu Aditya. 

"Kalau begitu, aku pulang dulu. Ingat, kamu bawa Amira ke dokter kandungan. Atau kamu suruh Amira tes pack sendiri. Siapa tahu hasilnya positif."

"Iya Fer. Makasih banyak ya, untuk bantuan kamu." 

"Iya. Sama-sama."

Aditya mengantar Feri sampai ke depan. Setelah Feri pergi, Aditya kembali masuk ke rumahnya dan melangkah menuju kamarnya.

"Amira," ucap Aditya sembari mendekat ke arah Amira. 

Amira tersenyum. 

"Mas, Feri sudah pulang?"

"Sudah tadi."

"Apa yang dia katakan tadi Mas?"

Aditya menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Setelah itu dia menatap Amira lekat. 

"Amira, hari ini aku mau ambil cuti. Karena aku mau ngantar kamu ke rumah sakit."

"Ke rumah sakit? untuk apa Mas? aku nggak sakit. Aku baik-baik saja Mas."

"Amira, apa akhir-akhir ini kamu sering mengalami keluhan mual, muntah dan pusing. Apa kamu nggak curiga kalau sekarang kamu sedang hamil?" 

Amira terkejut saat mendengar ucapan Aditya. 

"Ha...hamil? apa mungkin aku hamil Mas. Kenapa aku nggak pernah berfikir ke arah itu." 

"Amira, bagaimana kalau kamu benar-benar hamil? apakah kamu tetap akan meninggalkan aku dan rujuk dengan mantan suami kamu?" 

Amira diam. 

Amira tidak tahu, apa yang harus dia lakukan. Bagaimana seandainya Reifan bertanya tentang perceraiannya. Bagaimana seandainya Reifan tahu Amira hamil. Mungkinkah kehamilan Amira, tidak akan membuat masalah kedepannya. 

"Mas, aku bingung Mas. Apa yang harus aku jelaskan ke Mas Reifan. Mas Reifan pasti akan marah dan kecewa saat tahu aku hamil. Seandainya aku benar-benar hamil, aku tidak akan bisa bercerai sekarang. Aku harus menunggu sampai lahiran kalau aku ingin cerai dari kamu."

Aditya meraih ke dua tangan Amira dan menggenggamnya erat. 

Walau aku tidak bisa mendapatkan kamu, tapi aku masih bisa mendapatkan anak dari kamu. Seandainya kamu tahu, betapa aku sangat mencintaimu Amira. Kenapa kamu masih berfikir untuk rujuk dengan Reifan. Apakah karena kamu masih mencintai Reifan, atau karena Kayla anak kamu, batin Aditya. 

"Seandainya kamu benar-benar hamil, aku minta sama kamu, tolong jaga anak aku baik-baik Amira. Aku tidak mau sampai kamu mengalami keguguran. Atau kamu mengugurkan bayi kamu demi bisa bercerai denganku."

Amira menempelkan telunjuknya ke bibir Aditya. 

"Kamu bicara apa Mas? seandainya aku hamil, betapa bahagianya aku bisa punya anak lagi. Kayla juga pasti akan sangat bahagia akan punya adik. Sudah lama Kayla menginginkan seorang adik."

"Ayo Amira  , sekarang kita siap-siap untuk periksa ke dokter. Aku benar-benar udah nggak sabar pengin tahu hasilnya."

"Iya."

Amira dan Aditya lekas bersiap-siap. 

Setelah Aditya dan Amira siap, mereka kemudian melangkah keluar dari rumahnya untuk menunggu taksi. 

Setelah taksi sampai, mereka kemudian naik ke dalam taksi dan meluncur pergi untuk ke rumah sakit. 

Sesampainya di rumah sakit, Aditya dan Amira turun setelah membayar ongkos taksi. 

"Makasih ya Pak," ucap Aditya. 

"Iya. Sama-sama."

Aditya dan Amira kemudian masuk ke dalam rumah sakit untuk mencari dokter kandungan. 

Dokter tersenyum saat menatap Amira dan Aditya. 

"Selamat ya untuk kalian. Karena Bu Amira sekarang memang sedang hamil. Dan usia kehamilannya masih sekitar dua minggu. Dan kehamilan ini, masih sangat rentan mengalami keguguran. Makanya dari itu, Bu Amira harus banyak istirahat, tidak boleh stres dan kelelahan. Jaga pola makan juga ya."

Amira dan Aditya saling menatap. 

"Dokter, aku beneran hamil?" tanya Amira. 

"Iya Bu Amira. Selamat ya. Saya akan menuliskan resep vitamin untuk anda."

Amira dan Aditya saling menatap. 

"Amira, kamu hamil Amira. Jadi aku akan jadi ayah?" 

Amira menganggukan kepalanya. Mereka tampak bahagia saat mendengar kabar kehamilan itu. 

"Ini resep yang harus kalian tebus." 

"Iya Dok. Makasih banyak ya Dok."

"Jangan lupa ya Bu Amira, untuk rutin periksa kandungan setiap bulan. Untuk menjaga janin agar tetap sehat."

"Iya Dok."

Setelah dokter menuliskan resep vitamin untuk Amira, Amira dan Aditya kemudian pamit untuk meninggalkan ruangan dokter. 

"Kalau begitu saya permisi dulu Dokter," ucap Aditya. 

"Iya. Silahkan."

Aditya dan Amira kemudian pergi meninggalkan ruangan dokter. 

Setelah periksa kandungan, Amira dan Aditya pulang ke rumah dengan kembali menggunakan taksi. Karena semalam mobil Aditya dibawa Reifan pulang ke rumahnya.

Aditya dan Amira terkejut saat sampai di depan rumahnya. Mobil Aditya sudah terparkir di depan rumah mereka. 

"Mas, mobil kamu sudah kembali. Jangan-jangan, Mas Reifan ada di dalam," ucap Amira. 

"Iya. Mungkin dia ada di dalam, atau di kantor."

1
𝑸𝒖𝒊𝒏𝒂
lah kmu gimn sih mir, klo emng mau rujuk ya kmu hrs melakukn HB sm suami yg bru ga cm asal stuts nikah² aja,🙄
Putri Chaniago
jgn bilang Aditya ada rasa dg Amira, jgn bilang pula Aditya yg d jadikan muhalil antara Amira n suaminya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!