Dania adalah wanita yang lemah lembut dan keibuan. Rasa cintanya pada keluarganya begitu besar.
Begitupun rasa cintanya pada sang suami, sampai pada akhirnya, kemelut rumah tangganya datang. Dengan kedua matanya sendiri Dania menyaksikan penghianatan yang di lakukan oleh suami dan kakaknya sendiri.
Penghianatan yang telah di lakukan orang-orang yang di kasihinya, telah merubah segalanya dalam hidup Dania.
Hingga akhirnya dia menemukan cinta kedua setelah kehancurannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ara julyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5.Bertingkah Sama
Dania heran melihat mereka berdua. Dan pastinya mereka berdua juga lebih terkejut lagi yang tiba-tiba melihat Dania di depannya.
Sinta menundukkan pandangannya.
"Maafkan kakak ya Nia, pulangnya lama," ucap Sinta.
"Tidak apa-apa kak, itu urusan kakak!" jawab Dania yang tiba-tiba saja ketus.
Jawaban Dania yang ketus membuat Sinta menatapnya sekejab kemudian menunduk lagi.
"Maksudku tida apa-apa kalau kakak pulang lama, itu kan pribadi kakak, yang ingin aku tanya kenapa kamu juga lama sekali mas?" ucap Dania.
"Oh, itu tadi teman-teman Sinta melarangku pulang, mereka mengajakku makan, mereka juga sebagiab laki-laki aku tidak bisa menolaknya, enggak enak," jawab Bobby.
"Jadi maksud mas Bobby, mas juga menunggui kak Sinta di salon?"
Pertanyaan Dania mampu membuat kedua orang itu gelagapan. Hingga akhirnya Sinta yang menjawab.
"Kakak tidak jadi ke salon Nia, tadi langsung jumpa teman-teman, kalau nggak percaya lihat nih rambut kakak aja lepek," Sinta menjelaskan.
"Ah udahlah, kamu ini mikirin apa sih, kita kan sudah jelaskan, masa orang baru pulang langsung di tanya macam-macam," Bobby bicara lalu merangkul pundak istrinya mengajaknya masuk ke dalam.
Dania terperangah melihat perubahan sikap suaminya yang tiba-tiba menjadi baik padanya dan bersikap manis. Sesaat ia melupakan segala unek-uneknya.
Bobby merangkul pundaknya mereka berjalan beriringan masuk ke dalam rumah.
Sementara Sinta mengekor di belakang mereka dan masuk ke kamarnya.
Bobby berhenti di ruang keluarga. Ia duduk disana dan melepaskan tangannya dari pundak sang istri.
Bobby menghela nafas dan melepasnya perlahan, seakan ia sedang merasakan kelegaan atas sesuatu yang menghimpit dadanya.
"Mas udah makan ya?" Dania membuka obrolan.
"Kamu nggak nyambung ya di acak cerita? bukannya tadi sudah ku katakan aku sudah makan dengan teman-teman Sinta!" jawabnya ketus.
Dania kembali merasa aneh dengan perubahan sikap suaminya yang barusan. Kembali ketus jika bicara dan acuh tak acuh padanya.
Dia merasa heran ada apa sebenarnya dengan suaminya.
"Oh, iya aku lupa, maaf ya mas," ucapnya.
"Hemm," jawab Bobby, tanpa membuka mulutnya.
"Emangnya kalian ketemu teman-teman kak Sinta di mana tadi mas? di kafe atau restorant? pasti asyik ya mas jumpa banyak orang."
"Diam!! aku capek Dania, berhentilah bertanya hal-hal yang tidak penting, dari tadi mulutmu itu nyerocos terus!" bentak Bobby.
Dania tersentak.
"Maaf mas, kalau pertanyaanku membuatmu marah," lirih Dania, ia tak menyangka secepat itu sikap suaminya kembali berubah ketus.
"Bukan pertanyaan mu yang membuatku marah, tapi kamu itu bising, dan aku capek! aku ingin istirahat!" bentaknya lagi.
"Ya sudah, kalau begitu pergilah istirahat di kamar, aku akan membangunkan anak-anak dan memandikannya."
Setelah bicara, gegas Dania melangkah ke kamar si kembar, air matanya tumpah tak mampu ia bendung lagi.
"Mungkin memang aku yang salah, terlalu cerewet dan sok asyik dan malah membuat mas Bobby marah," ucapnya dalam hati.
Dania mengelus lembut rambut kriting anak kembarnya.
"Sayang.... ayo bangun, udah sore kita mandi dulu yuk," bisiknya di telinga mereka.
Marteen dan Marleen menggeliat kan badannya dengan malas.
"Mama, udah tole ya," ucap Marteen.
"Iya sayang sudah sore makanya kalian mama bangunin, yuk mandi," ajak Dania.
Dania menggendong kedua putranya di kanan dan kiri pinggangnya. Tubuhnya memang kurus tapi dia adalah ibu yang kuat untuk anak-anaknya.
Ketika kedua anaknya telah mandi Dania akan membawa mereka ke teras rumah. Sudah kebiasaan mereka ketika sudah mandi sore akan duduk santai di teras, menghirup udara segar di sore hari sambil nyemil makanan ringan.
Anak-anak yang tampan itu mengenakan pakaian yang sama. Mereka duduk dengan manis di kursi panjang yang ada di teras rumah itu.
"Mama, mama, Aleen au tutu," ucap si celat Marleen.
"Iya ma, Ateen juga mau," sambung si pintar dan si lancar berbicara, Marteen.
"Iya sayang, sebentar ya mama buatkan," dengan senyum Dania menuruti permintaan buah hatinya.
Ia berjalan ke arah dapur, sebelumnya ia melewati suaminya yang ada ruang keluarga, laki-laki itu tampak sibuk memainkan ponselnya dan sesekali ia mengulas senyum.
Dania menoleh sesaat, memperhatikan suaminya sebentar kemudian ia melangkah kembali menuju dapur.
Sesaat sebelum sampai dapur, ia pun melihat Sinta yang sedang berada dalam kamarnya. Pintu kamarnya terbuka sedikit.
Hingga Dania bisa melihat Wanita itu. Sinta pun juga sama dengan suaminya. Tampak sibuk memainkan handphone dan juga tersenyum-senyum sendiri.
Dania merasa aneh.
"Kenapa sih orang-orang di rumah ini kok pada berubah aneh, mereka sibuk sendiri dengan ponselnya, bahkan sekarang kami pun jarang ngobrol dengan kak Sinta," batin Dania.
Ia sibuk membuat susu kedua putranya.
"Non, bibik pulang dulu ya," pamit bik Titin.
"Eh oh iya bik iya," sahut Dania gugup, ia di kejutkan oleh suara bik Titin, bahkan Dania sampai terjingkat.
"Ada apa sih non, kok melamun aja, sampai terkejut gitu dengar suara bibik," tanya bik Titin.
"Nggak apa-apa bik, aku lagi serius bikin susu si kembar aja makanya jadi terkejut pas dengar suara bibik," bohong Dania.
"Oh, maafin bibik udah bikin non Dania terkejut," Lirih bik Titin yang meragukan ucapan Dania.
"Nggak apa-apa ya sudah kalau bibik mau pulang, jangan lupa bawa sayur-sayur itu sebagian, sayang bik nanti tidak ada yang memakan. Tadi aku masak banyak, dan ternyata mas Bobby dan kak Sinta makan di luar jadi sayurnya masih utuh," ucap Dania.
"Yang sabar ya non," bik Titin mengusap punggung majikan yang dia sayangi itu. Ia memperlakukan Dania seperti putrinya.
"Aku ke depan dulu bik, kasihan si kembar udah lama nunggu."
Dania menghampiri kedua anaknya.
"Susu datang..." Seru nya.
"Asyik tutu," Marleen berseru kegirangan.
"Susu-susu," seru si Marteen juga.
"Makasih mama," seru keduanya ketika menerima botol susu dari tangan mamanya.
Dania hanya mengulas senyum untuk kedua buah hatinya.
Bibirnya tersenyum, namun batinnya mengelana ke mana-mana.
Menjelang magrib mereka masuk ke dalam rumah. Sinta dan Bobby tampak sudah mandi. Terlihat dari pakaian yang mereka pakai, sudah berganti.
"Ah mereka seperti janjian saja," lirih Dania sendiri.
Dania menghampiri keduanya.
"Mas, kak, ayo kita makan malam sama-sama, biar aku panasi sayurnya.
"Boleh, ayok," ajak Bobby spontan tangannya hendak meraih Sinta, hingga akhirnya ia tersadar dengan tingkahnya sendiri.
Lalu Bobby menoleh pada Dania. Dania melihat hal itu seperti ada yang aneh di antara dua orang itu. Tapi ia mencoba tak menghiraukan semua itu. Ia tak mau ada keributan lagi malam ini.
Bersambung....