Misca Veronica merupakan seorang pembantu yang harus terjebak di dalam perseteruan anak dan ayah. Hidup yang awalnya tenang, berubah menjadi panas.
"Berapa kali kali Daddy bilang, jangan pernah jodohkan Daddy!" [Devanno Aldebaran]
"Pura-pura nolak, pas ketemu rasanya mau loucing dedek baru. Dasar duda meresahkan!" [Sancia Aldebaran]
Beginilah kucing yang sudah lama tidak bi-rahi, sekalinya menemukan lawan yang tepat pasti tidak mungkin menolak.
Akan tetapi, Misca yang berasal dari kalangan bawah harus menghadapi hujatan yang cukup membuatnya ragu untuk menjadi Nyonya Devano.
Lantas, bagaimana keseruan mereka selanjutnya? Bisakah Cia mempersatukan Misca dan Devano? Saksikan kisahnya hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mphoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Duda Seribu Alasan
"Orang dewasa memang memusingkan!" jawab kedua bocil bersama-mana, kemudian Nina menatap.Cia sambil menggandeng tangannya.
"Ayo, Cia. Kita ke kamarku saja, daripada terjebak di dalam perseteruan orang dewasa bisa-bisa kita yang kena salah lagi."
"Ya, kamu benar, Nina. Tadi Daddy, sekarang Mommy Misca. Rasanya kita seperti boneka yang digunakan untuk mereka melempar kesalahan. Bye!"
Cia dan Nina bergegas pergi menaiki anak tangga menuju lantai atas menuju kamar. Mereka terlihat kesal berada di dalam masalah kedua orang dewasa yang tidak ingin mengalah.
Jangankan Devano, Misca sendiri pun merasa bingung. Perasaan wanita tersebut hanya ingin memastikan telinganya tidak salah mendengar. Namun, siapa sangka kedua bocil malah menghindar hingga kesannya dialah yang bersalah.
"Ini semua gara-gara kamu, lihatlah! Nina sama Cia jadi pergi, 'kan," ucap Devano.
"Wanita memang selalu salah. Dasar pria menyebalkan!" seru Misca, berbalik meninggalkan Devano seorang diri di ruang tamu.
"Kamu yang menyebalkan, bukan saya!" pekik Devano membuat langkah Misca terhenti, menoleh ke arah belakang menatap kesal Devano, lalu kembali berjalan mengarah ke dapur.
Devano kembali duduk di sofa sambil menenggak air minum yang sudah Misca buatkan. Rasanya begitu haus setelah menahan rasa kesal.
"Dasar duda menyebalkan! Kenapa sih, takdir menempatkanku di posisi seperti ini. Kenapa?" celoteh Misca pada dirinya sendiri ketika sampai di dapur.
Semua rasa kesal terhadap Devano Misca keluarkan sambil mencincang habis terong yang ingin diolah menjadi balado sampai tidak berbentuk.
"Karena kamu sudah memasuki area yang seharusnya tidak kamu masuki!" sahut Devano yang sudah berada tepat di belakang Misca, sehingga membuatnya terkejut sambil berbalik menatap wajahnya.
"Tu-tuan Devano? Nga-ngapain Anda ada di sini? Bukannya tadi Tuan di depan?"
Wajah Misca terlihat gugup. Bagaimana tidak, secara tubuh mereka sangat dekat. Saking dekatnya hidungnya berhasil menghirup aroma tubuh Devano sampai menggetarkan hati yang tidak pernah memberikan sinyal.
"Saya bosan," jawab Devano singkat.
"Haa-hahh? Bo-bosan? Ma-maksudnya?"
Semakin ke sini Misca semakin bingung menebak sifat Devano yang seringkali berubah-rubah, padahal itu suatu kode yang diberikan.
"Cia main sama Nina, terus saya sendirian gitu di depan? Ogah banget, mending saya ke sini."
"Lahh, memang kalau Tuan ke sini mau ngapain?"
"Ngapain kek, setidaknya saya tidak sendiri."
"Bukannya selama ini Tuan selalu sendiri, terus kenapa sekarang maunya ditemenin?"
"Ditemenin? Saya tidak ada bilang begitu. Saya bilang bosan sendiri di depan, bukan berarti saya minta kamu temanin. Kamu paham nggak sih, ucapan saya?"
Secara langsung Misca sadar, jika gengsi Devano memang setinggi langit. Sekarang dia mengerti kenapa Cia selalu kesal melihat ayahnya sendiri terus, ternyata memang sifatnya yang sulit ditebak. Pantas tidak ada wanita yang betah dekat-dekat dengan duda tampan seribu alasan.
"Terserah Tuan, deh. Intinya Tuan nggak mau sendiri, 'kan?"
"Hemm ...."
"Kalau begitu pergilah ke depan, di sana ada supir juga security. Tuan bisa minta mereka buat nemenin, simpel?"
"Astaga, wanita ini benar-benar tuli apa budek, sih. Sudah berapa kali saya bilang. Saya hanya merasa bosan tidak mau di depan sendiri, bukan berarti saya minta temanin. Ngerti nggak, sih!"
Misca menarik napas panjang dan mengeluarkan perlahan untuk menetralkan perasaan kesal yang hampir saja mengeluarkan kata-kata kasar. Dia tahu perdebatan ini tidak mungkin dimenangi olehnya.
"Haaahh ... baiklah, sekarang Tuan mau apa?" tanya Misca lembut.
"Saya mau di sini!" tegas Devano yang tidak mampu dibantahkan.
"Tuan bilang tidak ingin ditemani oleh saya, terus kenapa Tuan di sini? Bukanya sama aja jatuhnya malah Tuan yang temenin saya?" tutur Misca. Dia seperti sedang berbicara pada anak kecil yang susah dibilangin.
"Itu terserah kamu, kalau kamu mau saya temanin ya sudah, intinya saya tidak mau ditemanin. Paham!" seru Devano yang sama sekali tidak ingin mengakui perasaannya yang ingin berada di dekat Misca.
"Hahh! Terserah Tuanlah, saya pusing. Ngadepin Tuan sama seperti saya ngadepin bocah 3 tahun yang baru bisa ngomong!" ujar Misca yang tidak tahu lagi harus berbicara apa.
"Saya bukan anak kecil!" tegas Devano.
"Tuan memang bukan anak kecil, tapi sifatnya ngalahin bocil dablek!" timpal Misca.
"Apa kamu bilang? Kamu ngatain saya dablek?" tanya Devano menatap tajam.
Misca yang sudah jengah hanya bisa mencibir, meledek Devano yang terus melakukan serangan demi serangkan supaya tetap berada di dapur.
Wajah lucu Misca hampir meruntuhkan pertahanan Devano. Baru kali ini bibirnya berbicara bebas tanpa harus menjadi orang lain demi menunjukkan sifat dingin yang selama ini menjadi benteng untuk melindungi dari wanita-wanita gila harta.
Pantas Cia begitu menyayangi Misca, ternyata wanita itu memang beda dari yang lain. Caranya berbicara tidak selembut Manda, tetapi sifatnya benar-benar mirip.
Entah Devano menyukai Misca karena ingin memulai hidup baru atau memang mendekatinya akibat kesamaan yang dimiliki oleh mendiang istrinya. Semua masih tanda tanya.
"Tuhan, makhluk apa yang sebenarnya Kau ciptakan di belakangku ini? Mungkin jika dibandingkan sama alien, lebih bagus alien. Walau bentuknya aneh, sifatnya tidak aneh. Sementara duda yang satu ini? Bentuknya bagus, dalamannya bikin ngelus dada. Haaahh ... sabar, Misca, sabar ini ujian!"
"Ingatlah, seumur hidup itu lama, jangan sampai kau terjebak di dalam rumah tangga bersama duda meresahkan ini. Bisa-bisa hidupmu menjadi abu-abu huaaa ... Non Cia, maafkan Bi Misca. Sepertinya Bi Misca tidak bisa menjadi ibumu. Duda yang ini memang agak laen!"
...*...
...*...
...*...
...Bersambung...
" aku membencimu"