Judul : Jantung kita yang ajaib
Kisah perjalanan hidup sepasang insan yang kehilangan keluarganya. Sang pria memiliki jantung lemah, sementara sang wanita mengalami kecelakaan yang hampir merenggut nyawa nya di tambah dia tidak memiliki kaki sejak lahir.
Keduanya menjalani operasi transplantasi jantung. Pendonor jantung mereka adalah sepasang suami istri yang misterius dan meninggalkan memori penyesalan suami istri itu di dalam nya, jantung mereka mendorong mereka untuk mencari satu sama lain kemudian menyatukan mereka.
Inilah kisah perjuangan dua insan yang menjadi yatim piatu karena keadaan, mereka hanya saling memiliki satu sama lain dan keajaiban jantung mereka yang terus menolong hidup mereka melewati suka dan duka bersama sama. Baik di dunia nyata maupun di dunia lain
Remake total dari karya teman saya code name the heart
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 35
Pulang sekolah, setelah sampai di apartemen, Adrian mendorong Elsa masuk ke dalam unit apartemen nya dan duduk di ruang tengah,
“Elsa, mungkin ga si Vero itu yang menyebarkan kita tinggal bersama ?” tanya Adrian.
“Mungkin aja, tapi ga usah di pedulikan lah, dia ga ada apa apanya,” jawab Elsa.
“Ya sudah kalau kamu bilang begitu, lalu kita mau ke sana lagi ?” tanya Adrian.
“Hari ini ga dulu ya,” jawab Elsa.
“Kenapa ?” tanya Adrian.
“Entah kenapa, dari tadi pagi perasaan ku ga enak, kayaknya mending kita di apartemen dulu deh hari ini,” jawab Elsa.
“Hmm ok, aku ngerti, kalau gitu, aku mau belanja di supermarket, nanti malam masak aja, mau ikut ?” tanya Adrian.
“Di dalam mall dong ?” tanya Elsa.
“Ya, kalau ga di mana lagi ada supermarket,” jawab Adrian.
“Ok, ganti baju dulu ya,” balas Elsa.
“Aku juga, aku ke kamar dulu buat ke sebelah,” ujar Adrian.
Adrian masuk ke dalam kamar Elsa, “sreeeeg,” “jegleg,” setelah terdengar suara dinding berputar, Elsa mengayuh kursi rodanya ke kamar, untuk berganti pakaian, setelah itu dia kembali menunggu di ruang tengah. Tak lama kemudian, Adrian masuk kembali dan mereka keluar dari unit apartemen.
Setelah turun ke bawah, Adrian mendorong Elsa ke mall, mereka langsung ke lantai basement untuk ke supermarket, setelah di dalam,
“Mau makan apa ntar malam ?” tanya Adrian.
“Apa ya ? kalau aku bikin semur daging mau ?” tanya Elsa.
“Boleh, kita beli dagingnya dulu,” jawab Adrian.
“Ok langsung ke belakang,” balas Elsa.
Baru saja Adrian mengambil keranjang dan menaruhnya di pangkuan Elsa, “tap,” tiba tiba dia di rangkul dari belakang oleh seseorang, Adrian diam dan melirik ke belakang,
“Diem dan jangan menoleh, gue pegang pisau, kalau lo ga mau gue tusuk nurut ama gue, ikut gue dan bawa cewe lo sekalian,” ujar seorang pria.
“Sa, keranjang nya taruh dulu,” ujar Adrian.
“Ok, ngerti,” balas Elsa yang menaruh keranjangnya.
Adrian memutar kursi roda Elsa, pria berwajah preman dan memakai kemeja asal asalan terus merangkul Adrian. Mereka naik lagi ke lobi kemudian langsung keluar dari mall,
“Ini mau kemana ?” tanya Adrian.
“Diem, jangan banyak ngomong,” jawab sang pria.
Akhirnya mereka di bawa ke sebuah ruko kosong yang masih berada di dalam komplek apartemen namun terletak paling ujung dan tidak terurus, di dalam sudah ada beberapa preman berwajah garang menunggu,
“Trus kita di bawa kesini mau ngapain ? tolong jangan macem macem ama kita,” tanya Adrian berpura pura panik.
“Santai aja lo, pokok lo aman, gue cuman di suruh maen ama cewe lo di depan mata lo,” ujar sang preman sambil memberi kode pada teman temannya.
Beberapa pria langsung menarik kursi roda Elsa sampai Elsa terjatuh dari kursi roda, kemudian para pria itu mulai mendekati Elsa,
“Hmm....yang nyuruh kalian namanya Vero ya ?” celetuk Adrian.
Langsung saja seluruh preman yang mendekati Elsa, menoleh menatap Adrian dengan wajah kaget dan heran,
“Lo udah gue bilang diem...”
Belum selesai preman di belakang Adrian bicara, lehernya di tangkap Adrian dan “blum,” Adrian membantingnya ke depan, “ahak,” sang preman yang terhantam keras ke tanah memuntahkan salivanya, matanya mendadak membulat dan mulutnya menganga lebar,
“Woi ngapain lo,” teriak seorang preman.
Tapi ketika mereka mau maju, “sraak,” tiba tiba semuanya terjengkang jatuh karena kakinya di sapu oleh kaki Elsa yang sudah muncul. Elsa berdiri dan menendangi para preman yang berusaha bangun, ketika tersisa hanya satu preman yang masih sadar, Elsa menginjaknya, Adrian menghampiri sang preman dan menarik bajunya sampai kepalanya naik ke atas,
“Lo di suruh Vero kan ? ngaku ?” tanya Adrian.
“Ampun bang, iya bang, di suruh mba Vero, kita temen pegawai tokonya,” ujar sang preman.
“Kraaaaak,” tiba tiba kepala Adrian di hantam oleh balok dari belakang sampai balok nya patah, Adrian hanya menunduk sedikit dan menoleh, ternyata preman yang di bantingnya sudah bangun lagi dan wajahnya terkejut melihat Adrian yang di hantam balok tidak terluka sama sekali, Adrian berdiri dan menghampiri sang preman, sementara preman yang di injak Elsa tidak bergerak walau ingin membantunya.
“Lo...lo orang apa bukan,” ujar sang preman sambil mengayunkan patahan balok kayu.
“Tap,” Adrian menangkap balok kayunya dan memutarnya sampai tubuh sang preman terpelanting salto, “buaaak,” punggung sang preman jatuh tepat di lutut Adrian yang naik ke atas, “ohok,” kali ini mata sang preman mendelik ke belakang dan dia tidak bisa bernafas, “bum,” tubuh sang preman jatuh menghantam tanah dengan kencang,
“Sa, buka portal deh,” ujar Adrian yang sudah siap menekan jam tangannya.
“Ok sip, kasih makan Galvin,” balas Elsa.
Portal terbuka, Elsa menendangi para preman yang terkapar masuk ke dalam portal, Adrian juga melemparkan beberapa preman termasuk preman yang pingsan ke dalam portal. Setelah itu, Adrian menyeret preman yang di injak Elsa dan Elsa membawa kursi rodanya masuk ke dalam portal. Setelah mereka masuk, portal tertutup.
Mereka muncul tepat di pantai, para preman yang sudah sadar menjadi bingung dan ketakutan karena mereka berada di pantai,
“Dimana nih ?” tanya seorang preman.
“Ancol,” jawab Elsa.
“Sekarang gue mau tanya, lo pada punya keluarga ga ?” tanya Adrian.
“Lo jangan macem macem ya,” teriak seorang preman.
“Lo kalo di tanya jawab, sebab jawaban lo nentuin nasib lo,” balas Adrian.
“Brengsek lo, jangan pikir lo lolos habis ini,” teriak seorang preman yang beranjak pergi.
Tapi baru beberapa langkah dia berjalan, “grooar,” “haup,” seekor naga mendarat di depannya dan langsung mencaploknya kemudian Galvin mengangkat kepalanya ke atas agar seluruh tubuh sang preman masuk ke dalam lehernya.
“Hiiii...to..tolong, gue ga mau mati,” teriak seorang preman.
“Ya telat, lo kaga jawab tadi gue tanya,” balas Adrian.
“Gue punya keluarga, gue punya nyokap,” ujar seorang preman.
“Haaah bohong lagi, Galvin sikat,” ujar Elsa.
“Graaaaaaah,” “wuaaaaah,” seorang preman lagi masuk ke dalam perut Galvin. Tiga preman lainnya kocar kacir berlarian, kemudian Adrian meminta Galvin melahap preman yang pingsan, “burp,” Galvin berdahak,
“Wah kenyang ya, yang lain di bakar aja,” ujar Adrian.
“Hrrrrh,”
“Blak...blak,”
Galvin terbang melayang mengejar para preman yang kocar kacir itu, kemudian “bwoooosh,” dia menyemburkan nafasnya dan para preman itu hangus tidak tersisa. Adrian memungut smartphone sang preman yang tidak ikut tertelan, kemudian dia menoleh kepada Elsa,
“Yuk pulang, aku sudah minta Galvin balik ke tempatnya,” ujar Adrian.
“Ok, yuk, langsung apartemen ? ga jadi belanja ?” tanya Elsa.
“Ga lah, pesen online aja,” jawab Adrian.
Mereka membuka portal dan masuk ke dalam, ketika keluar di apartemen mereka, “driiing....driiing,” smartphone preman itu berbunyi dan nama di kontaknya adalah bos. Langsung saja Adrian mengangkatnya,
“Heh udah beres belom, jangan lo perkosa ya, bugilin aja trus foto, kasih ke gue,” ujar Vero.
“Beres, lo dimana sekarang Ver, gue mau ngomong nih ama lo,” ujar Adrian.
“Loh...lo...Adri ? kok...”
Telepon di tutup, Adrian menoleh melihat Elsa yang berdiri di sebelahnya sambil mengangkat pundaknya.
“Kamu denger kan ?” tanya Adrian.
“Denger, jadi itu niat dia ya ?” tanya Elsa.
“Ya, aku udah liat pikiran para preman itu, mereka berniat bablas makanya langsung ku tembak tadi, untung aja kamu ga apa apa,” jawab Adrian.
“Padahal tadi aku sudah siapin ini loh,”
Elsa membuka telapaknya dan muncul lidah api berwarna merah tua menari nari di atas telapaknya,
“Wuaaah, kalau pakai itu hancur rukonya,” ujar Adrian.
“Hehe biarin, tapi makasih ya, kamu nolongin aku,” ujar Elsa memeluk Adrian di depannya.
“Sama sama, mana mungkin aku membiarkan kamu di sentuh orang lain,” ujar Adrian.
“Hehe eksklusif kamu ya hehe,” ujar Elsa sambil merangkul Adrian dengan kedua lengannya dan sedikit jinjit..
“Haha yap,” balas Adrian yang langsung mencium Elsa yang kakinya naik satu kebelakang ketika di cium.