Masa lalu Arneta yang begitu kelam, karena diceraikan dalam keadaan hamil anak dari pria lain. Membuat wanita itu memutuskan kembali ke Indonesia dan membesarkan anaknya seorang diri.
Wanita itu ingin mengubah masa lalunya yang penuh dengan dosa, dengan menjadi seorang Ibu yang baik bagi putri kecilnya. Tapi apa jadinya jika mantan pria yang membuatnya hamil itu justru menjadi atasannya di tempat Arneta bekerja?
Akankah pria itu mengetahui jika perbuatan semalam mereka telah membuat hadirnya seorang putri kecil yang begitu cantik? Dan akankah Arneta memberitahu kebenaran tersebut, di saat sang pria telah memiliki seorang istri.
Ini kisah Arneta, lanjutan dari You're Mine.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
"Apa?" pekik Arneta dengan terkejut. Ia bahkan langsung berdiri dengan menatap tajam Lio Richard. "Kau bilang apa tadi?"
"Jadilah jalangku! Maka aku akan —"
Plak.
Lio terdiam saat rasa panas menjalar di pipi kanannya, setelah ditampar oleh Arneta.
"Lebih baik aku mati dari pada menjadi jalangmu!" sentak Arneta dengan penuh amarah.
Bagaimana tidak marah jika direndahkan seperti itu oleh pria yang berstatus sebagai ayah kandung dari putrinya.
"Kalau begitu mati saja! Dengan kematianmu, akan mempermudah aku untuk hidup bersama Ivy," ucap Lio dengan tangan terkepal erat sembari beranjak dari tempat tersebut.
"Tidak Lio." Arneta menahan langkah pria itu. "Kau boleh meminta apapun, tapi tidak dengan yang satu itu," pinta Arneta kembali dengan memohon.
Ya, Arneta tidak mau mati meninggalkan Ivy. Apalagi meninggalkan putrinya untuk hidup bersama pria kejam seperti Lio Richard.
"Tidak ada tawar menawar, jadilah wanita simpananku sekaligus pengasuh Ivy."
"Apa maksudmu?" tanya Arneta dengan bingung.
Lio tersenyum tipis sembari menyentuh wajah Arneta. "Bukankah kau ingin tetap bersama Ivy? Jika ya, maka jadilah pemuas ranjangku di malam hari, dan siangnya bekerja di mansion ini sebagai pengasuh Ivy."
Arneta menggelengkan kepalanya sembari menepis tangan Lio dengan kasar. "Kau memang manusia paling kejam yang pernah aku temui! Bagaimana bisa kau menjadikan seorang ibu, sebagai pengasuh sekaligus pemuas ranjangmu."
"Tentu saja bisa. Sekarang kau tinggal memilih untuk menerima tawaranku, atau melawanku di pengadilan dengan hasil yang sudah pasti kalah."
Arneta terdiam, bingung harus memilih apa. Karena keduanya sama-sama tidak menguntungkan baginya.
"Lio, apa kau tidak kasihan padaku? Walau bagaimana pun aku adalah ibu yang melahirkan Ivy, tidak sepantasnya kau memperlakukan aku seperti ini," Arneta mencoba mencari belas kasih pria itu, walaupun rasanya tidak mungkin seorang Lio merasa iba pada wanita yang sangat dibencinya. "Oke, aku minta maaf karena menyembunyikan keberadaan Ivy. Tapi itu semua aku lakukan karena tidak punya pilihan lain. Andai pun waktu itu aku mengatakan tentang kehamilanku, apa kau akan percaya kalau anak yang ku kandungan adalah anakmu? Apa kau mau menerimanya, dan tidak menyuruhku untuk menggugurkan kandunganku?" ucapnya panjang lebar tentang apa yang dirasakannya dulu sampai membuat keputusan untuk menghilang dari kehidupan Bara dan keluarga Richard, serta orang-orang yang mengenalnya selama ini. "Aku tidak masalah menjadi pengasuh Ivy, asalkan bisa bersamanya. Tapi tidak dengan menjadi wanita simpananmu!" tegasnya lagi.
"Sudah selesai bicaramu? Kalau sudah apa keputusanmu? Karena aku tidak punya banyak waktu untuk mendengar dramamu."
Arneta pun menghela napasnya dengan putus asa, karena usahanya untuk membuat pria itu iba agar mau merubah keputusannya gagal total.
"Dengan diamnya kau, maka aku anggap kau setuju dengan tawaranku," ucap Lio kembali karena melihat Arneta diam saja.
"Aku ingin bertemu Ivy," lirih Arneta dengan sendu, karena pada akhirnya ia pun kalah dan mau tidak mau menyetujui tawaran yang diberikan Lio agar bisa kembali bersama Ivy. Setidaknya Arneta akan melakukan semua itu, sampai ia bisa menemukan cara lain untuk mendapatkan Ivy kembali.
"Kau boleh bertemu putriku, tapi..." Lio menarik tangan Arneta hingga wanita itu jatuh ke pelukannya. "Layani aku dulu!"
"Tapi Lio, tidak bisakah nanti saja. Aku ingin bertemu Ivy dulu."
Lio menggelengkan kepalanya. "Sekarang Arneta, karena aku sudah tidak sabar untuk merasakan kehangatan dari wanita murahan sepertimu."
Deg.
Arneta yang tidak punya pilihan lain untuk menolak permintaan Lio, hanya bisa menatap wajah tampan itu dengan penuh amarah. Terlebih saat melihat bibir tajam pria itu yang mampu memporak-porandakan harga dirinya sebagai seorang wanita dan seorang ibu, dengan kata-kata sadisnya.