Yasmina Salsabilla atau yang akrab dengan sapaan Billa ini mengalami ketertinggalan dari teman-temannya yang sudah lebih dulu lulus kuliah disebabkan keterbatasan ekonomi dan membuatnya mengambil kuliah sambil bekerja. Akhirnya Billa dibantu oleh pamannya yang merupakan adik kandung dari almarhum ayahnya.
Dikarenakan mempunyai hutang budi, sang paman pun berniat menjodohkan Billa dengan anak salah satu temannya. Dan tanpa sepengetahuan sang paman, ternyata Billa sudah lebih dulu dilamar oleh Aiman Al Faruq yang tak lain adalah dosen pembimbingnya. Bukan tanpa alasan dosen yang terkenal dingin bak es kutub itu ingin menikahi Billa. Namun karena ia tidak mau mempunyai hubungan dengan sepupunya yang ternyata menaruh hati padanya. Aiman pun memutuskan untuk menikahi Billa agar sepupunya tidak mengganggunya lagi.
Bagaimana kisahnya, apakah Billa menerima lamaran dosennya ataukah menerima perjodohan dari pamannya?
Cerita ini 100% fiksi. Skip bila tidak suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisy Faya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Konsultasi Pertama
Melihat berapa banyak orang antri ingin konsultasi dengan dosen baru tersebut, pasti akan membutuhkan waktu lama untuk menunggu, ia memutuskan untuk ke kantin mengingat ia belum sempat sarapan tadi dirumah, sekarang masih jam setengah sepuluh. Setelah selesai dengan sarapannya ia duduk sebentar sambil membuka akun instagramnya, siapa tau keberuntungan menghampirinya hari ini dan Cristiano Ronaldo memfollow back akunnya.
Namun hal yang diharapkan tidak terjadi, setelah hampir satu jam ia sibuk di dunia maya, akhirnya ia memutuskan untuk kembali memeriksa apakah manusia di depan kantor Jurusannya sudah berkurang, namun masih tetap seperti tadi, ia melirik ke arah mbak Lis, dan perempuan ramah tersebut membalas senyumannya diiringi dengan gerakan mulut yang mengisyaratkan kata “Tunggu bentar lagi ya.”, ia membalasnya dengan mengangguk sambil tak lupa menyuguhkan senyum manisnya.
Hampir satu jam ia terjebak bersama ponselnya di tengah lautan manusia yang sibuk bergosip dengan suara pelan di sekitarnya
“Gila, dosen baru itu ganteng banget.” Ucap mahasiswa dengan rambut sebahu itu.
“Kalo gini mah, gue jadi betah seharian di kampus.” Sahut si jilbab biru.
"Kira-kira pak Aiman tu masih single gak ya, gue mau lho sama dia.” Kini giliran si rambut sepunggung yang bersuara.
“Dianya yang gak mau sama lo.” Gadis rambut sebahu mengeluarkan kata-kata pedasnya.
Dan masih banyak serentetan kata-kata lain yang ia dengar namun tak lepas dari satu nama yaitu “AIMAN” , apa benar yang dikatakan adik-adik tingkatnya ini, membuat ia semakin tak sabar untuk bertemu dengan dosen pembimbing barunya tersebut. Ia kembali melirik ke arah loket jendela kaca yang terbuka setengah itu, dan melihat mbak Lis yang memanggilnya dengan isyarat tangan.
Ini pasti gilirannya untuk konsultasi, dengan langkah yang mantap ia memasuki ruangan kantor yang temperaturnya jauh lebih dingin dibandingkan dengan kondisi di luar ruangan tadi, dan entah kenapa, kini ia merasa sedikit gugup. Ruangan ini memiliki beberapa bilik setinggi satu meter setengah yang memisahkan setiap meja dosen, dan mbak Lis memberitahunya jika bilik pak Aiman nomor dua dari pojok dekat jendela.
Dengan langkah sedikit tegang dan telapak tangan yang bertambah dingin ia mendekati bilik tersebut “Oh come on Billa, ini hanya konsultasi skripsi, bukan sidang kasus pembunuhan dimana kau adalah tersangka utamanya, jadi cobalah untuk rileks, tak perlu tegang dan segugup ini” hatinya menjerit lantang, dulu ketika ia ingin konsultasi dengan pak Anwar ia tak pernah merasakan hal ini, itu dikarenakan pak Anwar merupakan dosen paling ramah dan terbaik di Jurusannya, tak heran jika beliau menjadi dosen favorit mahasiswa Ekonomi manajemen dari semua tingkatan yang pernah beliau ajar.
Namun sekarang ia belum tau bagaimana sifat dosen barunya ini, apakah akan menyeramkan dan bersikap tidak ramah sedikit pun, ya tuhan, memikirkan hal itu saja membuat lututnya sedikit lemas.
“Permisi pak.” Iya menyapa dengan sangat pelan sosok yang sedang duduk di kursi kebesarannya itu sambil menunduk karena sedang membaca sesuatu, bahunya terlihat bidang dibalut dengan kemeja berwarna biru dongkernya. Sosok itu menatap orang yang menyapanya dengan iris mata hitam pekatnya, seolah ia ingin menelan sosok yang ditatapnya.
“Maaf pak mengganggu, saya mau konsultasi skripsi.” Ia membuat suaranya menjadi setenang mungkin padahal jantungnya sedang menabuh genderang perang saat ini, ia begitu gugup.
“Duduk.” Gadis itu mendudukkan pelan pantatnya di kursi tepat didepan sosok dosen dingin di depannya.
“Mana skripsi kamu?” Ruangan ini sudah dingin karena Air Condnya bertambah dingin lagi dengan aura dosen bernama Aiman tersebut sehingga membuat gadis itu serasa tengah berada di tengah badai salju.
"Ini skripsi saya pak.” Ia meletakkan dengan pelan skripsinya diatas meja, namun sorot mata dari dosennya tersebut terlihat tidak suka dengan kata-kata yang ia ucapkan barusan.
“Aduh gue salah ngomong ya, kok aura-auranya dia kayak gak suka sama omongan gue, sinis gitu lagi cara natapnya.” Ia membatin. Berulang kali ia menelan saliva ketika melihat dosen tampan itu membalikkan setiap halaman skripsinya.
***