Dante Witama sang mafia kelas kakap, pria cuek dan berdarah dingin ini. Tidak akan pernah segan-segan, untuk menghakimi seseorang yang telah berbuat salah kepadanya. Beliau akan menghormati orang yang medikasikan, untuk bekerja sama dengan cara baik dengannya.
Putri seseorang rekan kerjanya Andika, harus siap menelan pil pahit dalam hidupnya. Karena kedua Orang tuanya, telah dibunuh oleh Dante Witama. Karena telah menggelapkan uang perusahaan senilai 30 triliun, untuk dipakai bersenang-senang.
Pada akhirnya putri Andika, bernama Jeslin, harus siap menjadi istri dari mafia kejam itu, sebagai balasan perbuatan ayahnya, telah menggelapkan uang perusahaan. Jeslin berada dalam jeruji penderitaan, tidak pernah merasakan bahagia, semenjak menikah dengan Dante. Karena Dante menjadikan dirinya layaknya budak.
Apakah suatu hari ini Jeslin, akan mampu meluluhkan hati mafia kelas kakap yang dingin dan kejam ini? Yuk ikuti kisah keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imut Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Tidak sampai satu jam akhirnya Dokter Dika datang ke rumah Dante. Wanita itu akan menangani Jeslin yang sedang terbaring sakit. Dokter Dika masuk kedalam kamar Jeslin. Melihat kamar itu sangat mewah, indah, super megah. Sehingga membuat Dokter Dika dokter perempuan menjadi takjub saat itu.
"Halo, Bu Jeslin. Selamat pagi ...," sapa Dokter Dika.
"Selamat pagi juga, Dokter. Mau minum apa Dokter? Biar saya suruh si mbak buatkan minum?" tanya Jeslin. Disaat sakit masih sempatnya ramah kepada Orang lain.
"Tidak perlu dibuat deh, Bu. Saya tidak mau merepotkan orang rumah," jawab Dokter Dika, merasa sungkan kepada orang rumah.
"Jangan sungkan Ibu Dokter. Anggap saja rumah suami saya, seperti rumah dokter sendiri," jawab Jeslin tersenyum ramah.
"Oke deh, Buk. Kalau begitu saya minta dibuatkan teh es saja," jawab Dokter. Tidak banyak menuntut saat itu.
"Oke, Dokter. Sebentar iya saya panggilkan mbak dulu."
"Iya, Bu."
Jeslin lalu memanggil Mbak Sri saat itu. Jeslin meminta kepada Mbak Sri, untuk dibuatkan teh es saat itu untuk sang dokter. Sedangkan Dante masih bertelepon dengan asisten kepercayaan bernama Dani.
"Mbak Sri ...," panggil Jeslin.
Tidak sampai satu menit saat itu, Mbak Sri pun muncul membuka pintu. Lalu menemui Jeslin yang sedang terbaring ditempat tidur saat itu.
"I-Iya, Nyonya. Ada yang bisa saya bantu Nyonya?" tanya Mbak Sri kepada Jeslin.
"Begini Mbak tolong buatkan teh es untuk dokter dan juga teh hangat untuk saya," jawab Jeslin.
"Baik, Nyonya. Ditunggu teh hangat dan teh esnya. Saya permisi dulu Ibu ...," jawab Mbak Sri.
"Heh, Mbak Sri. Jangan pergi dulu, ada yang ingin saya bilang. Teh hangat jangan banyak gula, untuk teh esnya kata Dokter Dika jangan banyak es," sambung Jeslin request untuk dibuatkan teh.
"Iya, Nyonya."
"Jangan sampai salah, Mbak. Ini request saya dan Dokter," ucap Jeslin kepada Mbak Sri.
"Iya, Nyonya."
Mbak Sri pun pergi ke dapur. Sedangkan Dokter Dika sudah bersiap-siap, ingin memeriksa Jeslin saat itu. Pria itu telah mengeluarkan beberapa alat medis, menunggu Jeslin siap untuk diperiksa.
"Gimana Ibu Jeslin apakah sudah siap, untuk segera diperiksa?" tanya Dokter Dika.
"Sudah Dokter."
Dokter Dika sudah mengeluarkan stetoskop dan termometer untuk pengukur suhu panas. Ternyata setelah Dokter Dika mengukur suhu panas wanita itu, berada diangka 39, 1 derajat Celsius. Kondisi panas yang sudah berbahaya bagi ibu hamil.
"Wah ternyata setelah diukur suhu tubuh Ibu mencapai 39,1 derajat Celsius," kata Dokter Dika.
Setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan jantung juga sehat. Hanya saja ada masalah disaat kehamilan, Jeslin menderita vertigo disaat hamil muda. Dapat juga menyebabkan penurunan tekanan darah. Setelah dilakukan pemeriksaan, Jeslin menderita penurunan darah. Sehingga tidak normal lagi untuk ibu hamil.
"Ternyata penurunan darah juga Ibu Jeslin."
"Waduh Dokter banyak sekali sakit saya. Sampai mengalami vertigo, penurunan darah dan suhu tinggi. Kalau saya parah tidak apa-apa dokter. Tetapi, jangan sampai anak saya mengalami sesuatu didalam," sambung Jeslin raut wajahnya seketika menjadi sedih. Disaat hamil muda begitu banyak cobaan datang menghampiri dirinya.
"Untuk kandungan Ibu tidak terjadi bahaya. Hanya saja jika tidak diatasi, bisa menyebabkan bahaya besar atau berujung keguguran," jawab Dokter Dika.
"Cara mencegahnya seperti apa, Dokter?" tanya Jeslin pada Dokter.
"Cara mengatasinya makan banyak sayuran, menjaga pola makan menjadi lebih baik, olahraga yang teratur, banyak makan buah, serta jangan banyak pikiran. Disaat kandungan masih 3 bulan seperti ini, tak boleh dulu banyak pikiran. Selama hamil jika ada masalah atau apa pun itu, tolong dihempaskan lebih dulu. Semua demi keselamatan anak yang ada dalam kandungan," kata Dokter Dika menguatkan Jeslin saat itu.
"Baik, Dokter. Tetapi, nanti ada obat yang diberikan tidak?" tanya Jeslin kepada Dokter Dika.
"Tentu saja ada obatnya Ibu Jeslin. Nanti saya berikan obat Dokternya. Tolong dimakan oleh Ibu Jeslin dengan teratur, sesuai dengan anjuran dokter," jawab Dokter Dika.
"Baik, Dokter. Semoga saja saya bisa sembuh." Jeslin langsung memeluk Dokter Dika saat itu.
"Amin, Ibu. Saya sudah selesai memeriksa Ibu."
"Oh, gitu iya Dokter. Sebentar saya panggil Mbak Sri. Lama banget si Mbak buat minumnya. Jeslin memanggi Mbak Sri, setelah ditunggu minumnya juga belum kunjung datang saat itu. "Mbak Sri mana minumnya ...?" tanya Jeslin.
Tidak berapa lama saat teriakan Jeslin kedengaran sampai dapur. Ternyata! Mbak Sri kelupaan mengantar minum saat itu. Dokter Dika terlihat sangat haus saat itu dan segan untuk menanyakan minum pesanan dirinya. Untung saja pemilik rumah saat itu langsung peka.
"Maaf, Nyonya. Saya lama buat minumnya. Tadi saya kelupaan membuat minuman. Ini teh hangat dan teh esnya, Nyonya." Mbak Sri meminta maaf menunduk, ketika sudah meletakkan minum tersebut di meja tamu.
Untung saja suaminya tidak mengetahui hal ini. Jika suaminya mengetahui hal ini, tidak segan-segan, Dante akan memecat Mbak Sri bekerja sebagai pembantu di rumah itu. Suaminya juga akan mengusir Mbak Sari yang hidup sebatang kara.
"Hmm untung saja kamu melakukan kesalahan dan lupa dihadapan saya. Jika kamu melakukan ini kepada Bapak. Bisa dipecat langsung kamu sama Bapak. Jangan diulangi lagi Mbak Sri, bisa bahaya nanti kalau sampai suami saya tahu." Jeslin masih melindungi dan memaklumi kesalahan pembantunya saat itu.
"Iya, Nyonya. Saya minta maaf. Silahkan diminum Ibu Dokter," pinta Mbak Sri, mengajak Ibu Dokter untuk minum.
"Terima kasih, Mbak. Pasti minumannya sangat enak," jawab Dokter Dika tersenyum.
Dokter Dika setiap bertamu ke rumah orang lain. Pasti memuji buatan orang lain sangat enak. Sehingga cara bicaranya dan memuliakan pembantu, membuat Dokter Dika sangat dihargai oleh para pembantu.
"Terima kasih, Ibu Dokter. Jangan lupa nanti langsung kasih tahu saya. Jika minuman itu tidak enak Ibu Dokter."
"Enak. Minuman ini saya rasa enak, Mbak."
"Terima kasih Ibu Dokter atas pujiannya. Saya izin permisi dulu Nyonya dan Ibu Dokter." Mbak Sri izin keluar dari kamar saat itu. Ada banyak pekerjaan dapur yang harus diselesaikan olehnya.
"Sama-sama."
Dokter Dika memuji kesopanan pembantu Jeslin saat itu. Pembantu Jeslin sangat terdidik dan ramah kepada siapa pun. Walaupun posisi Mbak Sri sebagai pembantu, Dokter Dika juga sangat memuliakan apapun bidang pekerjaan seseorang.
"Ternyata sopan juga pembantu Ibu."
"I-Iya. Pembantu saya Mbak Sri, sudah lama bekerja dengan suami saya Ibu. Sudah bekerja selama hampir 10 tahun," jawab Jeslin saat itu.
"Wah. Lama juga bekerja dengan suami Ibu Jeslin. Pasti gaji yang diberikan juga sangat tinggi," sahut Ibu Dokter.
"Tinggi juga, Bu Dokter. Tetapi, sesuai dengan beban yang diberikan. Ibu tahu, kan, suami saya itu seperti apa?"
"Tahu, Ibu."