FOLLOW IG @thalindalena
Dia hanya sebagai istri pengganti, tapi dia berharap merasakan bulan madu impian seperti pasangan suami istri pada umumnya. Tapi, bagaimana jika ekspetasi tidak sesuai dengan realita. Justru ia merasakan neraka pernikahan yang diciptakan oleh suaminya sendiri, hingga membuatnya depresi dan hilang ingatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Lara mengusap air matanya yang sejak tadi mengalir deras. Kedua matanya nyaris bengkak, dan tenggorokannya serak karena terlalu banyak menangis. Apalagi bagian intinya seperti habis di sayat dengan benda tajam, sakit sekali rasanya, bahkan untuk menggerakan kakinya saja dia tidak sanggup. Sekasar itu perlakuan Lio padanya.
Sementara yang membuatnya seperti ini tidur lelap di sampingnya, memunggunginya. Pria itu sangat pulas, seolah tidak merasa bersalah kepadanya.
Lara menatap punggung Lio, terdapat luka cakaran yang cukup dalam dan masih basah, sebagai bukti kalau perlawanannya pada Lio tidak main-main, tapi tetap saja dia kalah tenaga.
"Berani turun dari tempat tidur, aku akan mematahkan kakimu!" ucap Lio pelan tapi penuh penekanan, ketika merasakan pergerakan di sisi sebelahnya.
Oh, ternyata sejak tadi dia tidak tidur? Lalu apa yang dia lakukan? Kenapa memunggungi Lara? Apakah dia merasa bersalah kepada Lara?
Atau mungkin karena gengsi dan ke egoisan-nya yang sangat besar, membuatnya tidak berani menatap Lara atau mengucapkan kata maaf kepada istrinya itu?
Mungkin ya mungkin.
Entahlah, hanya Lio yang tahu.
Lara terhenyak ketika mendengar suara Lio yang hampir membuat jantungnya nyaris lepas dari tempatnya. Kedua kakinya yang hampir menyentuh lantai langsung di tarik lagi ke atas tempat tidur, memejamkan mata, pura-pura tidur.
Ya, pura-pura tidur lebih baik dari pada dia harus menghadapi monster tersebut. Dan kabur juga tidak mungkin karena Lio tidak pernah main-main dengan ucapannya. Dari pada kedua kakinya di patahkan lebih baik cari aman 'kan?
Lio merubah posisinya yang tadinya memunggungi Lara menjadi menghadap wanita cantik itu. Tatapan Lio tidak setajam biasanya, kali ini dia menatap Lara dengan lembut.
Lara yang awalnya hanya pura-pura tidur malah pulas, hingga dirinya tidak menyadari jika Lio memanfaatkan keadaan, memeluk tubuhnya dengan erat, seolah takut kehilangan.
Jam 8 pagi.
Lio memakai pakaiannya sambil memperhatikan Lara yang masih terlelap di atas ranjangnya. Bibirnya mengulas senyum tipis ketika mengingat jika dirinya adalah pria pertama untuk Lara.
Sudah semestinya dia bahagia 'kan? Karena baru pertama kalinya dia merasakan wanita perawan.
Tapi, kalau boleh jujur, Lio sangat bersalah kepada Lara, karena tadi malam sangat kasar pada istrinya itu. Ingin minta maaf, tapi bingung merangkai kata-kata, karena sadar kesalahannya sangat besar dan terlampau banyak. Mungkin menyembah sujud pun sepertinya tidak cukup untuk menebus segala rasa bersalahnya.
Di ruang utama sedang terjadi keributan. Para pelayan yang berjumlah 5 orang bari rapi di sana. Ketegangan mengisi ruangan itu ketika kepala pelayan sejak tadi tidak berhenti mengoceh.
"Jadi kalian semua tidak ada yang tahu keberadaan Lara?!" sentak kepala pelayan sambil berjalan mondar-mandir di hadapan para pelayan itu.
Keempat pelayan lain dengan kompak melirik tajam Danna.
Danna yang merasa di lirik pun segera menyadarinya. "Bu, aku sungguh tidak tahu. Tadi malam kami memang mengobrol di Taman, tapi ..."
"Bukankah kau tadi malam dari kamar Lara?!" potong kepala pelayan menatap tajam Danna.
"Iya, tapi tadi malam aku juga sedang mencarinya," jawab Danna, jujur.
"Ada apa ini? Kenapa kalian berisik sekali?" Leo terpaksa harus bangun ketika mendengar keributan di ruang utama. Kebetulan ruang utama dan kamar tamu letaknya berdekatan.
"Tuan Launder." Kepala pelayan langsung cari muka, tersenyum hangat dan menyapa Leo dengan sopan. "Maaf jika suara kami mengganggu Anda," ungkap kepala pelayan tidak tahu diri.
"Hei, sejak tadi yang terus bersuara itu kau! Suaramu jauh lebih buruk dari gonggonggan Spike! Menyebalkan sekali!" kesal Leo seraya mengusap muka bantalnya dengan kasar. Masih ngantuk, karena tadi malam tidak bisa tidur, karena terus-terusan memikirkan Lara.
Kepala pelayan langsung menunduk sebal, sedangkan para pelayan menahan tawa, pasalnya yang di katakan Leo adalah sebuah kebenaran.
***
Like dan Vote-nya ya kak. 🤍
Kasihan dia hanya jadi pemuas nafsu Logan aja
Dan Logan akan dijodohkan dengan anak Dana Leo