Juara 2 YAAW 2024, kategori cinta manis.
Datang ke rumah sahabatnya malah membuat Jeni merasakan kekesalan yang luar biasa, karena ayah dari sahabatnya itu malah mengejar-ngejar dirinya dan meminta dirinya untuk menjadi istrinya.
"Menikahlah denganku, Jeni. Aku jamin kamu pasti akan bahagia."
"Idih! Nggak mau, Om. Jauh-jauh sana, aku masih suka yang muda!"
Akan seperti apa jadinya hubungan Jeni dan juga Josua?
Skuy pantengin kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ajakan Untuk Menikah
Malam ini Jeni tidak bisa tidur karena terus saja memikirkan kelakuan Josua, di saat Juliette sudah tertidur dengan pulas dia malah duduk di dekat jendela seraya menatap langit malam.
"Gue jadi ngga betah tinggal di sini, padahal di sini enak banget loh. Rumah gede, fasilitas juga mewah. Tapi, gue nggak nyaman sama tingkah bokapnya si Juli," ujar Jeni lirih.
Jeni terus saja menatap langit malam, dia seolah sedang mengadu dan meminta solusi dengan apa yang harus dia lakukan saat ini.
"Ck! Mending gue ke dapur, gue harus minum air hangat agar bisa cepat tidur."
Jeni langsung keluar dari dalam kamar tersebut, lalu dia melangkahkan kakinya menuju dapur. Jeni mencari dispenser karena ingin mengambil air hangat, tetapi nyatanya di sana tidak ada dispenser.
Jeni dengan terpaksa mengambil panci dan menuangkan air dari kran, lalu gadis itu terlihat hendak merebus air. Namun, gadis itu kebingungan karena tidak bisa menyalakan kompornya.
Di rumahnya dia terbiasa menggunakan kompor gas, tetapi kompor di sana ternyata merupakan kompor elektrik. Jeni sampai menggaruk pelipisnya karena merasa bingung.
"Bagaimana cara memakainya? Tombol mana yang harus ditekan?" tanya Jeni kebingungan.
"Kamu bisa tekan yang ini."
Jeni sampai kaget, karena tiba-tiba saja ada seorang pria yang menekan tombol pada kompor yang ada di hadapannya. Tentunya yang lebih membuat Jeni kaget, ternyata Josua yang kini ada di dekatnya.
"Om! Om ngapain di dapur?" tanya Jeni dengan gugup.
"Saya mau minum, lupa tadi ngga nyiapin air. Jadinya harus pergi ke dapur untuk ambil air," jawab Josua.
Jeni sempat memperhatikan penampilan dari Josua, pria itu hanya memakai celana training saja. Josua tidak memakai baju, badannya nampak berkeringat. Sepertinya pria itu baru saja selesai berolahraga.
Josua seolah tidak peduli dengan Jeni yang nampak menatap dirinya dan memperhatikan apa yang dia lakukan, pria itu malah mengambil air dari kulkas dan meminumnya dengan santai.
Setelah meminum airnya, Josua malah duduk di salah satu bangku yang ada di sana dan menatap Jeni. Kembali gadis itu dibuat salah tingkah oleh tatapan dari Josua.
"Kamu mau seduh susu?" tanya Josua.
Karena biasanya Juliette akan meminum susu sebelum tidur, karena dengan seperti itu anak gadisnya akan tertidur dengan pulas.
"Nggak, Om. Saya cuma mau minum air hangat," jawab Jeni.
"Kenapa harus minum air hangat?" tanya Josua.
"Kalau saya tidak bisa tidur, biasanya saya akan meminum air hangat biar bisa cepat tidur."
"Ck! Kenapa lagi-lagi dia memiliki kebiasaan yang sama seperti Juni?" tanya Josua yang hanya mampu dipertanyakan di dalam hati saja.
Dengan seperti itu, Josua semakin yakin ingin mengejar gadis kecil itu. Josua semakin yakin untuk memperistri gadis kecil itu.
"Jeni," panggil Josua lirih.
"Ya, Om," jawab Jeni seraya menuangkan air panas dan menambah air panas itu dengan air biasa.
"Duduklah! Saya mau bicara," ujar Josua.
"Oke," jawab Jeni dengan perasaannya yang tiba-tiba saja tidak enak.
Namun, walaupun seperti itu Jeni tetap menurut. Wanita itu menghampiri Josua dan duduk tidak jauh dari pria itu, wanita itu nampak menunduk karena tidak berani menatap wajah Josua.
"Ada apa, Om? Apa ada yang ingin Om bicarakan?" tanya Jeni dengan sopan.
"Menikahlah denganku, Jeni. Aku jamin kamu pasti akan bahagia."
Mata Jeni langsung membulat dengan sempurna, dia benar-benar tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Josua kepada dirinya.
Gadis itu sampai mengusap-usap telinganya, dia takut jika dirinya salah mendengar dengan apa yang dikatakan oleh pria itu.
"Jeni, menikahlah denganku. Aku akan menjamin kehidupan kamu," ujar Josua dengan bersungguh-sungguh.
Tiba-tiba saja gadis itu bergidik ngeri ketika membayangkan harus menikah dengan Josua, karena walaupun pria itu sangat kaya, tetapi pria itu adalah ayah dari temannya sendiri.
"Idih! Nggak mau, Om. Jauh-jauh sana, aku masih suka yang muda."
Pria berusia tiga puluh enam tahun itu nampak kesal mendengar penolakan dari Jeni, tetapi pria itu berusaha untuk menahan emosinya.
"Yakin mau memilih yang masih muda daripada memilih aku?" tanya Josua.
Ah! Jeni merasa benar-benar kaget dengan Josua yang kembali bertanya kepada dirinya, sungguh dia merasa tidak percaya jika pria itu menanyakan hal seperti itu kepada dirinya.
"Iya, Om. Yakin, lagian Om itu ayahnya sahabat aku. Mana mungkin aku jadi ibu tiri bagi sahabat aku sendiri," ujar Jeni yang bingung harus menjawab apa.
"Yang muda itu belum tentu bisa membahagiakan kamu loh, beda dengan yang sudah berumur seperti aku," ujar Josua.
"Aih! Maaf, Om. Kayaknya Om mabok deh, Om itu pria kaya. Pasti banyak perempuan yang ingin menjadi istri Om, jadi jangan minta aku untuk jadi istri Om. Nanti nyesel," ujar Jeni.
"Tidak akan, menikahlah denganku, Jeni."
"Nggak, Om. Jeni takut, lagian Jeni masih kuliah. Jeni masih pengen ngelakuin banyak hal," ujar Jeni yang merasa semakin canggung saja berada di dekat pria itu.
"Aku tidak akan membatasi kegiatan kamu, Jeni. Aku ingin memberikan kamu kebahagiaan, bukan ingin mengekang kamu.''
"Maaf, Om. Jeni ngga bisa," jawab Jeni yang dengan cepat bangun dan hendak pergi dari dapur.
Namun, Josua juga ikut bangun dan menghalangi langkah dari wanita itu. Josua bahkan langsung menyudutkan Jeni sampai terpentok ke tembok, wajah Jeni sampai pias dibuatnya.
"Om, minggir dong, Om. Jeni mau masuk ke kamar," pinta Jeni.
Di dalam ruangan itu tiba-tiba saja dia merasa tidak ada oksigen, dia kesulitan untuk bernapas. Terlebih lagi dia harus melihat tubuh seksi Josua di hadapannya.
"Ngga bisa, kamu harus bilang iya dulu. Baru aku akan melepaskan kamu," ujar Josua.
Dengan bertingkah seperti itu, justru Josua semakin merasa dekat dengan mendiang istrinya. Karena ternyata, jika dilihat dari dekat, wajah Jeni benar-benar mirip dengan Juni.
Jeni yang merasa gugup dan juga takut akhirnya meluruhkan tubuhnya ke atas lantai, lalu wanita itu merangkak untuk menjauh dan langsung berlari menuju kamar Juliette.
"Ya ampun! Kenapa gadis itu konyol sekali?" tanya Josua yang melihat Jeni berlari seraya mengelus-elus dadanya.
Josua langsung tersenyum melihat tingkah dari Jeni, justru dengan bersikap seperti itu Jeni malah semakin mengingatkan dirinya kepada mendiang istrinya.
"Kamu begitu mirip dengan istriku, aku tidak akan melepaskan kamu, Jeni!" tekad Josua.