Adelia cahya kinanti, seorang wanita barbar yang terpaksa menikah dengan pria lumpuh dan juga depresi akibat kecelakaan yang menimpanya. Adelia menerima semua perlakuan kasar dari pria yang di nikahinya.
Albert satya wiguna, seorang pria malang harus menerima kondisinya yang dinyatakan lumpuh oleh Dokter akibat kecelakaan yang membuatnya trauma berat, selain kakinya yang lumpuh mentalnya juga terganggu akibat rasa bersalahnya yang membekas di ingatan, kecelakaan terjadi saat dia mengendarai mobil bersama kedua orangtuanya namun tiba-tiba ada sebuah mobil yang sengaja menghantam mobil miliknya, Albert berusaha menghindari mobil tersebut namun rem mobilnya blong hingga akhirnya mobil yang di tumpanginya berguling-guling di jalanan yang sepi, beruntung dia dan ibunya selamat namun ayahnya meninggal di tempat akibat terhimpit sehingga kehabisan nafas.
akankah Albert sembuh dari sakitnya? apakah Adel mampu mempertahankan rumah tangganya bersama pria lumpuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
drop kembali
Nabila dan Farid menenangkan Adel, tatapan mata Adel mulai kosong dia takut hal buruk terjadi pada ayahnya.
" Del loe yang sabar, gue yakin bokap loe pasti bakal sembuh." Ucap Nabila.
" Iya del, loe doain aja bokap loe biar dia bisa lewatin semuanya." Ucap Farid.
"Hiks.. Ayah." Tangis Adel.
untuk pertama kalinya kedua sahabatnya melihat Adel menangis setelah sekian lama, Nabila membantu Adel berdiri dan mengusap punggungnya memberi ketenangan.
"Lebih baik kita liat kondisi om Yusuf sekarang, Kasihan tante Fatimah sendirian disana." Ajak Farid.
"Loe yang tenang ya, kasihan ibu loe kalau loe kayak gini dia pasti lebih sedih melihat kondisi bokap loe dan cuman loe yang bisa nguatin dia." Ucap Nabila.
Adel mengusap air matanya, betul apa kata Nabila hanya dialah yang bisa memberi kekuatan kepada ibunya.
' Gue gak boleh cengeng, gue bakal lakuin apapun demi kesembuhan ayah walaupun nyawa taruhannya." batin Adel.
Kini Adel dan kedua sahabatnya pergi ke ruang IGD menemui Fatimah, sampai disana Adel melihat ibunya yang sedang menangis sendirian.
"Ibu" Panggil Adel.
"Adel, ayah drop lagi del. Hikss..." Ucap Fatimah menangis.
Adel berusaha menguatkan ibunya, Dokter yang menangani ayahnya keluar dari ruangan Yusuf.
"Dok, bagaimana keadaan ayah saya?" Tanya Adel langsung menghampiri sang dokter.
"Detak jantungnya kini kembali normal, namun kita harus melakukan operasi kembali di bagian perutnya karena jika dibiarkan akan berakibat fatal, pasien harus segera melakukan operasi usus buntu takutnya apabila tidak segera diangkat, kondisi ini bisa menyebabkan usus buntu pecah dan berakibat fatal." jelas dokter.
"Ya Allah, ayah..hiks" Tangis Fatimah kini kembali pecah.
"Lakukan apa saja yang terbaik untuk ayah saya dokter, berapapun biayanya saya yang akan menanggungnya." Ucap Adel.
"Sesuai prosedur yang ada kami harus meminta persetujuan dari pihak keluarga dan melakukan administrasi terlebih dahulu, setelah semuanya selesai kami akan melakukan operasi sesegera mungkin." Ucap Dokter.
Adel maju ke arah dokter, dia menarik kerah baju sang dokter.
"Lakukan saja operasinya, untuk biayanya gue yang akan membayarnya saat ini ayah sedang kritis nyawa lebih penting daripada uang, jika loe gak melakukannya gue pastikan kalau rumah sakit ini akan hangus seketika, paham!" berang Adel.
Fatimah melepaskan tangan Adel dari kerah baju sang dokter, dia tak menyangka anaknya berlaku demikian.
" Adel apa yang kamu lakukan nak?" Tegur Fatimah.
"Dalam satu hari ini gue yang akan melunasi biayanya, lakukan saja operasinya. Tugas kalian menyelamatkan pasien bukan?! Yang ada di dalam otak kalian bukan untuk menyelamatkan nyawa pasienya yang sedang sekarat tapi demi mendapatkan uang kalian rela melayangkan sebuah nyawa, jika terjadi sesuatu pada ayah gue akan gue pastikan nyawa loe semua menjadi taruhannya." Ancam Adel.
Sang Dokter terbatuk saat adel melepaskan cengkramannya.
"Uhukkk ... uhuk.. Baik aku akan melakukan operasinya segera, tapi kau harus berjanji melunasinya hari ini." Ucap Dokter.
Adel menganggukkan kepalanya dengan yakin, sang Dokter memanggil seorang suster untuk meminta tanda tangan sebagai persetujuan dari pihak keluarga pasien untuk melakukan operasi.
Saat dokter dan suster kembali masuk ke ruang IGD, Adel meminta izin kepada ibunya untuk keluar.
"Del, kamu punya uang darimana, Nak? Ibu gak punya uang sama sekali untuk biaya operasi ayah." Ucap Fatimah.
"Adel mau cari pinjaman ke orang lain, ibu tunggu disini saja sama Nabila dan juga Farid jangan khawatirkan Adel ya bu, biar Adel cari biayanya kesehatan ayah lebih penting untuk sekarang." Ucap Adel.
"Jaga diri baik-baik ya, Nak, maaf telah menyusahkanmu sayang." Ucap Fatimah membelai rambut Adel.
" Adel pergi dulu ya bu, kalian temenin dulu ibu sebelum gue datang." Ucap Adel kepada dua sahabatnya.
Fatimah menganggukkan kepalanya, Adel meminta kunci motor Nabila sebelum pergi dia mencium tangan Fatimah. Tekad Adel sudah mantap, dia akan mencari pinjaman untuk ayahnya Adel tak ingin kehilangan cinta pertamanya apapun akan dia lakukan agar ayahnya sembuh.
*
*
Di kamar Albert Indah sedang membujuk anaknya makan, tapi Albert tetap menolaknya dia malah sibuk dengan laptop di tangannya. Saham perusahaan menurun semenjak dia tak pernah muncul di perusahaan miliknya, jika Satria dan ibunya tak bisa menanganinya Albert lah yang harus segera turun tangan.
"Nak, makan dulu, nanti di lanjutkan kembali pekerjaanya." Bujuk Indah.
"Tinggalkan saja makanannya di atas meja, nanti aku akan memakannya." Ucap Albert dengan mata yang masih fokus menatap laptop di hadapannya.
"Baiklah, nanti pak ahmad yang akan membawa obat untukmu jangan lupa meminumnya. " Pesan Indah.
Indah meletakkan makanannya di atas meja di samping Albert agar memudahkan dia mengambilnya, meskipun kondisi Albert lumpuh dan mengidap gangguan mental bukan berarti dia tidak bisa melakukan apa-apa. Pak Ahmad harus selalu stay di dekat Albert, selama Albert rutin meminum obatnya maka semuanya bisa di pastikan akan baik-baik saja.
"Panggil Satria ke sini." Titah Albert.
"Baik, Tuan muda." Ucap Pak Ahmad.
Pak Ahmad memanggil Satria lewat telpon miliknya, beruntung Satria sedang berada di mansion sehingga tak membutuhkan waktu yang lama untuk dia datang.
"Tuan muda, memanggil saya?" Ucap Satria.
"Hemmm." jawab Albert singkat.
' Hemmm? Dasar manusia kulkas' batin Satria.
"Kenapa saham menurun?" Tanya Albert To the point.
"Beberapa rekan bisnis mencabut sahamnya karena produk yang kita luncurkan terhambat serta kualitasnya menurun, ada seseorang yang sedang bermain di belakang kita, setelah saya selidiki dia menahan pasokan bahan baku lalu menggantinya dengan kualitas yang rendah dengan tujuan agar para investor kecewa." Jelas Satria.
"Siapa yang melakukannya?" Tanya Albert.
"Kepala produksi yang bernama David, dia bekerjasama dengan rival bisnis kita." Jawab Satria.
"tikus kecil itu rupanya, dia lebih berani sekarang, kau tahu apa yang kau harus lakukan bukan?" Ucap Albert.
"Iya tuan, saya sedang mengumpulkan semua bukti kelicikan David selain dia mengganti kualitas bahan baku ternyata dia juga korupsi." Ucap Satria.
"Jangan buang waktu, bereskan segera tikus kecil itu!" geram Albert.
Satria menganggukkan kepalanya, dia pamit undur diri dari hadapan Albert melaksanakan tugasnya. Pak Ahmad segera mengeluarkan obat dari laci untuk berjaga-jaga, setiap Albert kelelahan dan juga stres bisa memicu penyakitnya untuk kambuh.
" Tuan muda istirahatlah dulu, saya akan mengambilkan makan siangnya dan juga menyiapkan obat untuk tuan muda." Ucap Pak Ahmad.
Albert menganggukkan kepalanya, dia menyantap makanannya walaupun sedikit lalu ia menelan beberapa butir obat yang telah Pak ahmad siapkan.
Tok .. Tok .. Tok..
" Siapa?" Tanya Albert dari dalam kamarnya.
" Ini Mommy, Nak."
"Masuk." Sahut Albert.
Indah kembali masuk ke kamar Albert dengan membawa piring berisikan buah-buahan segar dan juga segelas susu di tangannya.
"Mommy bawakan buah-buahan untukmu, makanlah Mommy tau kamu tidak berselera untuk makan tapi usahakan agar ada asupan yang masuk ke dalam perutmu, jangan menyiksa dirimu sendiri itu membuat Mommy sedih." Ucap Indah.
"Iya Mom." jawab Albert.
"Ada yang mau Mommy bicarakan sama kamu, Mommy harap kamu mau menerimanya." Ucap Indah.
"Katakan" ucap Albert singkat.
" Mommy akan menjodohkan kamu dengan wanita pilihan Mommy." Ucap Indah.
BERSAMBUNG.