Valerie terpaksa menikah dengan Davin karena permintaan terakhir papanya sebelum meninggal. Awalnya, Valerie tidak tahu-menahu tentang rencana pernikahan tersebut. Namun, ia akhirnya menerima perjodohan itu setelah mengetahui bahwa laki laki yang akan dijodohkan dengannya adalah kakak dari Jean, pria yang diam-diam ia kagumi sejak SMA dulu, meskipun Jean pernah menolaknya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xxkntng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Kantor
Kantin Kantor
"Davin di rumah udah ada perubahan?" tanya Regan sambil menyeruput minumannya perlahan.
"Sama aja kayak kemarin. Gak ada bedanya." jawab Valerie.
Regan mengangguk kecil sebelum pandangannya beralih pada Valerie. Dengan nada menggoda, ia bertanya, "Val, kamu beneran gak cemburu lihat Davin dipegang-pegang gitu tangannya sama Ceza?"
Valerie, yang sejak tadi asyik memainkan kukunya, langsung menoleh dengan alis terangkat. "Cemburu?" tanyanya datar.
"Saya aja, yang cuma temennya, gak ikhlas kalau Davin dipegang-pegang. Apalagi kamu," ujar dilan, ikut menimpali sambil melirik Davin dan Ceza yang tengah duduk berdekatan di seberang mereka.
Valerie hanya tersenyum tipis, seolah ingin menunjukkan ketidakpeduliannya. "Yang penting Davin seneng, saya juga seneng," jawabnya santai.
"Tapi kan dia suami kamu!" sahut Regan dengan nada geram, nyaris tak percaya dengan jawaban Valerie barusan.
"Bapak gak mau jelasin ke semua karyawan soal omongan bapak yang kemarin?" tanyanya, kini melirik tajam ke arah Dilan.
Dilan mengerutkan dahi. "Omongan apa?"
"Omongan waktu di rumah. Waktu bapak bilang ke Ceza kalau saya pacar bapak. Berita itu belum ada dua hari udah nyebar ke seluruh kantor!" katanya dengan nada setengah kesal.
"Saya yang gak tahu apa-apa jadi kena bully sama fans-fans bapak itu! Bapak tahu gak rasanya diomongin di belakang?!"
Dilan tertawa kecil, jelas tidak merasa bersalah. "Ya itu kan saya bilang di depan Davin. Biar Davin cemburu," ucapnya santai.
"Cemburu?"
Dilan hanya tersenyum lebar, lalu mencondongkan tubuhnya sedikit. "Val, kamu lupa? Davin kan dulu, sebelum amnesia, cemburu banget kalau liat kamu dekat sama perempuan lain. Saya cuma mau lihat reaksi dia yang sekarang."
Valerie memutar bola matanya dengan kesal. "Pak, itu dulu! Sekarang Davin udah gak peduli lagi sama saya!"
"Mau saya selingkuh sama cewek juga dia gak bakalan peduli lagi. " ujar valerie.
"Pak, mumpung Davin lagi amnesia... gimana kalau malam ini Bapak ajak saya pergi ke bar? Pliss, Pak. sebentar aja," pinta Valerie, sambil meraih lengan Dilan.
"Jangan macem-macem, kamu, Val," potong Regan tegas. "Kalau ada apa-apa sama kamu, kita juga yang kena omel nanti."
"Dia gak bakalan peduli. Sekarang Davin lebih peduli sama Ceza pak." gumamnya.
"Mau saya nyebur sumur juga davin udah gak peduli. Saya yakin bapak gak akan kena omel. "
****
Jean melangkah masuk ke dalam ruangan milik kakaknya. Di sana, Ceza sedang duduk di samping Davin.
"Keluar, saya mau ngomong sama Mas Davin," ucap Jean tegas.
"Ngomong aja, kenapa gue harus keluar?" balas Ceza santai.
"Za..."
"Ya udah, iya. Gue keluar," jawab Ceza akhirnya sambil mendesah panjang.
"Sekarang," tambah Jean menekan.
Ceza menarik napas panjang. Wanita itu akhirnya bangkit dan meninggalkan ruangan, membiarkan Davin dan Jean berdua di dalam sana.
"Kamu mau ngomongin soal apa?" tanya Davin.
"Mas Davin itu harus percaya sama aku, jangan terpengaruh sama omongan Ceza," ucap Jean serius.
"Maksudnya?"
"Maksud aku, Mas Davin sekarang dipengaruhi sama Ceza. Dia itu ngambil kesempatan dari penyakit Mas," jelas Jean.
"Mas jangan mau dibodohi sama dia."
"Kalau emang dia tunangan Mas, harusnya di jarinya ada cincin, kan?"
Jean menarik napas sebelum melanjutkan. "Istri Mas Davin itu ya Valerie. Udahlah, Mas, aku ini adik Mas sendiri. Ngapain aku bohong?"
"Sebelum kejadian ini, Mas Davin itu paling risih kalau dideketin sama Ceza. Tapi kok sekarang Mas malah nempel banget sama dia?"
Jean menatap kakaknya dengan serius. "Mas dipelet ya sama dia?"
"Intinya, aku nggak suka kalau Mas Davin dekat sama dia."
"Aku nggak akan bosan ingetin Mas kalau dia bukan siapa-siapa buat Mas. Dia itu cuma sekretaris yang ngejar-ngejar Mas, tapi dulu Mas nolak."
"Kalau Mas terus-terusan nganggurin Mbak Valerie, lama-lama dia bisa jalan sama Dilan. Emangnya Mas nggak cemburu?" jean menaik turunkan alisnya menggoda laki laki itu.