BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN!!!❌❌❌
Nessa Ananta atau biasa di panggil Eca, gadis yang menempuh pendidikan di luar kota akhirnya kembali ke Ibu kota setelah sebelumnya bekerja menjadi sekretaris di sebuah perusahaan.
Tapi apa jadinya jika kembalinya ke rumah Kakaknya justru mendapat kebencian tak beralasan dari Kakak iparnya.
Lalu bagaimana kisah hidup Eca selanjutnya ketika Kakaknya sendiri meminta Eca untuk menikah dengan suaminya karena menginginkan kehadiran seorang anak, padahal Kakak iparnya begitu membencinya?
Kenapa Eca tak bisa menolak permintaan Kakaknya padahal yang Eca tau Nola adalah Kakak kandungnya?
Lalu apa penyebab Kakak iparnya itu begitu membencinya padahal mereka tak pernah dekat karena Eca selama ini ada di luar kota??
Apa yang terjadi sebenarnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kakak Ipar
Sayang, kamu di mana??" Suara teriakan Nola membuat pelukan itu terlepas dari tubuh Eca.
Dengan penuh ketakutan Eca berbalik secara perlahan. Kedua tangannya menyatu saling merem*as karena rasa takutnya.
"Siapa kamu!!" Suara berat dan sedikit serak tadi kini berubah mendesis. Pria itu menatap Eca begitu tajam.
Pria itu begitu terkejut karena ternyata ia peluk tadi bukan istrinya. Karena saat ini istrinya muncul dari arah tangga.
Bara menatap wanita yang menundukkan wajahnya dengan takut di depannya itu.
Dia memaki dirinya sendiri kenapa sampai bisa salah mengenali istrinya sendiri. Pria dewasa berusia tiga puluh tiga tahun itu menatap wanita yang tidak ia kenal itu dari atas sampai bawah.
Bentuk tubuhnya memang mirip dengan istrinya. Tinggi badannya, rambutnya, kulit putihnya yang tak ternoda. Tentu kalau dari belakang Bara pasti akan menganggap wanita itu adalah istrinya.
Bara semakin menatap sengit pada wanita di depannya. Lebih tepatnya merasa malu dan kesal karena mengingat apa yang dia lakukan tadi. Dia merasa menjadi pria menjijikkan yang menyentuh wanita lain yang tidak ia kenal sama sekali.
"Sayang, kok kamu baru pulang sih?? Kan tadi aku udah minta kamu pulang awal" Nola langsung bergelayut manja di lengan suaminya.
"Maaf aku lupa" Bara juga langsung menoleh kembali pada wanita yang tadi sempat ia jamah tengkuknya.
Ia ingat apa alasan istrinya meminta dia pulang lebih awal.
"Jadi dia adikmu??"
"Iya, kamu nggak lupa sama dia kan??"
Bara jelas lupa, buktinya tadi dia terkejut dan tak mengenali Eca sama sekali. Wajar saja karena dulu saat pernikahan mereka Eca berkenalan dengan Bara saat wajahnya full make up dan kini terlihat polos tampa sapuan bedak sama sekali.
"Maaf saya tidak mengenali kamu tadi" Ucap Bara dengan suara seraknya yang datar.
"I-iya Mas, Eca juga nggak tau kalau Mas Bara belum pulang jadi ngagetin karena malam-malam ada di dapur" Perlahan Eca mengangkat kepalanya untuk melihat wajah Kakak Iparnya itu.
Deg...
Eca tersentak dengan tatapan dingin dan datar dari pria itu. Tatapan mata itu seolah menafsirkan ketidaksukaan kepada dirinya.
Tapi untuk sejenak, Eca bisa melihat perubahan pada pria berbadan tinggi dan tegap di depannya itu. Wajahnya semakin dewasa dengan jambang halus dan juga kumis tipisnya. Sungguh tampak berbeda dengan Bara lima tahun yang lalu saat bersanding dengan Kakaknya di pelaminan dulu.
"Jadi kamu tadi sempat nggak mengenali Eca sayang??"
"Hemm" Angguk Bara.
"Gimana sih kamu, untung aja kamu nggak tuduh Eca ini maling di rumah kita" Canda Nola.
"Enggak kok Mbak. Itu wajar kan karena kami baru sekali ketemu"
Eca tak mungkin mengatakan apa yang Bara lakukan kepadanya tadi. Bisa-bisa Kakaknya salah paham. Lagipula Eca yakin kalau tadi Kakak iparnya itu mengira dia adalah Nola. Makanya Bara bisa memeluk bahkan... Akkhhhh membayangkannya saja Eca merasa geli.
Tubuhnya yang masih suci itu justru telah di jamah oleh Kakak iparnya sendiri walau sebatas,.... Emm, Eca tak ingin melanjutkan. Bukannya kalian sudah membacanya sendiri apa yang Bara lakukan kepadanya tadi??
"Ya udah lebih baik kamu mandi dulu sayang, nanti aku bawakan teh hangat ke kamar"
Bara hanya mengangguk kemudian berjalan menuju kamarnya. Pria itu pergi tanpa kata tanpa menoleh pada Eca lagi, bahkan mengucapkan maaf untuk apa yang ia lakukan tadi pun tidak. Seolah tadi benar-benar tak terjadi apa-apa.
"Maafkan Mas mu ya Ca?? Dia emang orangnya kaku kaya gitu. Tapi kamu nggak usah takut, dia aslinya baik kok"
"Iya Mbak" Tetap saja Eca merasa sungkan kalau ingat tatapan Bara kepadanya tadi.
"Mbak beruntung banget punya suami kaya Mas mu itu Ca"
"Iya Eca tau Mbak. Selama menikah, Mbak Nola kelihatan bahagia banget. Eca senang"
Nola mendekati Adiknya. Merangkul bahunya dengan kelembutan.
"Gimana Mbak nggak bahagia Ca. Bara itu sosok suami yang sempurna. Dia begitu mencintai Mbak, dia mencurahkan semua cinta dan kasih sayangnya buat Mbak. Dia juga selalu menuruti keinginan Mbak tanpa terkecuali. Dia juga sosok suami yang setia. Walau pernikahan kami sudah lima tahun tanpa hadirnya seorang anak, dia nggak pernah menuntut apa-apa Ca. Makanya Mbak cintaaa banget sama dia" Nola mencurahkan semua perasaannya pada Eca
"Iya, Mbak beruntung punya suami kaya Mas Bara. Mas Bara juga beruntung punya istri kaya Mbak"
"Bisa aja kamu. Semoga kamu nanti juga bisa dapat suami yang baik kaya Bara ya Ca. Sukur-sukur yang kaya raya kaya Bara jadinya kita sama-sama nggak susah lagi kaya dulu. Mbak nggak mau kalau kita kembali hidup di susah kaya dulu lagi. Mbak juga mau kamu hidup enak kaya Mbak"
Eca mengerti kenapa Kakaknya itu terobsesi sekali ingin hidup kaya raya. Bukannya matre, tapi Eca tau kalau hanya dengan itu Nola bisa menaikkan derajatnya sendiri.
"Kalau buat Eca, yang penting dia baik dan mau mencintai Eca dengan tulus aja Eca udah senang kok Mbak" Eca memang tak mematok kriteria khusus untuk pendampingnya nanti.
Dia hanya ingin anaknya nanti punya keluarga yang lengkap dan bahagia tak seperti dirinya dan Nola yang harus mandiri dari usia belia.
"Ck, mana boleh!! Mbak bakalan seleksi satu-satu cowok yang sekat sama kamu!! Apa sebenarnya kamu udah punya pacar ya??" Selidik Nola pada Adiknya.
"B-belum Mbak" Gugup Eca. Dia memang belum punya kekasih, namun ada seorang lelaki yang begitu dekat dengannya dan begitu menarik hatinya selama ini.
Pria itu juga kembali ke Jakarta bersamanya kemarin.
"Halah nggak usah bohong kamu. Sampai gugup gitu"
"Tapi beneran nggak ada Mbak. Kita cuma teman kok" Kilah Eca lagi.
"Teman tapi mesra kan. Kapan-kapan kenalin sama Mbak ya??"
"Iya mbak. Kapan-kapan ya??"
"Gitu dong. Ya udah sekarang Mbak mau buatin teh dulu buat Bara"
Eca hanya menatap Kakaknya itu dengan kagum. Kelak kalau dia menjadi seorang istri, dia pasti akan menjadi istri yang baik seperti Nola.