Di masa putih abu-abu, Juwita dan Calvin Cloud menikah karena kesalahpahaman. Calvin meminta Juwita untuk menyembunyikan status pernikahan mereka.
Setelah lulus sekolah, Calvin pergi ke luar negeri untuk menempuh pendidikan. Sedangkan Juwita memilih berkuliah di Indonesia. Mereka pun saling menjauh, tak memberi kabar seperti kebanyakan pasangan lainnya.
Lima tahun kemudian, Juwita dan Calvin dipertemukan kembali. Calvin baru saja diangkat menjadi presdir baru di perusahaan Lara Crop. Juwita juga diterima menjadi karyawan di perusahaan tersebut.
Akan tetapi, setelah bertemu, sikap Calvin tetap sama. Juwita pun menahan diri untuk tidak memberitahu Calvin jika beberapa tahun silam mengandung anaknya.
Bagaimanakah kelanjutan hubungan Juwita dan Calvin? Apakah Juwita akan tetap merahasiakan buah hatinya, yang selama ini tidak pernah diketahui Calvin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocean Na Vinli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Jangan Pecat!
Mendengar hal itu Dewi, Lina dan Salma sangat terkejut dan ketakutan setengah mati.
"Jangan Pak, jangan pecat aku! Aku hanya ikut-ikutan saja, tadi aku diajak Lina, aku minta maaf Pak! Aku mohon jangan pecat aku!" seru Dewi seketika. Membuat Lina tercengang.
"Apa-apaan kamu Dew?! Aku tidak memaksamu tadi untuk ikut aku menyerang Juwita!" Lina terlihat sangat murka.
"Hentikan omong kosongmu Lin, benar kata Dewi, Lina lah yang mengajak kami untuk menyerang Juwita, Pak! Lina cemburu karena tadi saat di dalam kantor melihat Juwita dan Bapak bermesraan. Lina tidak terima karena dia menyukai Bapak!" Salma ikut juga menimpali dan sesekali melirik Lina, yang saat ini mukanya semakin terlihat memerah.
Namun, Salma tidak peduli. Dia harus menyelamatkan kariernya.
"Pertimbangkan lagi untuk memecat kami Pak, aku dan Dewi sudah lama berdedikasi di perusahaan ini, terlebih aku adalah kepala divisi pengembangan produk, apa Bapak yakin ingin melepaskan aku! Ada banyak proyek yang akan dikerjakan dalam beberapa bulan ke depan, Bapak masih membutuhkan aku dan Dewi! Jadi, pecat saja Lina Pak! Dia lah akar masalahnya, tadi dia lah yang sering sekali menyerang Juwita, aku hanya ikut-ikutan saja," lanjut Salma kembali.
"Tutup mulut kalian, sialan! Kalian benar-benar teman yang tidak tahu diri!" Napas Lina semakin memburu. Sebab apa yang disampaikan Salma dan Dewi tidak semua benar.
Saat mengetahui Juwita dan Calvin bercumbu mesra di kantor tadi. Lina tiba-tiba didatangi Salma dan Dewi. Keduanya bertanya apa yang terjadi di dalam sana. Lina pun menceritakan apa yang dilihatnya dan ketika berkisah Lina tiba-tiba berceletuk kecil.
"Aku sangat benci wanita itu, baru jadi karyawan baru saja sudah belagu, eh ternyata dia memiliki hubungan terlarang dengan Pak Calvin makanya dia berani, rasanya aku ingin sekali memberinya pelajaran," kata Lina tadi.
Detik itu pula, Salma dan Dewi malah mengiyakan ucapan Lina, lalu membuat rencana untuk mencelakai Juwita, tanpa memikirkan dampak pada perbuatan mereka, yang sekarang terancam akan dipecat.
"Diam! Berani-beraninya kalian berteriak di dekatku?!" pekik Calvin seraya melirik dingin Lina, Dewi dan Salma bergantian.
Suasana semakin mencekam. Kini ruangan terasa lebih panas. Calvin belum berniat mengendurkan rahang. Masih memandang Lina, Dewi dan Salma dengan tatapan dingin. Untung saja Juwita tidak ada di ruangan saat ini. Calvin memang sengaja mengajak ketiga karyawannya ini ke sini, agar Juwita tidak kaget karena teriakannya.
Tubuh ketiga wanita tersebut lantas bergetar, menahan rasa takut yang mulai menggerogoti seluruh tulang. Dengan cepat mereka menundukkan kepala.
"Ma—af Pak," ucap Dewi dengan suara yang sangat pelan dan hanya bisa didengar Salma saja.
"Tindakan kalian tidak mencerminkan karyawan Lara Crop! Untuk Salma dan Dewi aku masih berbaik hati tidak memecat kalian, karena kalian memiliki andil yang cukup tinggi di perusahan ini! Tapi kalian akan diskors untuk sementara waktu!" Calvin lantas berseru.
Setelah dipikir-pikir, Calvin belum lama bekerja dan masih belum tahu seluk beluk tentang perusahaan. Akhir-akhir ini perusahaan mengalami penurunan. Hal itu dikarenakan hasil perbuatan Loren, pamannya sendiri. Entah apa yang dilakukan Loren hingga membuat fluktuasi perusahaan kurang baik. Dia masih memerlukan karyawan lama seperti Salma dan Dewi, yang dia tahu memiliki banyak andil dalam kejayaan perusahaan Lara Crop.
Salma dan Dewi langsung tersenyum sumringah.
"Baik terima kasih Pak, tidak apa-apa kami diskors, lagi pula ini salah kami," sahut Dewi.
"Tapi kalau kalian masih menganggu Juwita! Jangan harap aku akan memaafkan kalian lagi!" balas Calvin kemudian dengan sorot mata setajam belati.
Salma dan Dewi tertunduk dalam, tatapan Calvin menghunus jantung keduanya. Kini gurat ketakutan terukir dengan jelas di wajah Salma dan Dewi.
"Ba—ik Pak," balas Salma.
"Lalu, bagaimana dengan aku Pak? Aku tidak dipecat juga kan hanya diskors," ucap Lina.
Lina mulai resah karena Calvin tidak langsung mengatakan namanya tadi.
Calvin menyeringai. "Bukankah sudah kukatakan tadi, kamu dipecat! Pergi dari ruangan ini sekarang!"
Bagai disambar petir. Lina membelalakan mata. "Jangan Pak. Aku ini sekretaris Anda, bagaimana Bapak menghandel pekerjaan nanti, Bapak masih butuh—"
"Diam! Aku bisa mencari sekretaris lagi! Pergi dari ruanganku sekarang! Atau mau aku seret hah?!" pekik Calvin seketika.
Lina lantas membeku, teriakan Calvin terdengar menggema dan memekakan telinga. Sampai-sampai Dewi menutup kembali kedua telinganya sejenak. Dengan terpaksa Lina mengangguk lemah kemudian berjalan bersama Salma dan Dewi keluar ruangan.
Setelah itu, Calvin pun bergegas keluar hendak datang ke ruangan pribadi. Namun, sesampainya di luar, Calvin tercengang saat mendapat informasi dari Ardi bila Juwita tidak ada di ruangan dan dipastikan sudah pergi alias kabur.
"Apa? Bagaimana bisa, badan Juwita masih lemah! Kamu ini tidak becus berkerja!" seru Calvin lalu melirik dokter Rian sekilas di samping Ardi.
"Maaf Pak, aku juga tidak tahu, saat aku kembali ke ruangan, ruangan sudah kosong, aku pikir Juwita bersama Bapak," balas Ardi sambil menyengir kuda.
Calvin mendengus lalu menyambar ponsel di saku celana dan menghubungi Juwita.
"Ayo angkatlah Juwita, kamu di mana?" Calvin sangat tak sabaran, kala panggilannya tak diangkat Juwita.
Calvin semakin cemas, berharap Juwita dalam keadaan baik-baik saja sekarang.
Sementara itu, di lain tempat. Juwita mengabaikan dering ponsel di dalam tas. Dia sudah berada di rumah dan kini tengah memeluk erat Chester. Tak hanya itu, kedua pipinya berlinangan air mata sejak tadi. Kejadian hari ini membuat dirinya terguncang, karena kegilaan para wanita terhadap Calvin. Juwita pada akhirnya mendapatkan kekerasan di tempat kerjanya.
Tadi, setelah sadarkan diri, dalam keadaan rambut dan pakaian masih berantakan, Juwita memutuskan untuk segera pulang ke rumah. Juwita tak lupa membawa tas kerja usangnya, yang tergeletak di meja kerja Calvin tadi. Di sinilah dia sekarang, berpelukan bersama Chester.
"Mama kok nangis? Telus kenapa ada dalah di bibil Mama?" Chester terlihat heran dengan penampilan Juwita yang menurutnya aneh.
Saat dijemput di rumah Pak RT. Chester kebingungan, melihat mamanya terus menunduk ketika berbicara dengan pak RT. Sesampainya di rumah, Chester sangat tercengang, ternyata wajah mamanya tampak sangat berantakan. Keheranan Chester bertambah kali-kali lipat tatkala mamanya memeluknya tiba-tiba tadi.
Juwita perlahan mengendurkan pelukan, tak membalas atau pun berniat menanggapi perkataan. Dia justru membenamkan kecupan di kening Chester bertubi-tubi, lalu kembali merengkuh badan mungil tersebut.
"Ma?" Chester semakin heran dan pada akhirnya tidak bertanya lagi.
'Ayo Juwita, kamu harus kuat ini demi Chester, besok kamu harus lebih berani menghadapi mereka!' batin Juwita kemudian, berusaha menguatkan diri, menghadapi Lina, Dewi, dan Salma besok.
Keesokan harinya. Keadaan Juwita sudah membaik. Pagi-pagi sekali Juwita datang ke kantor. Keadaan kantor masih terlihat sepi, hanya ada beberapa karyawan laki-laki saja. Tak ada yang mengetahui insiden kemarin. Terlebih, sekarang muka Juwita tampak baik-baik saja. Dia menyamari tamparan Lina yang mendarat banyak di pipinya kemarin, menggunakan concealer dan foundation.
Saat ini, Juwita baru saja menjatuhkan bokong di kursi, bersiap-siap memeriksa email masuk ke komputer.
Namun, belum juga jari-jari lentiknya bergerak di keyboard. Calvin berdiri di sampingnya tiba-tiba dengan raut wajah datar.
"Ke mana saja kamu kemarin? Kenapa tidak mengangkat teleponku atau pun membalas pesanku, sebenarnya di mana alamat rumahmu?"
Juwita tercengang, cepat-cepat mencari alibi di dalam otak, tapi, belum juga lidahnya bergerak. Calvin kembali bersuara.
"Mulai hari ini kamu jadi sekretarisku saja menggantikan Lina."
***
Ket:
Fluktuasi merujuk pada kondisi perekonomian perusahaan, berdampak pada volatilitas harga, perubahan daya beli masyarakat, ketidakstabilan investasi, gejolak pasar keuangan, dsb.
o ya ko' Chester bisa ke perusahaan sendiri,dia kan masih bocah... sementara kan jarak rumah ke perusahaan jauh?