NovelToon NovelToon
Dia Anakku

Dia Anakku

Status: tamat
Genre:Tamat / Janda / Anak Genius / Ibu Pengganti / Kehidupan di Kantor / Romansa / Penyesalan Suami
Popularitas:2.1M
Nilai: 4.9
Nama Author: Mommy Ghina

Ditalak ketika usai melahirkan, sungguh sangat menyakitkan. Apalagi Naura baru menginjak usia 20 tahun, harus kehilangan bayi yang dinyatakan telah meninggal dunia. Bagai jatuh tertimpa tangga dunia Naura saat itu, hingga ia sempat mengalami depresi. Untungnya ibu dan sahabatnya selalu ada di sisinya, hingga Naura kembali bangkit dari keterpurukannya.

Selang empat tahun kemudian, Naura tidak menyangka perusahaan tempat ia bekerja sebagai sekretaris, ternyata anak pemilik perusahaannya adalah Irfan Mahesa, usia 35 tahun, mantan suaminya, yang akan menjadi atasannya langsung. Namun, lagi-lagi Naura harus menerima kenyataan pahit jika mantan suaminya itu sudah memiliki istri yang sangat cantik serta seorang putra yang begitu tampan, berusia 4 tahun.

“Benarkah itu anak Pak Irfan bersama Bu Sofia?” ~ Naura Arashya.

“Ante antik oleh Noah duduk di cebelah cama Ante?” ~ Noah Karahman.

“Noah adalah anakku bersama Sofia! Aku tidak pernah mengenalmu dan juga tidak pernah menikah denganmu!”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33. Mengundurkan Diri

Noah bisa bobo nyenyak usai video call dengan Naura, berbeda dengan papinya tidur penuh kegelisahan. Sudah miring ke kiri dan ke kanan tetap saja tidak bisa memejamkan matanya. Pikirannya melalang buana entah ke mana, atau mungkinkah ia kecewa saat video call Irfan tidak ada kesempatan sama sekali untuk berbicara dengan Naura? Putra satu-satunya menguasai ponselnya, begitu sudah selesai mengobrol wanita itu langsung mematikan video callnya, sehingga ia tidak ada kesempatan untuk bicara meski hanya semenit saja.

Sementara itu di rumah Naura, wanita itu tampak merapikan beberapa pakaian ke koper kecilnya.

“Besok kamu jadikan mengundurkan diri?” tanya Alma sembari memperhatikan sahabatnya.

“Ya jadilah mama udah kirim uang ke rekening, jadi begitu bayar penalti surat resignku sudah ada di bagian HRD,” balas Naura.

“Mertuamu baik sekali Naura, andaikan sejak dulu kamu bertemu.”

“Yang dulu biarlah yang dulu, sekarang cerita yang sekarang. Setidaknya satu bebanku agak berkurang, semoga kisah kelam ku di masa lalu tidak sampai diketahui oleh istrinya Sofia. Aku benar-benar malas ribut,” ungkap Naura sembari menjatuhkan bobot tubuhnya ke tepi ranjang.

Alma mengangguk paham. “Terus besok kamu langsung pulang ke Yogya?”

“Iya Alma, keretaku jam delapan malam dari stasiun gambir. Kamu, aku tinggal beberapa hari gak pa-pa, kan? Padahal aku pengen kita sama-sama pulang ke sana.”

“Aku udah gak bisa ambil cuti lagi Naura, pokoknya aku titip oleh-oleh buat ibu bapakku ya.”

“Iya Al, pasti akan aku sampaikan kirimanmu buat ibu bapakmu,” balas Naura tersenyum tipis

Sebenarnya di hati Alma ada yang ingin ia tanyakan pada Naura mengenai kecurigaan saat melihat kemiripan Naura dan Noah, hanya saja ia belum yakin karena baru sebentar bertemu dengan Noah, andaikan ia bertemu lagi ia ingin mempertegas kemiripan mereka berdua.

***

Keesokan hari, Naura tampak rapi dengan setelan busana kerjanya, meski tujuannya ingin mengundurkan diri wanita itu harus tetap berpenampilan rapi. Pagi ini Naura tidak mengendarai motornya sendiri, ia memilih memesan ojek online dan sekitar jam delapan pagi wanita itu telah tiba di gedung Grup Mahesa.

“Met Pagi,” sapa Naura dengan ramahnya pada beberapa security dan staf resepsionis.

Langkahnya begitu cepat menuju lantai 12, lalu bergegas ke ruang kerjanya untuk merapikan barang pribadinya agar nanti ia bisa langsung bawa pulang, setelah semuanya barang-barangnya sudah rapi wanita itu turun ke lantai lima ke bagian HRD. Semuanya ia kerjakan dengan cepat sebelum Irfan datang.

“Naura, kamu yakin hari ini mau mengundurkan diri?” tanya Pak Surya, Manajer HRD, saat ia menerima surat resign dari Naura.

“Iya Pak Surya, saya sudah memikirkan beberapa hari yang lalu karena saya mesti pulang kampung, ibu saya sakit keras. Dan masalah uang penalti hari ini akan saya transfer. Jadi saya minta hitungan penalti dari perusahaan biar langsung saya transfer, Pak,” ungkap Naura, berpura-pura tampak sedih biar lebih meyakinkan di hadapan Andre.

Pria paruh baya itu mendesah sembari meletakkan surat tersebut ke atas meja kerjanya. “Kenapa k tidak kamu ajukan cuti panjang saja Naura jika ibu kamu sekarang lagi sakit keras. Saya yakin Pak Damar pasti akan memberikannya, ketimbang kamu resign pastinya Pak Damar akan sangat kecewa kehilangan sekretaris terbaiknya. Jujur saja tidak banyak karyawan berkompeten seperti kamu sebagai sekretaris presdir,“ balas Surya agak sedikit membujuk.

“Terima kasih atas pujian Pak Surya, saya yakin pasti akan ada yang bisa menggantikan posisi pekerjaan saya, semuanya butuh proses dan kebiasaan hingga akhirnya mahir dalam kerjanya. Keputusan saya sudah bulat untuk mengundurkan diri,” balas Naura dengan tenangnya.

Surya sejak dulu sudah diwanti-wanti oleh Damar untuk mengistimewakan Naura layaknya beberapa orang yang menduduki jabatan direktur di Grup Mahesa. Dan, kini Surya ingin mencoba mempertahankan wanita itu.

“Kamu tidak mau berpikir dulu? Atau apa sebaiknya saya izinkan kamu untuk berlibur dulu?” tanya Surya.

Wanita itu tersenyum tipis, paham dengan apa yang ditawarkan oleh Surya. “Pak Surya terima kasih atas tawarannya, dan sekali lagi keputusan saya sudah bulat ingin berhenti bekerja. Dan jangan khawatir saya tidak akan menyesali keputusan ini,” balas Naura berusaha menyakinkan.

Surya menghela napas kecewanya, lalu kembali menatap surat tersebut. Dalam beberapa menit mereka terdiam, lalu barulah Surya buka suara. “Baiklah Naura kalau kamu tidak bisa digoyahkan keputusannya, kamu bisa langsung ke Rina mengurus penaltinya,” ujar Surya dengan tatapan sendunya.

“Terima kasih banyak Pak Surya, dan terima kasih saya sudah diberi kesempatan untuk bekerja di sini.”

“Sama-sama Naura, saya sangat sedih harus kehilangan salah satu karyawan terbaik di sini. Semoga kamu sukses di luar sana, dan semoga ibu kamu cepat sembuh.”

“Terima kasih, Pak Surya.” Salam perpisahan pun terjadi, setelah itu Naura mengurus administrasi dalam waktu setengah jam.

Dan, akhirnya Naura resmi secara administrasi bukan karyawan Grup Mahesa, atribut name tag saat iu dikembalikan diganti dengan name tag tamu. Ada rasa sedih yang menyeruak di hati Naura, karena di sanalah tempat pertama kali ia bekerja, hanya saja keadaan membuat ia harus meninggalkan perusahaan Grup Mahesa.

“Ting!” Lamunan Naura buyar saat menunggu pintu lift terbuka. Dan, tampaklah sosok Deri sendiri di dalam sana, mau tidak mau Naura masuk ke dalam.

Pria itu pun melirik wanita itu yang sepertinya agak terkejut melihatnya.

“Akhirnya kita berjumpa lagi Naura.” Deri menyapanya terlebih dahulu.

Naura hanya menyunggingkan senyum miring. “Saya pikir Pak Deri telah lupa seperti Pak Irfan,” balas Naura bersikap formal.

Dengan alisnya yang  terangkat sebelah pria itu menatap lekat wajah Naura. “Kebetulan sekali kita berdua ada di lift, saya ingin bicara denganmu, hanya berdua,” ajak Deri terkesan dingin.

“Boleh,” Naura menerima ajakan Deri, setibanya pintu lift terbuka di lantai 12 Deri mengajak Naura ke ruang meeting dan di sanalah mereka berbicara.

“Sebelumnya saya minta maaf atas kejadian masa lalu. Akhirnya kamu mengetahui siapa pria yang menikahimu. Pak Irfan hanya ingin sedikit bersenang-senang denganmu pada waktu itu. Dan, yang seperti kamu lihat kenyataan jika Pak Irfan sudah memiliki istri sebelum menikahimu,” ujar Deri.

Naura bergeming, salah satu tangannya meremat sisi celana bahannya, sungguh hatinya kembali terluka.

“Saya tidak mau berbasa basi denganmu di sini Naura. Saya sempat kaget melihat kehadiran kamu di sini yang ternyata selama ini bekerja sebagai sekretaris Pak Damar. Jadi saya minta demi menjaga rahasia Pak Irfan selaku Presiden Direktur dan demi keutuhan rumah tangga Pak Irfan dengan istrinya, saya minta kamu pergi dari perusahaan ini, dan jangan pernah muncul di hadapan Pak Irfan!” tegas Deri, lalu ia mengeluarkan amplop coklat panjang agak tebal, kemudian menaruhnya di sisi meja meeting.

“Ada uang 30 juta buatmu, saya harap cukup untuk ongkos kamu mencari pekerjaan yang baru di luar sana!”

Bersambung ... ✍️

1
Raditya
Luar biasa
Anonymous
keren
Suci Arofah
suka dg karakter mamanya irfan
Suci Arofah
irfan bego d bodohin sm asisten n sofia
Mama Ikha
Luar biasa
sasatar77 tarsa
semangat untuk mu thoor ceritanya bagus
Fransiska Musilah
mulai menuai apa yg kau taburkan sofia
Fransiska Musilah
penyesalan tidak datang duluan irfan..
carilah kebenaran sekarang
Linda Antikasari
Luar biasa
Fransiska Musilah
dih irfan dasar lelaki egois ,naura juga berhak bahagia tau...
nona kim
bagus Naura
Fransiska Musilah
ngga tau aja kamu sofia kalo sekretaris papa mertuamu ibu dari anak suamimu.
Fransiska Musilah
makanya irfan buka matahatimu
Fransiska Musilah
terus ibu adiba bukalah topeng menantumu.
Fransiska Musilah
oh ternyata ada pagar makan tanaman....
Fransiska Musilah
ibu adiba teruslah menabur kebaikan dan tegakkan keadilan.
diacc ya thor /Drool//Drool/
Fransiska Musilah
adiba ibu yg baik.dari awal hatinya udah mengikuti naluri seorang ibu begitu liat kemiripan noah dan naura
Fransiska Musilah
sofia .irfan kaliam bakal menuai apa yg klian tabur.
terutamakamu sofia
Fransiska Musilah
ternyata sideri itu sengkuni
Fransiska Musilah
oh begitu,ternyata kalian org org egois....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!