Dikejar Duda Kaya
"Juli, dari tadi gue liatin elu cemberut aja. Kenapa sih?"
Jeni menghampiri sahabatnya, Juliette. Dia langsung duduk di samping wanita itu, sahabatnya yang nampak asik duduk sendirian di bangku taman sambil melamun.
Juliette langsung menolehkan wajahnya ke arah sahabatnya, lalu dia memeluk sahabatnya itu dengan wajah sedih.
"Bokap gue kerja ke luar kota, gue males banget di rumah nggak ada bokap." Juliette menghela napas berat.
Juliette dan juga Jeni kuliah di salah satu universitas yang ada di ibu kota, keduanya berumur dua puluh tahun.
Jeni merupakan anak yatim piatu yang bisa berkuliah karena mendapatkan beasiswa, sedangkan Juliette merupakan anak orang kaya yang sengaja kuliah di universitas biasa.
Wanita itu bahkan berpenampilan layaknya orang biasa, tidak pernah sekalipun dia memakai baju ataupun tas dan sepatu branded. Hal itu dia lakukan karena ingin memiliki sahabat yang benar-benar tulus, bukan karena dia adalah seorang anak konglomerat.
"Kalau elu nggak mau tidur di rumah sendirian, elu nginep aja di rumah gue. Tapi, rumah gue kecil." Jeni tersenyum setelah mengatakan hal itu.
Walaupun rumahnya sangat kecil, tetapi dia merasa bersyukur karena masih memiliki tempat tinggal. Dia juga merasa bersyukur karena bisa bekerja sambil kuliah.
Lebih tepatnya Jeni jualan online, dia menjual baju, tas dan sepatu secara online. Jeni terkadang juga membantu orang lain untuk menjual barang dagangannya, dengan seperti itu nantinya dia akan mendapatkan hasil yang lumayan.
"Jen, bagaimana kalau elu aja yang nginep di rumah gue? Lagian besok kita libur kuliah, nginep di rumah gue aja, ya?" ajak Juliette.
Sudah dua tahun mereka kuliah di universitas yang sama, Juliette benar-benar merasakan ketulusan dari Jeni. Rasanya, ini adalah saatnya untuk Juliette mengatakan tentang dirinya yang sebenarnya.
"Gimana ya? Gue pan harus jualan online," jawab Jeni.
"Gampang, nanti gue bantu." Juliette menatap Jeni dengan tatapan penuh permohonan.
Sebenarnya Jeni merasa keberatan, karena ada saatnya dia harus live saat jualan online. Jika dia berjualan dari rumah Juliette, tidak barang dagangan yang bisa dia pajang. Namun, dia tidak mau mengecewakan sahabatnya.
"Oke," ujar Jeni pada akhirnya.
Setelah selesai mengobrol, keduanya nampak pergi dari taman untuk pergi ke kediaman Juliette. Baru saja keduanya keluar dari gerbang kampus, Jingga--wanita yang terkenal karena cantik dan juga kaya langsung menghampiri keduanya.
"Tunggu sebentar, jangan pergi dulu. Besok malam di rumah gue ada perayaan ulang tahun, kalian berdua wajib datang. Ingat, pakai baju yang bagus. Kadonya juga harus yang mahal," ujar Jingga seraya tersenyum meledek.
Jingga bahkan menatap penampilan Jeni dan juga Juliette dari atas kepala sampai ujung kaki, dia seolah meremehkan keduanya.
Jeni yang memang adalah seorang anak yatim piatu merasa tidak perlu hadir di acara pesta ulang tahun Jingga, takutnya nanti dia akan mempermalukan dirinya sendiri.
"Sorry, kayaknya gue--"
"Kami pasti dateng, jangan khawatir." Juliette langsung ngomong kasih ucapan dari Jeni.
"Juli!" protes Jeni.
"Tenang, ada gue!" ujar Juliette seraya tersenyum.
Jingga tertawa meledek, lalu dia nampak menepuk pundak Jeni dan juga Juliette secara bergantian.
"Semoga kalian ngga bikin malu di pesta gue," ujar Jingga yang langsung pergi meninggalkan keduanya.
Selepas kepergian Jingga, Jeni nampak menatap Juliette dengan tatapan tidak suka. Selama ini dia memang begitu menghindari Jingga, karena dia tidak mau berurusan dengan wanita sok kaya dan sok cantik itu.
"Juli! Bisa mampus gue, gue ngga punya dress cantik. Gue juga nggak punya duit buat ngasih kado sama dia, kenapa elu iyain aja?" protes Jeni.
"Udah ngga usah berisik, ayo ikut ke rumah gue. Jangan khawatir," ujar Juliette seraya menarik lembut tangan Jeni.
Selama ini keduanya memang bersahabat, keduanya sering bertukar cerita. Namun, hanya Jeni yang selalu jujur dengan keadaannya. Juliette tentunya tidak pernah membuka jati dirinya.
"Kita mau ke mana?" tanya Jeni ketika Juliette mengajak Jeni untuk masuk ke dalam taksi yang sudah diberhentikan oleh Juliette.
"Ke rumah gue, udah elu diem aja. Oke?" ujar Juliette.
"Hem!" jawab Jeni yang memang tidak ingin berdebat dengan sahabat tercintanya itu.
Keduanya nampak saling diam saat mereka pergi menuju kediaman William, Jeni masih merasa kesal, sedangkan Juliette diam karena tidak ingin membuat Jeni lebih marah lagi kepada dirinya.
"Yuk, turun!" ajak Juliette ketika mereka tiba di kediaman William.
Jeni menurut, wanita muda itu ikut turun bersama dengan sahabatnya dari taksi tersebut. Saat menyadari mereka kini berada di depan rumah yang begitu besar, mata Jeni langsung membulat dengan sempurna.
Rumah itu tidak terlihat seperti rumah, rumah itu terlihat seperti istana. Jeni sampai merasa tidak percaya jika Juliette mengajak dirinya ke tempat seperti itu.
"Elu ngga salah ngajak gue ke sini?" tanya Jeni.
"Nggak! Rumah ini adalah rumah bokap gue, sorry kalau selama ini gue bohong sama elu. Sebenarnya gue anak orang kaya, tapi gue sengaja kuliah di universitas biasa agar bisa mendapatkan teman yang tulus kaya elu."
"Juliette!" ujar Jeni merasa tidak percaya karena ternyata sahabatnya itu merupakan anak dari orang kaya.
"Sorry, karena selama ini orang yang mau berteman sama gue hanya karena harta bokap gue. Jadi, sengaja gue berpura-pura menjadi orang miskin supaya bisa dapet temen kaya elu," ujar Juliette.
"Hem, gue paham. Tapi, setelah tahu kalau elu anak orang kaya, gue jadi minder," ujar Jeni.
"Jangan minder, mending kita masuk ke dalam. Gue laper, gue juga mau ngasih baju yang bagus buat elu. Kita harus jadi pusat perhatian di ulang tahunnya si Jingga," ujar Juliette.
"Hem," jawab Jeni lesu.
Awalnya Jeni merasa begitu bersemangat ketika pertama kali berteman dengan Juliette, karena dia merasa jika di dunia ini bukan hanya dia orang yang susah.
Namun, setelah mengetahui jika Juliette adalah anak dari orang kaya, dia sungguh merasa malu sekali. Karena rasanya dia benar-benar beda kasta dengan wanita itu.
"Makan dulu ya, abis itu ke kamar gue. Gue bakal nunjukin koleksi baju gue, biar si Jingga malu karena udah berani ngatain kita."
"Iya," jawab Juliette pasrah.
Akhirnya Juliette dan juga Jeni makan siang bersama, setelah itu keduanya nampak masuk ke dalam kamar Juliette.
Jeni nampak melongo dengan tidak percaya, karena kamar dari sahabatnya itu benar-benar terlihat begitu luas dan juga mewah.
Kamar Juliette terlihat lima kali lebih luas dari rumah peninggalan kedua orang tuanya, itu hanya kamarnya saja. Karena luas rumah itu terlihat begitu besar dan sangat megah.
Jeni merasa, jika dia berjalan sendiri di rumah tersebut, rasanya dia pasti akan tersesat. Harusnya di tembok rumah itu ada peta, pikir Jeni. Agar dia bisa tahu ke mana arah menuju pintu utama.
"Kok diem aja? Ngga mau masuk ke kamar gue?" tanya Juliette yang melihat sahabatnya itu hanya diam dengan mata yang membulat dengan sempurna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Lina Maulina
plng mles klo udah ada orang yg sok d atas belagu lg
2024-11-11
0
Katherina Ajawaila
awal cerita yg menarik
2024-07-05
0
rama
betawi yah thor?
2024-05-12
6