Demi mendapatkan biaya pengobatan ibunya, Arneta rela mengorbankan hidupnya menikah dengan Elvano, anak dari bos tempat ia bekerja sekaligus teman kuliahnya dulu.
Rasa tidak suka yang Elvano simpan kepada Arneta sejak mereka kuliah dulu, membuat Elvano memperlakukan Arneta dengan buruk sejak awal mereka menikah. Apa lagi yang Elvano ketahui, Arneta adalah wanita yang bekerja sebagai kupu-kupu malam di salah satu tempat hiburan malam.
"Wanita murahan seperti dirimu tidak pantas diperlakukan dengan baik. Jadi jangan pernah berharap jika kau akan bahagia dengan pernikahan kita ini!"
Follow IG @shy1210_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 - Tidak Akan Tinggal Diam
Arneta mulai merasa sedikit tenang berada di dalam pelukan El. Menyadari jika istrinya sedang membutuhkan pelukan hangat dari dirinya, membuat El menelefon Ben. Dia meminta tolong pada Ben untuk datang ke lokasinya berada saat ini. El membutuhkan bantuan Ben untuk membawa mobilnya karena dirinya tidak bisa untuk mengemudi di saat kondisi Arneta sedang tidak baik-baik saja saat ini.
Tak lama berselang, Ben nampak datang menggunakan taxi onlie. Dia terkejut melihat kondisi Arneta saat ini. Kedua kelopak matanya nampak sembab. Pun dengan tubuhnya yang bergetar hebat.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Ben. El tidak menjawab. Dia justru meminta Ben untuk gegas mengemudikan mobilnya menuju rumah.
Ben melakukan tugasnya segera. Dia sudah duduk di belakang kemudi, sementara El dan Arneta berpindah duduk ke kursi belakang. Sepanjang perjalanan menuju rumah, Arneta terus saja menangis. El yang masih setia memeluk tubuhnya terus berusaha untuk menenangkannya. Cukup lama menangis di dalam pelukan El, tangisan Arneta akhirnya terdengar mulai hilang dan deru napas wanita itu terdengar mulai teratur menandakan wanita itu sudah tertidur di pelukan El.
Dari balik kemudi, Ben hanya melihat kondisi Arneta saat ini dari kaca spion tanpa ingin bertanya pada El. Ben tidak ingin membuat Arneta yang sudah tenang jadi terjaga.
Dringggg
Ponsel El bergetar kembali. Sejak tadi ponselnya terus bergetar menandakan ada panggilan masuk. Namun El mengabaikannya begitu saja. Karena saat ini Arneta sudah tenang dan tertidur di dalam pelukannya, membuat El melihat siapakah orang yang menelefon dirinya.
"Cahyal." Lirih El. Dia kembali menyimpan ponsel ke dalam saku celana setelah mematikan data seluler dan menghidupkan mode pesawat. Untuk saat ini El sedang tidak ingin diganggu oleh siapa pun termasuk Cahya. Dia ingin menebus kesalahannya pada istrinya.
Setibanya di rumah, El menggendong tubuh Arneta dengan hati-hati keluar dari dalam mobil. Dia tidak ingin membuat wanita itu jadi terjaga sehingga melakukan pergerakan selembut mungkin. Ben turut tak bersuara. Dia mengekori pergerakan El hingga akhirnya duduk di ruangan tengah menunggu El turun untuk menemuinya setelah mengantarkan Arneta ke dalam kamar.
Setelah membaringkan tubuh Arneta di dalam kamar, El tidak langsung pergi meninggalkan Arneta. Dia menatap lekat wajah sembab wanita itu dengan tatapan bersalah. "Maafkan aku..." hanya kalimat itulah yang bisa terlontar dari mulut El. Tidak ingin membuat tidur wanita itu terganggu dan tidak nyaman, El memilih tidak lagi bersuara. Dia juga membuka sepatu yang dikenakan Arneta kemudian menyelimuti tubuh wanita itu dengan selimut.
Setelah memastikan Arneta sudah tenang dalam tidurnya, El gegas turun ke lantai bawah. Dia ingin menemui Ben yang sudah sangat baik menolong dirinya.
"Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kondisi Arneta seperti itu?" Ben langsung saja mencecar El dengan banyak pertanyaan. Dia sangat kaget dengan keadaan Arneta saat ini.
El menghela napas dalam. Wajahnya nampak memerah dan rahangnya mengeras membayangkan apa yang terjadi tadi. Dia kemudian menceritakan apa yang terjadi kepada Ben. Membuat Ben ikut merasa marah setelah mendengarnya.
"Dasar badjingan terkutuk!!" Umpat Ben. Andai saja Andika berada di depannya saat ini, Ben pasti sudah melakukan hal yang sama seperti yang El lakukan tadi pada dirinya. "Apa setelah melihat dan mengetahui kejadi tadi membuatmu masih menuduh istrimu adalah wanita murahan?" Ben bertanya setelah suasana hatinya mulai tenang. Tidak ada jawaban dari El. Pria itu membisu seakan sulit untuk memberikan jawaban.
"Kupikir kamu harus berpikir ulang menuduh Arneta yang bukan-bukan. Karena, bila dia benar wanita seperti itu, dia tidak akan diperlakukan seperti itu oleh Andika. Arneta juga tidak akan trauma seperti tadi." El masih saja diam. Namun, Ben melihat anggukan pelan oleh kepala El.
"Setelah dia sudah bangun dan bisa lebih tenang, tanyakanlah apa yang terjadi sebenarnya. Jangan sampai kamu menyesal karena selama ini selalu menghina dan menuduhnya yang bukan-bukan." Saran Ben. Lagi, El hanya mengangguk pelan sebagai respon.
Ben tidak lagi bersuara. Keduanya hening hingga akhirnya Ben kembali bersuara di saat merasa jika dirinya wajib untuk mengatakannya. "Lalu, apa yang akan kamu lakukan pada Andika? Apa kamu akan melepaskannya begitu saja?" Ben ingin tahu rencana El kedepannya. Setahu Ben, El tidak akan membiarkan orang yang sudah berani berurusan dengannya bebas begitu saja.
"Aku akan melaporkannya. Aku tidak akan membiarkannya hidup tenang begitu saja!"
"Lantas, bagaimana bila dia melaporkanmu balik atas tuduhan kekerasan?"
El tersenyun sinis. "Tidak ada satu pun orang di dunia ini yang aku takuti termasuk dia. Walau pun dia melaporkan aku nantinya, aku akan balik menuntut dirinya dengan tuduhan yang lebih kejam!!"
Ben merasa lega mendengarnya. Ternyata, jauh di lubuk hati El yang terdalam, Arneta adalah wanita yang cukup penting untuknya. Pasalnya, jika wanita itu tidak berarti apa-apa untuk El, pria itu pasti tidak akan peduli sampai sejauh ini. El bahkan mau berurusan dengan pihak kepolisian hanya demi Arneta.
Pukul dua belas malam, Ben berpamitan untuk pulang. El gegas kembali ke dalam kamar setelah mengantarkan El sampai ke depan rumah. Setelah berada di dalam kamar, El mendekati tubuh Arneta. Menatap sendu wajah Arneta yang masih nampak sembab. Lagi, El kembali meminta maaf atas kesalahannya. Jika saja tadi terjadi hal yang tidak diinginkan pada Arneta, dia pasti tidak akan bisa memaafkan kesalahan dirinya sendiri.
Ting!!
Terdengar notifikasi pesan masuk ke ponsel El. Beberapa menit yang lalu, El memang sudah kembali mematikan mode pesawat di ponselnya dan menghidupkan data seluler serta wifi. Terlihat di layar ponsel El, sebuah pesan video dari orang kepercayaannya yang tadi ia perintahkan untuk meminta rekaman cctv pada pihak hotel.
El gegas mengambil TWS miliknya dan memasangnya ke telinga untuk mendengar audio dari rekaman cctv yang barusan dikirim. Baru saja rekaman cctv berputar, darah El sudah mendidih melihat Andika memantau pergerakan Arneta dari luar kamar mandi. El juga dapat melihat bagaimana Andika berusaha menghadang Arneta dan Arneta berusaha sekuat tenaga untuk menghindar dari dirinya.
"Badjingan!!" Umpat El. Ternyata apa yang dikatakan Arneta tadi benar jika Andika berusaha melecehkannya. Terlihat jelas dari video dan audio yang sedang diputar. "Aku tidak akan membiarkan hidupnya bisa tenang!!" Geram El. Bukan hanya Andika yang akan berurusan dengan hukum dengannya. Tapi orang yang tadi ia lihat menolong Andika juga. Dia tidak akan membiarkan mereka berdua lepas begitu saja.
"Lihat saja apa yang akan aku lakukan nanti kepada badjingan keparat seperti kamu, Andika!!" Umpat El dalam hati dengan wajah yang nampak merah padam menahan amarah yang sudah memuncak di ubun-ubun.
***
Teman-teman, boleh bantu kasih rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ dulu sebelum lanjut. Jangan lupa tinggalkan jejak like dan komen juga, ya🤗
*Gedegbgntsamael*
tapi penasaran sama hubungan el dan evan.apa el merasa orang tuanya bertindak tidak adil padanya yaa karena emang anak angkat,, semoga kedepan mereka berdua selalu rukun dan saling menjga