Dalam dunia sepak bola yang penuh persaingan, cinta tak terduga mekar. Caka Alvias, bintang tim Warriors FC yang tampan dan populer terjebak dalam perasaan terlarang untuk Bulan Nameera, asisten pelatih nya, yang terkenal tegas dan tangguh. Namun, konflik masa lalu dan juga tekanan karir mengancam untuk menghancurkan cinta mereka. Apakah cinta mereka bisa bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjelyy_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Petunjuk
Bulan, Caka dan lainnya tiba di rumah Nenek Tio, disambut dengan senyum hangat. Mereka datang untuk melihat sunset yang kata Tio sangat indah. Nenek Tio menyambut mereka dengan minuman hangat dan kue tradisional.
Matahari mulai terbenam di ufuk barat, menciptakan pemandangan indah di bukit yang menghadap ke rumah Nenek Tio. Rumah sederhana itu berdiri di antara permukiman penduduk, dengan taman bunga yang rimbun dan pohon-pohon yang rindang.
Mereka duduk di teras, menikmati pemandangan sunset yang spektakuler. Bukit-bukit hijau membentang luas, dengan awan-awan merah jingga. Suara burung-burung bernyanyi, mengiringi angin sepoi-sepoi.
"Ke atas bukit yuk?" tawar Tio
Bulan yang baru saja bergabung langsung menolak, "Aku gak ikut."
Semua mata melihat nya, "Kenapa, Lan?" tanya Tio, "Kamu gak suka sunset?"
"Aku takut ketinggian."
Tiba-tiba Riko tertawa, "Sejak kapan kamu takut ketinggian, Lan. Kamu lupa dulu kita sering naik wahana ekstrim dari ketinggian" ucap Riko sementara Caka masih terus mengamati.
"Iya, seinget ku, kamu juga suka sunset." sambung Tio
Bulan merasa perkataan mereka benar adanya, namun kejadian itu merubah segalanya.
"Ayo lah, Lan. Lihat tuh bagus banget kalau kita lihat dari atas." ajak Bulan lagi.
Melihat wajah tertekan dan tidak nyaman dari Bulan, Caka angkat suara, "Mungkin Bulan capek."
Tio dan Riko serentak menoleh ke Caka, "Ya udah kita aja." usul Tio dan di setujui dengan Bulan.
Mereka bertiga pergi tanpa Bulan. Punggung mereka mulai menghilang di pandangan Bulan.
Karna melihat Bulan sendirian, nenek Tio perlahan menghampirinya dengan senyum manis.
"Syukurlah kamu selamat, nduk"
Sontak membuat Bulan melirik ke arah nenek Tio yang baru saja duduk di sebelahnya.
"Nenek tau kecelakaan itu?"
Nenek Tio tersenyum dan mengangguk, "Tanamkan dalam dirimu bahwa itu bukan kesalahan mu, itu takdir!. Kamu tahu nduk, terkadang ingatan buruk jauh lebih menyakitkan di bandingkan kejadian itu sendiri."
Bulan tidak mampu menahan air matanya lagi, dia tertunduk lemas kemudian dengan berat kembali menatap nenek Tio, "Jadi nenek tau, siapa korban nya. Aku denger orang itu meninggal."
Nenek Tio tidak menjawab seperti sengaja menutupi sesuatu, dia memperbaiki rambut Bulan dan tersenyum manis, "Beri aku petunjuk nek, aku ingin tau dan meminta maaf dengan tulus pada keluarga korban."
Akhirnya nenek Tio mengambil nafas dalam-dalam, "Seorang polisi wanita."
****
"Jadi kamu tau kecelakaan itu, Tio." Tanya Caka antusias
Caka dan Tio saling bertatapan, "Aku gak tau pasti, yang jelas kata nenek aku, pelakunya seorang gadis."
"Gadis?" ulang Riko dan Caka bersamaan.
Tio mengangguk, lalu menoleh Caka, "Kenapa kamu jadi kepo soal kecelakaan itu?"
Caka langsung memalingkan wajahnya, "Ah engga cuma nanya aja"
Mereka turun saat azan mulai berkumandang, selesai magrib mereka berpamitan untuk kembali pulang.
Sebelum pulang nenek Tio menghampiri Bulan, "Sering main-main kesini ya."
Nenek Tio memberikan bingkisan makanan, "Nek tidak usah repot-repot."
"Gak repot kok. Kalian terima ya buat makan di jalan." kata nenek Tio tersenyum manis.
Di dalam mobil Bulan mendadak menjadi pendiam, tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut nya.
Bahkan sepanjang jalan dia hanya menutup matanya sembari mendengarkan musik.
Caka yang berada di samping nya terus memperhatikan setiap sudut wajahnya, dia terus merasa terpesona.