SEKUEL dari Novel ENGKAU MILIKKU
Biar nyambung saat baca novel ini dan nggak bingung, baca dulu season 1 nya dan part khusus Fian Aznand.
Season 1 : Engkau Milikku
Lanjutan dari tokoh Fian : Satu Cinta Untuk Dua Wanita
Gadis manis yang memiliki riwayat penyakit leukemia, dia begitu manja dan polos. Mafia adalah satu kata yang sangat gadis itu takuti, karena baginya kehidupan seorang mafia sangatlah mengerikan, dia dibesarkan dengan kelembutan dan kasih sayang dan mustahil baginya akan hidup dalam dunia penuh dengan kekerasan.
Bagaimana jadinya ketika gadis itu menjadi incaran sang mafia? Sejauh mana seorang pemimpin mafia dari organisasi terbesar mengubah sang gadis?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merencanakan Pembebasan
“Bos Souza meminta kami untuk memeriksa semua gadis ini, apa semua lengkap dan siap untuk dikirim,” ujar Jeremi pada pria yang bernama Maxi.
“Mereka semua berjumlah 337 orang, sudah meninggal sebanyak 28 orang karena para pengawal yang tidak bisa mengendalikan nafsu, sehingga mereka memakai gadis-gadis itu secara bersama dan akhirnya banyak yang tewas,” jelas Maxi pada Jeremi, Zoya sedikit sesak dan iba mendengar hal itu.
“Dimana mayatnya?” tanya Jeremi.
“Di ruangan itu, kami akan mengambil organ dalam tubuhnya lalu segera mengkremasi mereka untuk menghilangkan jejak, mari ikut.” Jeremi dan Zoya pergi ke sebuah ruangan tempat dimana mereka mengkremasi mayat-mayat yang telah diambil organ dalamnya.
“Sebagian yang mencoba kabur juga dibunuh.” Jelas Maxi kembali.
“Baiklah, aku hanya diminta oleh bos Souza untuk memeriksa mereka saja, dan berikan jumlah para gadis itu keseluruhannya serta ke negara mana saja mereka akan dikirim,” kata Zoya.
“Aku akan memberikan detail seluruh datanya pada kalian, mari ikut.”
Jeremi dan Zoya kembali mengikuti Maxi, ternyata di ruangan bawah tanah itu ada ruangan khusus tempat dimana Maxi menyimpan seluruh data para gadis yang diculik itu hingga kemana mereka akan dijual.
Jeremi membuat Maxi sibuk dengan mengajaknya berbincang, Zoya menggunakan kesempatan itu untuk mencuri semua data dari komputer milik Maxi.
Setelah mendapatkan semuanya, Zoya memberikan kode pada Jeremi agar segera pergi dari tempat itu, mereka harus keluar dan menyusun rencana untuk membawa anggota ke sana membebaskan semua gadis yang diculik oleh Souza.
Jeremi kembali ke atas bersama dengan Zoya, di lorong itu kembali terdengar suara teriakan yang saling sahut menyahut para gadis itu, mereka pasti sedang di ruda paksa kembali oleh para pengawal.
Teriakan kesakitan mereka membuat Zoya sangat pilu dan kasihan, dia seakan menempatkan dirinya di antara para gadis tersebut.
Gavino sudah menunggu di dalam mobil, Zoya memasuki mobil itu, dia menangis dalam pelukan Gavino dan menceritakan apa yang dia lihat tadi. Jeremi menggunakan mobil sendiri jadi dia tidak bersama dengan Gavino dan Zoya.
“Sudahlah jangan menangis, itu semua bagian dari bisnis Zee, jika kamu mendalami kehidupan bawah ini, maka semua itu sudah hal lumrah.”
“Aku nggak kuat Gavin, aku benar-benar kasihan dengan mereka.”
“Lebih baik kita sekarang ke markas, kita akan susun rencana untuk menghadapi Souza dan membebaskan para gadis itu.” Zoya mengangguk, Gavino mengendarai mobilnya menuju markas.
Di dalam markas, Jeremi memberi tahu mengenai detail kapan dan kemana para tawanan itu akan dijual.
“Mereka akan mengirim sebahagian dari tawanan ke Amerika dan beberapa lagi dibagi secara acak ke Italia, Brazil, Spanyol, Rusia, Timur Tengah dan banyak lagi.” Jelas Jeremi.
“Mereka akan mengirim secara bertahap, dua hari lagi club itu akan dikosongkan dan semua gadis akan segera dikirim melalui bus.” Timpal Zoya.
“Berarti kita memiliki waktu dua hari unuk membebaskan tawanan itu, kita butuh rencana yang matang karena Souza sangat kuat, dia bisa saja menghancurkan kita jika kita salah langkah.” Kata Gavino.
“Satu-satunya cara untuk membebaskan para tawanan itu hanya dengan membawa mereka ketika semuanya telah keluar dari ruang bawah tanah itu, kita tidak bisa membawa mereka jika masih di club, tidak ada jalan lain dari ruangan itu menuju keluar.” Jelas Zoya karena sedari tadi dia mengamati ruangan bawah tanah itu.
“Itu mustahil, jika memang para gadis akan dibawa keluar, pasti pengawalan mereka sangat ketat lagi, sedangkan saat di club saja mereka meletakkan penjaga dengan begitu ketat apalagi jika telah dibawa keluar.” Sahut Gavino.
“Aku tau bagaimana caranya.” Gavino dan Zoya memandang Jeremi, mereka menunggu siasat dari Jeremi.
“Apa itu?”
“Harus ada seseorang yang bisa menyusup ke dalam rombongan para tawanan tersebut, jadi orang itu akan memberitahu kita kemana bus itu pergi dengan menaruh chip pelacak di tubuhnya.” Gavino dan Zoya mengerti, hal itu sangat masuk akal.
“Tapi bagaimana cara menyusupkan seseorang ke dalam sana?”
“Kamu bisa melakukannya Gavino.” Jeremi dan Gavino menatap Zoya.
“Maksud kamu apa Zee?”
“Jadi begini, aku akan menyamar sebagai salah seorang tawanan yang kabur, lalu kamu datang membawaku pada mereka dan mengatakan kalau aku kabur dari Souza, mereka pasti akan membawaku pada Souza dan akan menaruhku di tempat para gadis itu.”
“Gila kamu Zee, tidak, aku tidak setuju dengan ide kamu itu, itu bahaya Zoya.” Tolak Gavino, tidak mungkin dia akan membiarkan kekasih hatinya dalam bahaya seperti itu.
“Selama ada kamu dan Jeremi, aku akan baik-baik saja, percayalah padaku Gavin.”
“Aku tidak setuju.”
“Kita hanya punya waktu dua hari untuk menyelamatkan mereka Gavin.”
“Aku akan memikirkannya, aku tidak akan melibatkan kamu dalam hal ini, tidak akan Zee.”
“Gaviinn.”
“Please, tolong beri aku waktu untuk berpikir Zee, aku akan mencari cara sendiri dengan tidak mengorbankan dirimu.” Gavino merangkul Zoya, dia memeluk erat gadis itu.
“Aku tau kalau niatmu itu baik, tapi aku tidak akan mengorbankan dirimu seperti ini, kau lebih berharga bagiku Zoya, berharga dari apapun.”
“Tapi Zoya, semua itu tidak mungkin, karena data setiap gadis yang menjadi tawanan itu sangat lengkap, kamu tidak bisa menyusup ke sana Zoya.” Gavino merasa lega dengan perkataan Jeremi.
“Kita pikirkan cara lain.”
“Kamu bisa menyabotase data Urfi kan, datanya masih ada.” Zoya teringat dengan Urfi yang saat ini sudah meninggal.
“Benar juga, soalnya semua data ini baru diinput kemarin jadi yang meninggal baru-baru ini belum di input sama sekali, aku akan mencobanya.” Jeremi bergegas menuju komputer, dia akan menyabotase data Urfi dan mengubahnya dengan Zoya.
“Ikut aku.” Gavino membawa Zoya, mereka bicara berdua.
“Aku tidak mau terjadi apa-apa padamu, tolong jangan lakukan hal konyol seperti itu, akan sangat berbahaya untukmu, bukankah kamu sendiri yang mengatakan kalau mereka itu diperlakukan dengan buruk oleh pengawal? Aku tidak mau kamu juga diperlakukan seperti itu Zoya.” Gavino menangkup wajah Zoya.
“Percaya padaku Gavin, aku bisa menjaga diriku, selama kau dan Jeremi bersama denganku, aku akan aman.” Zoya terus meyakinkan Gavino kalau rencananya itu akan berhasil.
Gavino menghela nafasnya dan menyatukan keningnya dengan kening Zoya. Hati pria itu kini diliputi oleh keresahan.
“Aku takut Zee, kau sangat berarti untukku, jika terjadi sesuatu yang buruk padamu maka aku pasti akan menyesali semuanya.”Lirih Gavino.
“Tidak akan ada apa-apa denganku Gavin, bukankah aku sering menjalankan beberapa misi penting denganmu? Semua baik-baik saja kan?” Zoya terus meyakinkan Gavino.
...***...