Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Mungkin peribahasa ini sangat cocok untuk menggambarkan kehidupan gadis ini.
Meyva Maharani Nareswari, gadis muda, cantik nan mandiri, kini tengah di hantam dengan kepahitan yang luar biasa dalam hidupnya. Kecewa yang berlipat karena melihat sang kekasih hati yang berselingkuh dengan saudari tirinya sendiri. Di tambah lagi dengan fitnah keji yang di lempar sang mantan dengan tujuan untuk membuat playing victim agar pria itu tak di salahkan dan berbalik semua kesalahan justru jatuh pada Meyva.
Di selingkuhi, di fitnah, di tikung dari belakang, di usir dan satu lagi ... harus menikah dengan seseorang yang baru dia kenal secara mendadak.
Apakah Meyva bisa melewati semuanya?
Apakah kehidupan Meyva bisa jauh lebih bahagia setelah menikah atau justru sebaliknya?
Penasaran dengan kisah kehidupan Meyva?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ennita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
❤️ Happy Reading ❤️
Dari semalam Meyva tidak pulang ke rumahnya, dirinya lebih memilih untuk menginap di toko miliknya saja. Semula dia akan menghubungi Melda dan mengatakan mau menginap di rumah gadis itu, tapi setelah di pikir-pikir lagi, dirinya lama-lama merasa tak enak jika terus merepotkan Melda dan keluarganya meskipun Meyva yakin keluarga sahabatnya itu tak akan keberatan sama sekali.
"Kamu semalam nginap di sini?" tanya Bu Meri, orang yang datang pertama kali ke toko.
"Hem." sahut Meyva yang rasanya masih begitu malas.
Semalam dirinya tak bisa tidur, hingga baru terlelap dini hari tadi.
"Kenapa?" tanya Bu Meri.
"Lagi malas aja di rumah Bu." sahut Meyva. "Aku ke atas dulunya Bu, mau rebahan bentar ... entah kenapa mata aku rasanya masih begitu lengket." sambungnya.
"Iya, biar ibu yang tangani toko, kamu istirahat saja." kata Bu Meri.
Meyva pun berjalan dengan gontai menuju lantai atas di mana ruangannya berada.
❤️
"Bu, Meyva gak pulang ya?" tanya Rena pada sang ibu saat mereka berdua sudah duduk di ruang makan.
"Hem baguslah, dengan begitu akan membuat citra Meyva semakin buruk dan ayahnya itu pasti akan semakin murka." sahut ibu Rumi.
"Iya juga ya."
"Makanya kamu itu harus pintar-pintar cari muka sama ayah tirimu itu."
Ibu dan anak itu menghentikan perbincangan mereka saat mendengar suara sepatu mendekat.
"Meyva mana Bu?" tanya ayah Surya yang tak melihat salah satu putrinya.
"Sepertinya gak pulang yah." jawab ibu Rumi. "Entah kemana anak itu perginya." sambungnya lagi setelah menghela napas panjang seolah dirinya begitu memikirkan keberadaan Meyva saat ini.
"Anak itu benar-benar ya ... '' geram ayah Surya dengan tangan yang terkepal sehingga menampilkan buku-buku tangannya.
Bu Rumi memegang tangan ayah Surya serta mengelus dengan lembut punggung tangannya suaminya itu.
"Jangan emosi yah, ini masih pagi." kata ibu Rumi. "Sekarang lebih baik kita sarapan saja." usulnya. "Ayah ada meeting kan pagi ini?" sambungnya lagi.
"Tapi anak itu semakin hari semakin keterlaluan." ujar ayah Surya.
Ibu Rumi tak lagi menyahut perkataan ayah Surya, wanita paruh baya itu lebih memilih untuk meraih piring ayah Surya dan mengisinya dengan nasi goreng yang merupakan menu sarapan mereka pagi ini.
"Em ... yah." kata Rena dengan ragu-ragu saat Surya baru menyuapkan satu sendok nasi goreng ke dalam mulutnya.
Mendengar putrinya memanggil membuat ayah Surya pun menolehkan wajahnya.
"Ada apa Rena?" tanya ayah Surya.
"Nanti kalau Meyva marah karena tau aku yang akan menikah dengan Dimas gimana yah?" tanya Rena. Kenapa dia tanya seperti itu? Ya karena wanita itu butuh tameng, butuh orang yang akan membela dirinya saat nanti mendapatkan cacian atau bahkan amukan dari saudara tirinya.
"Biar ayah yang hadapi, kamu gak usah khawatir Ren." jawab ayah Surya yang di angguki oleh Rena. "Ini semua salah Meyva sendiri, bukan salah kamu." sambungnya.
Mereka bertiga kemudian melanjutkan kembali sarapan mereka yang tertunda.
❤️
"Hai, honey." sapa Rena yang baru saja memasuki salah satu kamar apartemen.
Rena masuk begitu saja dan menyapa seorang pria yang kini duduk di atas sofa dengan satu kaleng minuman dingin di salah satu tangannya.
"Kamu sudah datang?" tanyanya, padahal sudah tau orangnya ada di situ ... pakai tanya segala, pertanyaan yang clasik.
Tanpa menjawab, Rena lebih memilih untuk melangkah mendekat dan duduk di pangkuan sang pria.
"Aku sangat merindukanmu honey." katanya dengan begitu manja.
"Begitu pun dengan ku."
Tanpa basa basi c***man pun di dapatkan di bibir keduanya.
"Aku senang banget, akhirnya kita akan bersama untuk selamanya." ucap Rena setelah pangutannya terlepas.
"Bagaimana dengan Meyva?" pertanyaan pria itu seketika membuat wajah Rena yang semula bahagia menjadi memberengut kesal.
"Kenapa kamu harus membuat moodku hancur dengan menyebut namanya?' tanyanya dengan kesal.
"Maaf baby, aku tak bermaksud." sahut Dimas.
Ya, pria yang di temui Rena pagi ini di apartemen adalah Dimas. Dimas memang lebih memilih untuk tinggal di apartemen daripada di kediaman kedua orangtuanya. Dengan dalih karena dari apartemen ke tempat kerjanya memiliki jarak yang cukup dekat, meskipun dari rumah Dimas juga tak terlalu jauh sebenarnya ... hanya butuh waktu sekitar tiga puluh menitan.
Tapi alasan yang sebenarnya adalah Dimas ingin bebas. Kalau di apartemen dia bisa sesuka hati memasukkan wanita dan melakukan hal yang enak-enak tanpa ada yang mengganggu.
"Aku gak menyangka kamu punya rencana dan ide secemerlang itu honey." kata Rena memuji apa yang telah di lakukan Dimas untuk semakin memuluskan hubungan mereka tanpa terendus kasus penghianatan yang mereka berdua lakukan pada Meyva.
"Tak terpikir sebenarnya, tapi waktu melihat Meyva akan jatuh dan di tolong seseorang ... entah kenapa aku berinisiatif untuk memotretnya, karena posisi mereka seperti sedang saling berpelukan jika di lihat dari engel tempat aku berdiri." papar Dimas. "Dan langsung terlintas begitu saja di otakku untuk melakukan semua itu begitu mendengar Meyva marah-marah dan mengatakan aku berselingkuh." imbuhnya lagi.
"Cerdasnya calon suami aku." puji Rena dengan tangan yang sudah mencolek hidung Dimas.
"Jadi apakah hanya pujian yang aku dapatkan darimu baby?" tanya Dimas dengan alias yang sedikit terangkat sambil menatap Rena dengan lekat.
"Tentu saja tidak honey, tapi kamu boleh melakukan apapun karena aku seutuhnya milikmu seharian ini." kata Rena dengan nada yang sengaja di buat sedikit manja.
Tanpa basa basi Dimas kembali menyatukan bibir mereka berdua. Mulai berdiri dan melangkah menuju dimana kamarnya berada tanpa menghentikan aktivitas keduanya.
Setelah di kamar, mereka berdua kembali melakukan perbuatan ena-ena mereka hingga keduanya sama-sama mendapatkan kepuasan berkali-kali.
❤️
Cklek
"Hai bro, serius amat." kata seorang pria yang baru saja masuk ke sebuah ruangan yang dimana ada pemuda tampan yang sedang dengan serius menatap layar monitor di hadapannya.
Bukannya langsung menyahut, pemuda itu justru melihat jam yang ada di pergelangan tangannya lalu melepas kacamata yang sedari tadi bertengger manis di hidungnya yang mancung seperti perosotan anak TK.
"Kalian seperti pengangguran yang datang pagi-pagi ke tempat kerja orang lain." sahut Dave sambil mematikan laptop miliknya setelah menyimpan semua data.
"Lagi jenuh di perusahaan, butuh refreshing." sahut salah seorang yang sudah duduk bersandar di sofa.
"Kerjaan gue gak banyak dan gak ada meeting juga." sambung yang lain.
"Gak sibuk untuk kalian berdua, bukan buat gue." sahut Dave.
"Ck, baru datang kita sudah kena semprot aja sama big bos yang satu ini Yo."
Dave menghela nafasnya sebentar, menetralisir rasa kesalnya sebelum mengumpat kedua orang yang kini duduk santai di sofa yang ada di ruangannya saat ini.
"Untung sahabat, kalau bukan sudah gue suruh satpam buat lempar keluar." gumam Dave.
Yang datang ke perusahaan Dave adalah kedua sahabatnya, yaitu Mario dan Alex.