Catharine Briana Wilson dan Cathalina Andromeda Wilson adalah saudara kembar identik yang sengaja dipisahkan sejak bayi oleh sang ibu
Catharina yang tinggal bersama orang tuanya harus menghadapi kepahitan hidup setelah sang ibu meninggal dunia dan ayahnya menghadirkan ibu tiri untuknya
Memiliki ibu tiri yang jahat, adik tiri teratai putih dan ayah jenderal bajingan, Cathalina yang mengantikan posisi sang kakak yang dibunuh pada saat pernikahannya berniat membalas dendam
Menginjak-injak mereka dan menjadikan mainan! Mata dibalas dengan mata !
Memiliki suami yang lumpuh dan kejam,Cathalina akan membuatnya bertekuk lutut dan membayar semua penghinaan yang diberikan lelaki tersebut kepada sang kakak.
Putri yang luar biasa dengan berbagai macam keahlian yang akan menggemparkan kekaisaran Lunox.
Bahkan kaisar membutuhkannya untuk bertahan hidup dan mengamankan singhasananya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MEMBERI PERTOLONGAN
Hujan turun deras disertai kilat dan Guntur dari waktu ke waktu membuat semua orang dalam istana Benedict enggan untuk pergi kemana-mana dan memilih berada dalam ruangannya untuk menghangatkan diri termasuk Catharine yang saat ini tengah terlelap diatas sofa dengan beberapa kertas berserakan dimana-mana.
Saat seseorang mendarat diatap kamarnya, kedua matanya langsung terbuka lebar dengan tatapan waspada.
Sebagai praktisi bela diri, Catharine selalu menjaga kewaspadaan tingkat tinggi, tidak peduli betapa lelahnya dia, jika ada pergerakan, sekecil apapun dia pasti akan tahu.
Suara langkah kaki orang diatap semakin lama semakin banyak dan terus menerus hingga bunyi gesekan pedang terdengar dianatar derap langkah yang masih terus mengalir tanpa henti.
“Apa para pembunuh bayaran itu kembali beraksi?”, batinnya curiga.
Baru saja dia memikirkan hal tersebut, atap kamarnya yang bobrok langsung ambrol dan satu lelaki tak bernyawa jatuh tepat disamping sofa, dimana dirinya terduduk dengan tatapan waspada.
Sementara satu lelaki lain yang turut terjatuh terlihat berlumuran darah dengan luka yang sangat parah.
“Kamu cepat sembunyi, ada pembunuh menerjang masuk kedalam istana”, ucapnya dengan nada lemah.
Catharine yang melihat jika pria dihadapannya memakai pakaian pengawal istana Benedict pun berjalan mendekat, mengamati lelaki yang memiliki banyak luka tusuk didada dan punggungnya itu dengan seksama.
Jika Catharine lihat dari luka yang ada, luka tusukan ini tak terlalu dalam sehingga tak sampai berakibat fatal hanya saja pengawal tersebut tampaknya kehabisan banyak darah sehingga tubuhnya terlihat sangat lemah.
“Pergi..cepat sembunyi sebelum mereka menemukanmu”, pengawal tersebut terus mendorong tubuh Catharine menjauh sebelum para pembunuh menemukan keberadaannya dan membunuhnya.
Sebagai ahli medis, Catharine tak mungkin membiarkan pria tersebut mati dihadapannya selagi dia bisa menyelamatkannya.
Apalagi pria tersebut berbaik hati menyuruhnya untuk bersembunyi agar nyawanya tak terancam membuatnya semakin bertekad untuk menyembuhkannya.
“Jangan banyak bicara.Buka mulutmu dan telah obatnya”, ujarnya sambil memasukkan sebuah pil kecil yang dia ambil dari kantong bajunya untuk pria itu telan.
Setelah Catharine amati lebih dalam, pria yang ada dihadapannya itu pasti pengawal kepercayaan sang Raja karena dia kemarin melihatnya terus berada disekitar Raja Dexter selain Derreck, tangan kanan sang Raja.
Meski dia tak tahu pil apa yang Catharine berikan kepadanya, pria yang bernama George tersebut hanya bisa pasrah karena tubuhnya sangat lemah dan dia hanya mencoba peruntungan nyonya mudanya itu bisa menyelamatkan dirinya dari ambang kematian.
Setelah obat terurai didalam tubuh, George bisa merasakan jika pendarahan yang ada ditubuhnya mulai berkurang dan berhenti setelah beberapa saat.
Merasakan tubuhnya mulai menghangat, George berusaha untuk duduk dan pada waktu hendak mengucapkan kata terimakasih kepada Catharine, kedua matanya melotot sempurna melihat ada dua orang berpakaian hitam turun dari atap yang berlubang.
Baru saja George hendak memblokir serangan musuh yang datang, kepala musuh lebih dulu mengelinding dikakinya membuat matanya kembali terbelalak.
Entah dari mana Catharine mendapatkan pedang, satu persatu musuh yang turun dari atap bisa disingkirkannya dengan mudah.
Dari gerakan yang Catharine lakukan, dapat George simpulkan nyonya mudanya itu bukanlah seorang pemula namun seorang master praktisi beladiri yang berada ditingkat atas dilihat dari kecepatan dan keakuratan serangan yang dilancarkannya yang berada diatas dirinya.
“Yang Mulia, kejutan apa lagi yang nyonya miliki”, batinnya tercenggang.
Saat ini sudah banyak kepala bertebaran didalam kamar Catharine hingga membuat lantai kamarnya penuh dengan genangan darah.
Melihat pengawal yang tadi dia obati hendak berdiri, Catharine segera memblokirnya.
“Beristirahatlah sejenak.Lukamu sangat parah jadi jangan banyak bergerak jika tak ingin darahnya keluar lagi”, ujarnya sambil kembali mengayunkan pedangnya begitu musuh kembali menyerang.
Bersama pedang kesayangannya, Catharine membantai musuh yang terus berdatangan seperti aliran air yang terus mengalir tanpa henti, membuat gaun dan cadar diwajahnya penuh dengan darah.
Untung saja Lili dan bibi Amirah dia suruh istirahat didalam kamarnya, jika tidak mungkin keduanya akan merenggang nyawa disini.
“Ck, lemah sekali pertahanan istana ini hingga para pembunuh dengan mudah masuk dan menyerang”, batinnya merasa kesal menghadapi para penyusup yang tak kunjung habis.
Dalam dua hari saja Catharine sudah menghadapi dua kelompok pembunuh bayaran yang menyerang istana Benedict membuatnya semakin bertekad kuat untuk segera menyembuhkan kaki Raja Dexter dan mendapatkan surat cerai dan meninggalkan istana ini agar nyawanya tak menjadi taruhan seperti ini.
Braaak....
Pintu kamar terbuka lebar dan dua pengawal masuk kedalam kamar dengan wajah penuh kecemasan.
Melihat rekannya terduduk disamping sofa dengan mayat bergelimpangan didalam kamar, tatapan keduanya segera mengarah kepada Catharine yang masih memegang pedangnya dengan pakaian dan tubuh penuh darah.
“George, bagaimana keadaanmu?”, tanya rekannya penuh kekhawatiran.
“Aku baik-baik saja. Untung tadi putri memberiku obat tepat waktu sehingga pendarahannya bisa segera terhenti”, jawabnya lemah.
Kedua pengawal yang basah kuyup dan memiliki tatapan mematikan tertegun sejenak lalu menatap Catharine dengan penuh rasa terima kasih.
“George, kediaman utama dalam kondisi kacau dan Raja mengalami luka parah jadi kamu berbaringlah sebentar disini, kami akan pergi ke kediaman utama untuk membantu”, ujar rekannya sambil membantu George berdiri dan membaringkannya diatas sofa setelah Catharine mengistruksikannya agar lebih memudahkan bagi Catharine untuk mengobatinya nanti.
“Putri, kami titip George”, ucap keduanya kompak sambil menunduk sopan.
Begitu Catharine mengangguk, keduanya segera keluar dari dalam kamar dan menghilang dibalik hujan lebat yang mengguyur kekaisaran Lunox pagi ini.
Catharine yang melihat pintu terbuka dan merasa sangat sunyi mengernyit heran karena dia sama sekali tak melihat pelayan berkeliaran padahal hari masih pagi.
Meski hujan deras seharusnya masih banyak pelayan berkeliaran disekitar istana untuk menyelesaikan tugas mereka karena hari masih pagi dan kondisi yang senyap ini semakin membuat Catharine curiga jika ada pengkhianat didalam istana yang sudah mempola serangan ini dengan apik.
Lamunan Catharine buyar seketika mendengar suara rintihan George yang membuatnya bergegas datang menghampiri.
Melihat luka ditubuh George tak bisa dibiarkan terlalu lama maka Catharine pun segera mengambil peralatan medisnya yang ada didalam almari dan segera mengambilnya.
Untung saja beberapa bahan obat sudah sempat dia buat lumayan banyak ketika hendak pergi ke ibukota sehingga dia memiliki stok yang melimpah dan bergegas mengobati George.
Sambil mengobati George, Catharine cerita sang guru mengenai seorang selir yang ikut dikubur bersama jasad suaminya karena wanita tersebut tak memiliki anak.
Konon, dalam tradisi keluarga kerajaan jika Raja atau Kaisar meninggal dunia, istri mereka yang belum pernah melahirkan anak akan diminta untuk dimakamkan bersama.
Mengingat hal tersebut, tubuh Catharine spontan bergetar dan berteriak dalam hati “Aku tak mau di makamkan hidup-hidup! Raja Dexter tak boleh mati!”.
George yang tak tahu apa yang sedang Catharine pikirkan mengira jika nyonya mudanya tersebut gemetar karena ngeri melihat luka sayatan yang cukup banyak dibadannya tanpa tahu jika saat ini nyonya mudanya itu sedang ketakutan karena tak ingin mati muda sebelum dia berhasil membalaskan dendam sang kakak.
“Aku tak boleh mati sebelum dendam kakak terbalasakan!”
“Aku akan menyelamatkan nyawa Raja Dexter!”
“Ya, itu solusi yang paling tepat!”, gumannya dalam hati.