kehadirannya tak pernah di harapkan. kelahirannya di anggap kesalahan besar dan bencana.
ia lahir karena sebuah kesalahan.
Dia...
seorang anak haram dari seorang pengusaha terkenal.
Ryicki Mahendra Setiawan Ananta.
dia lahir dari rahim seorang wanita malam yang sengaja di jadikan jebakan untuk menghancurkan nama baik sang pengusaha.
mampukah ia menjalani kehidupannya dengan baik,
setelah hal buruk juga perlakuan buruk tanpa keadilan kerap kali ia terima dalam setiap jengkal langkahnya.
dalam setiap hembusan nafasnya,
hanya hinaan yang ia terima.
dialah gadis cantik berwajah dingin...
Maurelia Agastya prameswari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khitara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ban 30 tak mau tinggal diam
Maura membawa Lana pergi jauh dari arena trampolin, ia tak ingin bersinggungan dengan Akhtar.
Dan arena ice skating adalah pilihannya.
Letak arena ice Skating yang jauh dari arena trampolin adalah alasannya kenapa ia memilih arena dingin itu.
Lagi lagi Maura bermain sendirian di arena itu karena Lana yang tak bisa bermain di arena itu.
Lana alergi dengan hawa dingin yang di atas rata rata.
Lana menunggunya di pinggir arena.
Sekali lagi, Maura tampak begitu bahagia.
Sejenak ia lupa akan segala kesedihan hatinya.
Hingga beberapa jam berlalu,
Maura masih nampak sibuk bermain dengan permainan yang identik dengan hal dingin itu.
Ia tak menghiraukan panggilan berkali kali Lana yang memintanya untuk berhenti.
Maulana merasa khawatir.
Pasalnya Maura sudah terlihat sangat pucat.
Di mata Maulana, Maura tengah menyiksa dirinya sendiri.
Dan itu sepenuhnya memang benar,
Gadis itu memang telah merasa sangat lelah dan kedinginan.
ia tak memakai baju tebal, dan hanya membalut tangannya dengan sarung tangan saja.
Sebenarnya petugas ice skating telah memperingatkan dirinya,
Tapi ia memilih abai.
Dan kini....
Meski ia merasa dingin telah menjalar seluruh tubuhnya hingga persendiannya,
ia tetap tak mau berhenti.
Maura terus berputar putar dan meliuk liukkan tubuhnya ke sana kemari.
Bibirnya menyunggingkan tawa lebar bahkan terkesan mengejek Lana yang terus berteriak memanggilnya dab memintanya untuk berhenti.
" kemari...dan hentikan aku jika kau bisa Lana...." jawab Maura ketika Lana terus memanggilnya.
Ketika kekhawatiran Maulana memuncak namun ia tak bisa berbuat apa apa.
Seseorang tiba tiba meraih pinggangnya dan menggenggam jemarinya erat.
Maura tersentak dan ia sontak menoleh kesamping.
Seraut wajah tampan tanpa ekspresi terlukis di hadapannya.
Ssseorang itu hanya memakai kemeja warna biru toska, ia menyingsingkan ke dua lengan bajunya hingga ke sikunya.
Sungguh....
Seseorang itu terlihat mempesona di mata wanita lain selain Maura tentunya.
Karena Maura telah terlanjur ilfeel terhadap pria itu paskah kejadian malam kelam itu antara dirinya dan juga seseorang itu.
" lepaskan aku bajingan...." umpat Maura ketika ia tahu siapa seseorang itu.
" jaga ucapanmu,
Sudah aku bilang....belajarlah bicara dengan baik kepadaku " kata seseorang itu yang tak lain adalah Akhtar.
Ia baru saja menyelesaikan pertemuannya dan segera menyusul gadis itu kemari.
Maura meronta berusaha melepaskan diri dari Akhtar.
Tapi ia tak berhasil.
Pemuda itu begitu erat memeluk pinggangnya dan menggenggam jemarinya.
Akhtar berbeda dengan Leo.
Jika Leo bersedia memilih mundur demi melihat Maura bahagia dan tersenyum.
Maka Akhtar lain...
Baginya Maura adalah miliknya, senyum Maura hanya akan terlukis di wajah gadis itu karena dirinya.
Bahagia Maura, harus ketika gadis itu berada bersamanya.
Seperti saat ini,
Bukan ia tak tahu gadis itu telah kedinginan karena telah terlalu lama bermain ice skating.
Tapi ia juga tahu...
Di lihat dari wajah dan gaya gadis itu bermain, tak ada yang bisa menghentikannya.
Karenanya,
Ia pun memilih menemani gadis itu bermain sesukanya hingga nanti ia lelah dan ia sendiri yang menghentikan permainannya.
Dari cara Maura menghajar Clara beberapa waktu yang lalu,
Akhtar tahu ...
Maura sedikit bermasalah dengan emosinya.
Akhtar terus membawa Maura berputar putar mengelilingi arena ice skating itu.
Terkadang dengan gerkan pelan, dan tak jarang dengan gerakan yang sangat cepat hingga membuat jantung Maura berdetak kencang.
Akhtar benar benar mempermainkan adrenalin seorang Maura Agastya Prameswari.
" bagaimana...kau suka permainanku ?! " bisik Akhtar di telinga Maura setelah ia membuat tubuh Maura meluncur cepat ke depan kemudian ia kembali meraih pinggang gadis itu.
Dan jelas...
jika gerakan yang di lakukan Akhtar kepadanya sempat membuatnya jantungan.
Maura tak menjawab,
Ia melempar pandangannya ke tempat lain. Ia jengkel melihat Akhtar yang terus mendominasi dirinya.
" selesai....
Waktunya istirahat " kata Akhtar sembari akan membawa tubuh Maura menepi.
" selesailah sendiri, aku masih ingin lagi " tolak Maura.
Akhtar menatap Maura,
" tidak...tidak ada lagi dan lagi,
Kita selesai..." sergah Akhtar tak mau di bantah. Pasalnya ia melihat Maura semakin pucat.
Bahkan ia bisa merasakan jemari Maura yang terasa dingin meski jemari itu telah terbungkus kaos tangan yang tebal.
Tanpa memperdulikan protes Maura,
Akhtar membawa Maura keluar arena dan langsung masuk ke ruang ganti.
" lepaskan aku..." tolak Maura dengan marah, ia tak suka Akhtar yang memaksakan kehendaknya kepadanya.
Akhtar tak menggubrisnya, pemuda itu terus menyeret Maura ke ruang ganti.
Kemudian memaksanya dengan mendudukkannya di salah satu bangku yang ada di ruangan itu.
Akhtar sudah paham perangai kasar Maura, maka ia menggunakan cara yang sedikit kasar dan memaksa pula.
Akhtar melepas sepatu gadis itu, dan memberinya sepatu baru.
" pakailah...aku baru membelinya untukmu " katanya sambil meletakkan sepatu itu di hadapan Maura.
Maura menendang sepatu itu dan berdiri.
" aku tidak membutuhkannya " jawabnya sambil akan melangkah pergi.
Tapi tak semudah itu, Akhtar yang sedikit banyak telah hafal perangainya.
Segera mencekal lengan gadis itu dan menariknya.
Tubuh Maura tertarik kebelakang dan menabrak dada bidang Akhtar.
Kemudian Akhtar menekan tengkuk gadis itu dan menciumnya.
Maura melotot dan berusaha berontak. Tapi Akhtar tak mau menyerah,
ia paham Maura akan menggigit bibirnya maka ia menyesap bibir Maura dalam dalam.
Mata pemuda itu menatap tak berkedip gadis di hadapannya itu.
Senyum seringai tersungging di bibirnya untuk Maura ketika ia tahu gadis itu tak bisa berkutik terhadapnya.
Wajah Maura sontak memerah karena menahan amarah sekaligus kesulitan bernafas.
" menurutlah..." kata Akhtar setelah melepas ciumannya dan mengusap pelan bibir Maura.
" brengsek...." umpat Maura geram.
" sudah kubilang jangan bicara kasar padaku, aku bisa melakukan lebih dari yang tadi jika kau tetap kasar padaku " kata Akhtar sambil mendudukkan kembali Maura.
Kemudian ia berjongkok di hadapan gadis itu dan memakaikan sepatu itu untuknya.
Maura tertegun sejenak...
Di tatapnya tangan lincah Akhtar yang memakaikan sepatu untuknya dan berlanjut dengan manalikan tali sepatu itu.
Hati Maura berdesir, jantungnya berdetak kencang....
Tak ada yang pernah bersikap lembut dan memperlakukannya seperti ini sebelumnya.
Selain bibi Atika....
Itupun dulu ketika ia masih kecil,
Sekarang....
Ia tak pernah lagi di perlakukan seperti itu, karena ia sendiri yang memang menolaknya.
Bukan dari bibi Atika ia mengharapkan perhatian itu...
Tapi.....
" kenapa kau diam.... ?! Kau terpesona dengan kelembutanku ?! Aku bahkan bisa lebih lembut lagi jika kita sudah menikah nanti " kata Akhtar membuyarkan lamunan Maura.
Sontak gadis itu membuang pandangannya ke tempat lain.
" aku tidak butuh..." jawabnya ketus.
" kau akan butuh nanti....." bisik Akhtar sambil merangkul pundak Maura setelah ia bangkit dari berjongkoknya di hadapan gadis itu.
Kemudian
Cup....
Akhtar mencium sekilas bibir Maura membuat gadis itu menoleh dan menatapnya nyalang.
serrraaaangngng....🔫🔫🗡️🗡️💣💣
btw, majikanmu masih hidup jadi perjuangin... kalau perlu minta tolong sama kakek nenek Maura. mereka kayaknya udah mulai sayang sama Maura.
biar Ricky nyesel udah nyia-nyiain anak kandung sendiri demi anak orang.
anak yang kata-katain anak pelacur malah anak gadis baik-baik. justru yang dianggap istri yang baik malah seorang wanita murhn