“Baik, kalau begitu kamu bisa bersiap untuk menyambut kematian mama! Mama lebih baik mati!” Ujar Yuni mencari sesuatu yang tajam untuk mengiris urat nadinya.
Alika tidak percaya dengan apa yang di lakukan Yuni, sebegitu inginnya Yuni agar Alika mengantikkan kakaknya sehingga Yuni menjadikan nyawanya sebagai ancaman agar Alika setuju.
Tanpa sadar air bening dari mata indah itu jatuh menetes bersama luka yang di deritanya akibat Yuni, ibu kandung yang pilih kasih.
Pria itu kini berdiri tepat di depannya.
“Kamu siapa?” Tanya Alika. Dia menebak, jika pria itu bukanlah suaminya karena pria itu terlihat sangat normal, tidak cacat sedikitpun.
Mendengar pertanyaan Alika membuat pria itu mengernyitkan alisnya.
“Kamu tidak tahu siapa aku?” Tanya pria itu menatap Alika dengan sorot mata yang tajam. Dan langsung di jawab Alika dengan gelengan kepala.
Bagaimana mungkin dia mengenal pria itu jika ini adalah pertama-kalinya melihatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EP: 23
“Nyonya muda mau ke mana?” Tanya Zicko saat bertemu Alika di ruang tamu dengan pakaian rapi.
“Aku ingin ke rumah mama.” Jawab Alika.
“Kalau begitu biar saya yang antar nyonya.” Kata Zicko menawarkan diri untuk mengantar Alika ke rumah Yuni.
“Tidak perlu Zicko, aku pergi sendiri saja.” Tolak Alika. Dia merasa tidak enak hati jika harus merepotkan Zicko, lagi pula Alika tahu jika Zicko datang pasti karena ingin menemui Daniel.
“Tolong beritahu Daniel ya, tadi aku mengetuk pintu kamarnya tapi tidak ada jawaban.” Kata Alika.
“Baik nyonya, akan saya sampaikan.”
Setelah pamit, Alika pun pergi ke terminal bus.
“Tuan...” Zicko mengetuk pintu kamar Brian.
“Masuk.” Teriak Brian dari dalam kamarnya.
Terlihat jika Brian baru selesai mandi karena handuk yang masih melilit di pinggangnya, menampakkan perut sixpack miliknya yang akan membuat para wanita tergoda jika melihatnya.
“Apa Alika ada di bawah?” Tanya Brian sambil sibuk memakai pakaiannya.
“Tadi saya bertemu dengan nyonya di bawah, katanya dia akan ke rumah ibunya.” Jelas Zicko.
“Ke rumah ibunya? Kenapa dia tidak bilang?”
“Kata nyonya tadi dia sudah mengetuk pintu kamar tuan, tapi tidak ada sahutan.” Beritahu Zicko.
“Kamar yang mana? Kamar aku sebagai Brian atau Daniel?” Tanya Brian ingin memastikan, pada siapa Alika ingin meminta izin. Apakah pada suami ataukah adik iparnya.
“Anda sebagai suami tuan.” Jawab Zicko.
“Benarkah?” Tanya Brian ingin memastikan.
“Benar tuan. Atau, apa tuan ingin saya menirukan nyonya muda saat dia mengatakannya tadi?” Tanya Zicko yang sudah bersiap-siap akan menirukan Alika.
“Tidak perlu, aku tidak ingin mataku terkontaminasi olehmu! Bisa-bisa mataku alergi.” Kata Brian, membayangkan Zicko menjelma sebagai Alika saja membuat Brian bergidik ngeri.
Tapi, jika benar seperti yang di katakan oleh Zicko jika Alika mengetuk pintu kamarnya untuk memberitahunya, itu artinya Alika menghormatinya sebagai seorang suami. Hal itu membuat Brian tersenyum senang.
......................
Alika sampai di depan rumah Nugroho, dia menarik nafas sebelum melangkah masuk ke dalam rumah itu.
"Nona ini siapa?" Tanya seorang wanita awal tiga puluhan pada Alika saat dia melihat Alika memasuki rumah.
"Ibu siapa?" Tanya Alika balik saat melihat wanita itu, ini pertama kalinya dia melihat wanita itu di rumah.
"Saya Suni, pembantu baru di rumah ini. Kalo nona ini siapa?"
Ternyata sejak Alika tidak berada di rumah itu, Yuni sepertinya kerepotan mengurus rumah. Karena, biasanya yang melakukan semua pekerjaan rumah adalah Alika.
"Saya Alika bi, saya anaknya bu Yuni." Kata Alika memperkenalkan diri pada Suni.
"Saya baru tahu kalau ternyata nyonya masih punya anak perempuan lagi satu." Katanya memandang Alika dengan heran, karena dia melihat jika wajah Alika berbeda dari wajah Helen yang mirip dengan Yuni.
"Apa nona ini betulan anak nyonya?" Suni masih tak percaya.
"Kenapa bi Suni tidak percaya? Apa karena saya jelek? sedangkan mama sama kak Helen cantik jadi bi Suni tidak percaya?" Ucap Alika membuat bi Suni menggaruk-garuk kepalanya karena merasa tak enak hati pada Alika.
"Maaf nona, bukan seperti itu maksud saya." Kata bi Suni.
"Tidak apa-apa bi, saya mengerti. Siapa pun jika melihat saya pasti akan berpikiran seperti itu." Alika memakluminya.
Bi Suni bukan orang pertama yang tidak percaya jika dia mengatakan dia adalah anak Yuni Nugroho dan juga adik dari Helen Darmawa Nugroho.
Bi Suni hanya membalas dengan tersenyum canggung karena masih merasa tak enak hati. Dia takut jika dia sudah menyinggung Alika yang merupakan anak dari nyonya rumah.
"Bi apa kak Helen ada?" Tanya Alika.
"Ada di kamarnya non." Jawab bi Suni.
"Kalau begitu saya ke atas dulu." Kata Alika memberikan senyum ramahnya pada bi Suni.
"Baik non." Angguk bi Suni.
Dalam hati bi Suni membandingkan sikap ramah Alika padanya dan sikap Helen yang menurut bi Suni begitu angkuh.
Bagaimana tidak, sejak hari pertama dia bekerja di rumah itu, Helen sudah enak hati membentak dan menyuruh-nyuruhnya dengan ucapan yang kasar.
Meskipun memang dia seorang pembantu, setidaknya dia ingin sedikit di hargai dengan ucapan yang lebih baik, bukan dengan kata-kata kasar dan ucapan yang merendahkan seperti yang Helen lakukan saat meminta dia melakukan sesuatu.
"Kak Helen apa kamu di dalam?" Alika mengetuk-ngetuk pintu kamar Helen.
Dia tahu sepagi ini Helen pasti masih tidur, apalagi di akhir pekan seperti ini, biasanya Helen akan bangun siang.
"Alika kenapa kamu menggedor-gedor pintu kamar kakakmu?" Suara Yuni membuat Alika menoleh.
"Alika tidak menggedor-gedor ma." Jawab Alika, sepertinya Yuni salah dalam memilah ucapan. Dia jelas mengetuk dengan pelan kamar Helen, bukan menggedor-gedor seperti yang di katakan oleh Yuni.
"Terserah kamu saja! Kenapa kamu di sini dan mau menganggu waktu libur kakakmu?" Tanya Yuni dengan mimik wajah tak suka melihat keberadaan Alika di rumahnya.
"Aku ingin menanyakan sesuatu sama kak Helen ma." Jawab Alika.
Ya, Alika datang pagi ini untuk bertanya dan sekaligus meminta Helen tidak lagi membuat namanya menjadi semakin jelek.
Alika ingin Helen membicarakan kebenaran tentang dia dan Daniel. Tentang Alika yang hanya menuruti keinginan ibunya untuk mengantikan Helen sebagai istri Daniel.
Alika ingin Helen bicara yang sejujur-jujurnya di media. Alika sudah lelah di amuk orang-orang di media sosial. Karena, lama kelamaan semua itu pasti nanti akan berdampak padanya di dunia nyata.
"Prihal apa? Bicarakan saja, nanti mama yang sampaikan. Helen pasti capek, kamu jangan ganggu dia." Kata Yuni.
"Tapi ma, aku harus menemui kak Helen dan bicara langsung sama kak Helen." Ucap Alika membuat wajah Yuni semakin tak suka.
"Katakan saja sama mama! Jangan ganggu kakakmu istirahat, dia itu lelah bekerja. Baru saja hari minggu mau istirahat malah kamu ganggu!" Ujar Yuni.
"Kalau gitu, mama tolong katakan sama kak Helen agar dia membicarakan fakta di media, jangan bersandiwara terus, mengatakan kalau aku yang merebut Daniel dari dia." Kata Alika.
"Kenapa kamu malah menyuruh kakak kamu bicara jujur? Kamu mau nama baik kakak kamu tercoreng hah!" Tatap Yuni pada Alika dengan marah.
Alika tak percaya jika ibunya akan berkata seperti itu. Yuni takut jika Helen berkata jujur maka nama Helen akan tercoreng. Lalu bagaimana dengan dia? Apa nama baiknya tidak penting? Alika tidak mengerti kenapa ibunya itu terlalu membela Helen meskipun Helen salah.
"Lalu bagaimana dengan Alika ma? Apa nama baik Alika tidak penting?" Tanya Alika dengan wajah nanar.
...****************...
Support author dengan like,komen, dan vote ya. Terima kasih :)
trus tidak helen yg terkejut akan fakta ttg daniel