NovelToon NovelToon
Sekretaris "Ngegas"

Sekretaris "Ngegas"

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Zaraaa_

Alya, seorang sekretaris dengan kepribadian "ngegas" dan penuh percaya diri, melamar pekerjaan sebagai sekretaris pribadi di "Albert & Co.", perusahaan permata terbesar di kota. Ia tak menyangka akan berhadapan dengan David Albert, CEO tampan namun dingin yang menyimpan luka masa lalu. Kehadiran Alya yang ceria dan konyol secara tak terduga mencairkan hati David, yang akhirnya jatuh cinta pada sekretarisnya yang unik dan penuh semangat. Kisah mereka berlanjut dari kantor hingga ke pelaminan, diwarnai oleh momen-momen lucu, romantis, dan dramatis, termasuk masa kehamilan Alya yang penuh kejutan.
[REVISI]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaraaa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17. Bantuan Tak Terduga

Alya duduk di meja kerjanya, dikelilingi oleh tumpukan dokumen yang menunggu untuk diselesaikan. Dengan sepatu kets andalannya, ia tampak fokus, mencoba mengatasi laporan keuangan yang harus diselesaikan untuk presentasi penting besok pagi. Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, dan tekanan untuk menyelesaikan laporan itu semakin besar.

Namun, di tengah kesibukannya, printer kantor tiba-tiba mogok. Tinta habis, dan tentu saja, stok tinta baru belum datang. Alya mendesah frustrasi.

“Astaga!” katanya pelan, menggaruk kepalanya. “Ini benar-benar hari sial.” Ia menatap layar komputernya yang penuh dengan grafik dan angka, merasa sedikit panik. Ia harus menyelesaikan laporan ini sebelum jam pulang kantor, atau David Albert, bosnya yang terkenal keras, pasti akan marah besar.

Alya mencoba untuk tetap tenang, namun suasana semakin mendesak. Ia mencoba beberapa kali menekan tombol di printer, berharap ada keajaiban yang terjadi. Tidak ada. Printer itu tetap diam. Tanpa pikir panjang, ia menghubungi bagian IT, namun sepertinya mereka sedang sibuk.

“Gila, ini benar-benar tidak ada habisnya,” gumam Alya, sambil mengangkat telepon dan mencoba mencari solusi lain.

Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka. Alya menoleh dan melihat David Albert masuk. Ia terlihat sedikit lelah, mungkin baru saja menyelesaikan rapat panjang, tetapi senyum ramah yang khas tetap terpancar di wajahnya.

“Alya,” sapa David, menyadari suasana kacau di sekitar meja kerja Alya. “Ada apa? Kelihatannya kau sedang bermasalah.”

Alya menghela napas lagi, kali ini lebih dalam. “Printernya mogok, David. Tinta habis, dan stok baru belum datang. Bagaimana aku bisa menyelesaikan laporan ini tepat waktu?”

David melihat sekeliling meja Alya yang penuh dengan dokumen dan menatap printer yang diam tak bergerak. Ia tersenyum ringan, mencoba menenangkan Alya. “Tenang saja, Alya. Aku punya solusi.”

Alya mengerutkan kening, bingung. “Solusi? Apa maksudmu?”

David tersenyum lebih lebar. “Aku punya printer cadangan di ruangan pribadiku,” katanya. “Kau bisa menggunakannya.”

Alya terkejut. “Benarkah, David? Kau mau membantuku?” tanyanya, sedikit tidak percaya.

“Tentu saja,” jawab David, mengangguk mantap. “Lagipula, aku tidak ingin melihatmu kelelahan dan harus lembur sampai larut malam hanya karena masalah printer.”

Alya tersenyum lebar, merasa sangat lega. “Terima kasih, David. Kau benar-benar penyelamatku.”

David tertawa pelan. “Jangan berterima kasih dulu, Alya. Kau harus membantuku juga.”

“Membantumu?” Alya tampak bingung.

David mengangguk, “Membantumu membawa printernya ke ruanganmu,” kata David, tersenyum nakal. “Printernya cukup berat, aku tidak bisa mengangkatnya sendirian.”

“Oh, jadi begitu,” Alya tertawa ringan. “Baiklah, aku akan membantumu.”

Mereka berdua kemudian berjalan bersama menuju ruangan pribadi David. Di sana, David membuka lemari kecil yang terletak di sudut ruangan dan menunjukkan printer cadangannya. Printer itu terlihat masih baru, dengan warna putih mengkilap, siap digunakan.

“Ini printer favoritku,” kata David dengan nada bangga. “Aku jarang menggunakannya, biasanya aku lebih sering mencetak dokumen di kantor.”

Alya memandang printer itu dengan kagum. “Printernya bagus sekali, David. Terima kasih sudah meminjamkannya padaku.”

“Sama-sama,” jawab David. “Sekarang, ayo kita bawa ke ruanganmu.”

Mereka berdua mengangkat printer tersebut bersama-sama. David memegang bagian bawah, sementara Alya memegang bagian atas. Printer itu cukup berat, dan mereka berdua sedikit berjuang untuk mengangkatnya.

“Berat sekali, David,” kata Alya terengah-engah, merasa kesulitan membawa printer yang cukup besar itu.

“Sabar, Alya,” kata David dengan sabar, seolah sudah terbiasa membawa barang berat. “Kita hampir sampai.”

Alya hanya bisa mengangguk, berusaha mengimbangi langkah David yang lebih cepat. Setelah beberapa menit, mereka akhirnya sampai di ruangan Alya. Alya segera meletakkan printer tersebut di atas meja, sambil menghela napas lega.

“Terima kasih banyak, David,” kata Alya dengan tulus. “Kau benar-benar penyelamatku.”

David mengangguk, tersenyum hangat. “Sama-sama,” jawabnya. “Sekarang, segera selesaikan laporanmu. Aku akan menunggu di ruangan pribadiku, jadi jangan ragu jika kau butuh bantuan.”

Alya mengangguk, merasa bersemangat kembali setelah bantuan dari David. Ia mulai mencolokkan kabel printer ke komputernya, dan dalam sekejap printer itu menyala. Alya merasa sangat lega karena akhirnya ia bisa melanjutkan pekerjaannya.

“David,” kata Alya sambil tersenyum. “Kau sangat baik hati.”

David yang sudah berbalik menuju pintu berhenti sejenak dan menoleh. “Tidak apa-apa,” jawabnya dengan nada ringan. “Aku senang bisa membantumu.”

Saat David akan beranjak, Alya teringat sesuatu. “Sebenarnya, Pak,” katanya dengan sedikit keraguan, “Saya ingin menanyakan sesuatu pada Anda.”

David berhenti, menoleh dengan penuh perhatian. “Ya, Alya. Apa itu?”

Alya mengumpulkan keberanian. “Apakah Anda pernah merasakan kesulitan seperti ini ketika bekerja?” tanyanya dengan penasaran.

David tersenyum tipis. “Tentu saja, Alya,” jawabnya dengan nada serius namun tetap ramah. “Saya juga pernah mengalami kesulitan dalam bekerja.”

Alya semakin tertarik. “Misalnya?”

David berpikir sejenak sebelum akhirnya berkata, “Pernah sekali, saya harus menyelesaikan presentasi penting tanpa laptop.” Ia tertawa kecil, mengenang kejadian itu. “Aku benar-benar panik, dan harus mencari cara agar bisa menyelesaikannya tepat waktu.”

Alya tersenyum, merasa lebih dekat dengan David. “Wah, kebetulan banget,” katanya dengan nada ceria. “Saya juga pernah mengalami kejadian serupa.”

David mengangkat alis, tertarik. “Ceritakan dong,” katanya dengan nada yang penuh perhatian.

Alya tertawa kecil, mulai bercerita. “Dulu, saat saya masih bekerja di perusahaan lain, saya harus menyelesaikan laporan keuangan untuk rapat penting. Namun tiba-tiba komputer saya rusak. Saya benar-benar panik, tidak tahu harus bagaimana. Untungnya, saya masih punya laptop pribadi, jadi saya bisa menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Cukup menegangkan juga saat itu.”

David tertawa. “Wah, beruntungnya kamu,” katanya sambil tersenyum lebar.

Alya merasa nyaman berbicara dengan David. Momen ini terasa sangat berbeda, lebih santai dan menyenangkan. Ia merasa tidak hanya terbantu dalam pekerjaannya, tetapi juga merasa lebih dekat dengan bosnya.

Setelah beberapa saat, mereka berdua kembali ke rutinitas kerja masing-masing. Meskipun pekerjaan menunggu, mereka tahu bahwa bantuan kecil seperti ini dapat membuat hari-hari yang penuh tekanan menjadi sedikit lebih ringan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!