Arya Perkasa seorang teknisi senior berusia 50 tahun, kembali ke masa lalu oleh sebuah blackhole misterius. Namun masa lalu yang di nanti berbeda dari masa lalu yang dia ingat. keluarga nya menjadi sangat kaya dan tidak lagi miskin seperti kehidupan sebelum nya, meskipun demikian karena trauma kemiskinan di masa lalu Arya lebih bertekad untuk membuat keluarga menjadi keluarga terkaya di dunia seperti keluarga Rockefeller dan Rothschild.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chuis Al-katiri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15: Langkah Baru DreamWorks
Bab 15: Langkah Baru DreamWorks
Minggu, 5 Februari 1984
Pagi yang cerah di kota kecil Sekayu, DreamWorks kini tidak lagi hanya sebuah impian anak-anak. Dalam waktu singkat, Arya dan kawan-kawan telah mengubah ide sederhana menjadi bisnis nyata. Bengkel kecil mereka yang terletak di dekat pasar mulai dipenuhi aktivitas. Empat karyawan teknik baru yang direkrut bekerja dengan gesit merakit game elektronik, menghasilkan lima unit per orang setiap hari. Semangat para karyawan ini membara, didorong oleh antusiasme anak-anak dan reputasi DreamWorks yang mulai dikenal luas.
Arya, sebagai pemimpin tim, terus memantau pekerjaan para karyawan sambil sesekali membantu mereka. Saka, si jenius elektronik, sibuk menguji prototipe baru bersama Arya di sudut bengkel. Mitha dan Abdi lebih banyak mengurus administrasi sederhana, sementara Amanda menjadi duta kecil yang selalu membawa senyum di sekitar bengkel.
“Bagaimana produksi hari ini?” tanya Arya kepada salah satu karyawan, Pak Ridwan, seorang pria muda berusia 25 tahun yang sebelumnya bekerja di bengkel reparasi radio.
“Semua berjalan lancar, Dek Arya. Hari ini kita sudah selesai 20 unit, dan masih ada bahan baku untuk membuat lebih banyak,” jawab Ridwan dengan semangat.
Arya tersenyum puas. “Bagus, Pak. Kalau semua berjalan lancar, minggu depan kita sudah bisa mulai menjual game elektronik ini di pasar.”
***
ketika mereka istirahat makan siang, Amanda mendekati Arya.
"Kakak, kapan ibu akan pulang? Sudah lebih dari seminggu ibu di Jakarta, " Kata Amanda dengan sedih.
"Kalau Amanda kangen dengan ibu, nanti malam kita telpon ibu ya, " Bujuk Arya sambil mengelus rambut adiknya.
"Amanda ingat nomor telepon ibu yang diberikan Mbak Nadya kemarin?" Lanjut Arya.
"Iya ingat kak," Jawab Amanda.
"Sudah, kalau begitu Amanda jangan sedih lagi ya."
***
Setelah makan siang bersama karyawan mereka, Arya mengumpulkan tim DreamWorks untuk rapat kecil di bengkel.
“Kita sudah memiliki cukup banyak unit untuk disewakan. Saat ini kita sudah mendapatkan pelanggan tetap di sekolah-sekolah dan pasar malam. Tapi untuk bisa lebih maju, kita harus mulai menjual game elektronik ini,” kata Arya membuka diskusi.
“Harga sewanya hanya 100 rupiah sehari, dan itu sudah cukup menarik banyak orang. Kalau kita menjual game seharga 2.000 rupiah, apa tidak terlalu mahal?” tanya Abdi.
“Tidak, Abdi,” jawab Arya. “Harga 2.000 rupiah itu sudah termasuk margin keuntungan yang besar. Biaya produksi kita hanya 1.000 rupiah per unit, termasuk gaji karyawan. Artinya, setiap unit yang terjual memberi kita keuntungan bersih sebesar 1.000 rupiah. Lagipula, kita tidak hanya menjual game elektronik, tetapi juga menjual pengalaman bermain.”
Mitha mengangguk setuju. “Arya benar. Kita harus mulai menjual game ini agar bisnis kita bisa berkembang lebih cepat. Selain itu, kita bisa tetap menyewakan unit untuk mereka yang tidak mampu membeli.”
“Bagaimana dengan produksinya? Kita hanya punya empat karyawan, dan mereka hanya bisa membuat 20 unit sehari,” tanya Saka.
“Kita akan merekrut lebih banyak karyawan,” jawab Arya tegas. “Nadya sudah memberikan saran untuk merekrut enam orang lagi minggu depan. Dengan tambahan tenaga ini, kita bisa memproduksi 50 unit per hari.”
Semua anggota tim setuju dengan rencana tersebut. Mereka tahu, ini adalah langkah besar untuk membawa DreamWorks ke tingkat berikutnya.
***
Kabar Gembira dari Nadya
Malam harinya, Nadya datang ke rumah Arya membawa kabar baik. Dengan wajah penuh semangat, dia langsung berbicara kepada tim DreamWorks yang sedang berkumpul di ruang tamu.
“Selamat, perusahaan kalian secara resmi sudah berdiri. Nama DreamWorks sekarang sudah terdaftar secara legal!” ujar Nadya dengan senyum lebar.
“Serius, Mbak?” tanya Mitha, hampir tidak percaya.
“Tentu saja. Tidak hanya itu, pabrik kalian di pinggir kota Sekayu juga sedang dibangun. Jika semuanya berjalan lancar, pabrik itu akan selesai dalam satu bulan,” tambah Nadya.
Mendengar kabar itu, Arya dan kawan-kawan bersorak gembira. Mereka tidak menyangka bahwa impian mereka bisa terwujud secepat ini.
“Aku sudah berbicara dengan kontraktor. Pabrik ini akan cukup besar untuk memproduksi tidak hanya game elektronik, tetapi juga dingdong atau arcade game di masa depan,” lanjut Nadya.
Arya mengangguk, membayangkan bagaimana DreamWorks akan menjadi pelopor industri game di Indonesia. “Kita harus mempersiapkan segalanya dari sekarang. Setelah pabrik selesai, kita akan fokus memproduksi dingdong,” kata Arya.
***
Prototipe Baru: Hit the Target dan Pong
Sementara produksi berjalan lancar, Arya dan Saka tidak berhenti berinovasi. Mereka terus mengembangkan ide-ide baru untuk membuat game yang lebih menarik. Dua prototipe baru sedang mereka kerjakan: Hit the Target dan Pong.
Hit the Target adalah game sederhana di mana pemain harus menekan tombol yang tepat saat lampu menyala. Game ini menguji refleks dan sangat cocok untuk anak-anak. Sedangkan Pong adalah adaptasi dari game klasik dengan nama yang sama, yang mengajarkan dasar-dasar permainan tenis meja secara elektronik.
“Game Pong ini agak rumit untuk dibuat, tapi aku yakin kita bisa menyelesaikannya,” kata Saka sambil memeriksa skema elektroniknya.
Arya tersenyum. “Aku yakin juga, Saka. Kalau kita bisa membuat game ini sukses, kita akan menjadi pelopor di Indonesia.”
***
Rencana Rahasia Dika
Sementara DreamWorks terus berkembang, di tempat lain, seorang anak bernama Dika diam-diam menyusun rencana untuk menyaingi Arya dan kawan-kawan. Dika masih sangat kesal dengan Arya yang mempermalukan dia di lapangan sekolah beberapa minggu lalu, Dika juga masih iri dengan kesuksesan DreamWorks, dia meminta bantuan ibunya, Luci, seorang wanita kaya yang memiliki banyak koneksi.
“Mama, aku ingin membuat game elektronik seperti Arya. Aku yakin bisa lebih baik darinya,” kata Dika dengan nada sombong.
Luci, yang selalu memanjakan anaknya, langsung setuju. Dia menghubungi seorang dosen teknik elektro dari universitas ternama di Palembang untuk membantu Dika.
“Jangan khawatir, Dika. Mama akan mendatangkan orang terbaik untuk membantumu,” kata Luci dengan senyum licik.
Beberapa hari kemudian, dosen itu tiba di rumah Dika dengan membawa sejumlah alat dan komponen elektronik. Dika langsung memulai rencana untuk membuat game elektronik pertamanya, meskipun idenya tidak seorisinil DreamWorks.
“Kalau Arya bisa, aku juga bisa,” pikir Dika dalam hati. Dia tidak tahu bahwa kesuksesan tidak hanya datang dari ide, tetapi juga dari kerja keras dan tim yang solid.
***
Dengan pabrik yang hampir selesai dibangun dan tim yang semakin solid, DreamWorks semakin percaya diri menghadapi tantangan di masa depan. Arya tahu bahwa mereka harus selalu selangkah lebih maju dari kompetitor, termasuk Dika yang mulai merencanakan tandingan.
Arya memutuskan untuk mempercepat inovasi mereka. “Kita harus fokus menyelesaikan prototipe baru kita. Setelah itu, kita harus menyiapkan strategi pemasaran untuk menjual game ini ke seluruh Indonesia,” kata Arya kepada timnya.
“DreamWorks tidak hanya tentang game, tapi juga tentang mimpi,” tambahnya.
Mereka semua setuju. Bagi Arya dan timnya, perjalanan DreamWorks baru saja dimulai.
Note: Tolong bantu like, komen, subscribe dan share. Terima kasih
kopi mana kopi....lanjuuuuttt kaaan Thor.....hahahahhaa