HATI-HATI DALAM MEMILIH BACAAN!
Serena dan Yuan terjebak di satu malam panas yang membuat mereka menyesali semuanya. Yuan yang memiliki kekasih dibuat bingung antara tanggung jawab dengan Serena atau memilih kekasihnya.
Semuanya menjadi rumit karen Yuan yang candu dengan tubuh Serena tidak bisa berhenti memaksa wanita itu untuk melakukannya. Yuan yang egois tidak ingin memutuskan pacarnya bahkan dia berkata tidak akan pernah merusak pacarnya.
Ketika ia mulai sadar bahwa rasa cintanya telah beralih kepada Serena, semuanya semakin rumit karena kekasih Yuan tidak ingin di lepaskan dan mengancam akan mengakhiri hidupnya jika Yuan meninggalkannya.
Kehadiran Johan di antara Yuan dan Serena juga membuat mereka semakin renggang.
Pernikahan Yuan dan Maudy tiba-tiba dipercepat karena wanita itu menjebak Yuan yang sudah menolaknya mentah-mentah padahal hubungan mereka tengah baik-baik saja pada saat itu.
Serena yang mendengar itu pun memilih untuk pergi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AICE PARK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Playground
Johan, Serena, dan Althea tiba di kota tujuan mereka. Kota asal Johan dan juga kota sumber kenangan pahit yang dialami Serena.
Serena menghela nafasnya kasar, ia menatap keluar jendela dengan Althea yang sedang duduk di pangkuannya. Gadis kecil itu sangat anteng selama perjalanan.
Tiba-tiba tangan Serena dipegang dan dielus dengan lembut oleh Johan, wanita itu menoleh dan mendapati lelakinya tersenyum lembut berusaha untuk menenangkannya.
"Mari buat kenangan indah di sini, jadi kenangan yang lama jangan diingat. Sekarang dan di masa depan hanya ada kita bertiga, atau mungkin Adiknya Althea suatu saat nanti?" Johan terkekeh gemas membayangkan dirinya menikah dan mempunyai anak dengan Serena.
"Terimakasih selalu ada untukku dan Althea, jangan pernah tinggalkan aku!" ucap Serena penuh kecemasan.
"Tidak akan, aku akan selalu disampingmu hingga akhir hayatku Serena. Aku mencintaimu!" Johan mencium tangan Serena dengan lembut.
"Aku juga mencintaimu!" Serena tersenyum tipis sembari membalas elusan di tangannya, rasa trauma dan juga kecemasan yang menyelimutinya perlahan menghilang karena Johan.
"Mama Papa tidak cinta Althea?" tanya Althea dengan polosnya karena tidak mendapatkan pernyataan cinta dari kedua orangtuanya.
"Cinta dong!" ucap Serena yang langsung memeluk putrinya.
"Papa tentu cinta Althea!" Johan pun mencubit pipi gembul Althea.
"Althea juga cinta Mama dan Papa!' gadis kecil itu tersenyum senang.
Althea sudah pandai berkomunikasi meskipun masih sedikit cadel dan bahasanya berantakan. Gadis kecil itu sangat pandai, dia sudah bisa berhitung sampai angka sepuluh dan membedakan huruf a sampai z.
Didikan Serena dan Johan tidak gagal, kelas parenting yang mereka ikuti membuahkan hasil yang memuaskan.
Althea juga tidak ketergantungan dengan ponsel, ia bisa mengatur waktunya sesuai dengan yang dijadwalkan dan dibiasakan Serena.
Serena siap tidak siap harus siap menjadi Ibu yang baik, maka dari itu dia lebih semangat lagi untuk membenahi mentalnya agar Althea tidak terpengaruh dengan hal itu.
Kesehatan mental Serena sekarang semuanya berkat Johan dan Althea. Dua orang yang ia cintai dan mencintainya, membuat ia menyadarkan dirinya untuk membenahi mentalnya.
"Kita akan tinggal di apartemen, untuk kedepannya mungkin aku ngga bisa nginep terlalu sering karena Papa masih sakit!" ucap Johan tanpa menatap Serena.
"Jadi kau juga akan jarang ke apartemen?" tanya Serena.
"Iya begitulah, tapi kalo semisal ada apa-apa telepon aku. Jika berdekatan seperti ini setidaknya aku bisa dengan cepat datang ke apartemen kalau ada keadaan darurat."
Serena menganggukkan kepalanya, ia sebenarnya memiliki perasaan mengganjal dalam hatinya namun ia tak akan berani menyampaikannya pada Johan.
Selama tiga tahun menjalani hubungan sebagai kekasih, tidak pernah sekalipun Johan membahas orangtuanya. Sedangkan Serena sering membahas orangtuanya karena memang Johan juga yang saat ini selalu menafkahi orangtuanya.
Serena tidak pernah menuntut untuk hubungan mereka diperjelas kepada orangtua Johan, karena ia tau sekali orangtua Johan akan sulit atau bahkan tidak memberikan restunya.
Apapun akhirnya Serena akan menerimanya dengan lapang dada, ia sudah mempersiapkan diri dan mentalnya sejak awal ia memutuskan untuk menerima Johan sebagai kekasihnya. Karena menjadi kekasih orang kaya tidak akan semudah itu mendapatkan restu jika kau dari kalangan menengah seperti Serena.
Wanita itu kembali menghela nafasnya, ia harus berulang kali pasrah dengan takdir jika perjalanan cintanya tidak semulus yang ia harapkan. Namun setidaknya ada Althea yang akan membuatnya memiliki semangat hidup.
Johan memarkirkan mobilnya di basement gedung aparteman yang akan di tinggali mereka, ditepuknya pundak Serena yang masih melamun sembari menatap keluar kaca.
"Sudah sampai. Apa yang kau pikirkan, hm?" tanya Johan sembari mengelus pundak Serena.
"Ahh tidak, aku hanya melamun saja!" jawab Serena.
"Ayo turun?" ajak Serena yang hendak membuka pintu mobilnya.
Johan dengan secepat kilat menahan tangan Serena agar tidak membuka pintunya, lelaki itu pun keluar dan membukakan pintunya untuk Serena.
"Kamu lagi ngga fokus atau aku berbuat kesalahan sehingga kau ngambek?" tanya Johan.
Lelaki itu biasanya selalu membukakan pintu untuk Serena, jika wanitanya tidak mau maka hal itu menandakan bahwa Serena tengah marah kepada Johan.
"Aku hanya tidak fokus, sepertinya butuh tidur."
"Baiklah setelah ini kamu istirahat aja ya, aku sudah menyuruh orang membersihkan dan mempersiapkan apartemen jadi tidak perlu beres-beres lagi. Kalo barang-barangnya biar nanti di tata sama Bik Sumi!" ucap Johan sembari merangkul pundak Serena.
Althea tenang sekali di gendongan Serena sembari melihat kemesraan orangtuanya yang tiada habisnya.
"Bik Sumi ikut pindah?" Serena kaget karena ia tidak diberi tahu Johan sebelumnya.
"Iya, sebenarnya dia pindah juga karena anaknya tinggal di sini. Makanya aku pilih apartemen yang dekat dengan rumah anak Bik Sumi supaya dia bisa kesini dengan mudah. Aku juga tidak bisa mempercayakan kamu dan Althea kepada orang baru!" ucap Johan sembari menuntun Serena untuk diantarkan ke unit apartemen mereka.
"Makasih!" Serena tersenyum tipis, Johan tidak ada habisnya membuat Serena kagum akan perlakuan, sikap, dan sifatnya.
Merekapun memasuki apartemen yang akan mereka tinggali. Sebuah apartemen dengan tiga kamar, satu kamar untuk anak-anak, dua kamar biasa, dan juga beberapa ruangan lainnya. Apartemen ini terbilang luas dan juga nyaman meskipun ditengah-tengah kota. Pemandangan di balkon pun sangat indah.
Serena melihat-lihat isi apartemen itu dengan seksama, Johan tidak bohong tentang apartemen yang sudah di tata karena di sana sudah terpajang foto keluarga kecil mereka dan juga banyak sekali foto-foto Althea.
Semua perabotan pun juga sudah lengkap dan tertata rapi, termasuk dapur, maupun kamar, kamar mandi, dan ruang tamu.
Serena yang sedang menikmati pemandangan dari balkon tiba-tiba dikejutkan dengan sebuah pelukan dari belakang.
"Apa kau suka?" bisik Johan di telinga Serena.
"S-suka!" Serena sangat gugup.
"Baiklah jika kau suka aku pun suka. Aku akan pergi ke kantor dulu ya, nanti malam aku tidak bisa janji untuk pulang kemari karena sepertinya Papa menyuruhku menginap, tapi kalau semisal bisa aku akan usahakan untuk kesini walaupun hanya sebentar!" ucap Johan sembari mencium sekilas bibir Serena dan pipi Althea.
"Yaudah hati-hati di jalan ya, semoga Papamu segera sembuh dan semua urusan di kantor lancar!" ucap Serena sembari mengelus pipi Johan.
"Terimakasih, aku mencintaimu!" ucap Johan sembari mencuri kembali sebuah ciuman.
Althea yang memperhatikan itupun merengut, ia tidak suka jika Johan mencium Serena seperti anak kecil pada umumnya yang cemburu jika melihat kemesraan orangtuanya.
"Aduhh anak Papa lucunya, jadi ngga rela ninggalin deh. Tapi gimana lagi, Papa harus kerja biar bisa ngasih Althea mainan!" ucap Johan sembari mengusap rambut Althea.
"Nda mau, Papa cium Mama di depan Althea!" Althea menggelengkan kepalanya bermaksud untuk menjatuhkan tangan Johan yang sedang mengusap kepalanya.
"Loh kenapa, ngga boleh ya?" tanya Johan.
"Boleh, tapi kan Althea juga mau dicium Papa Mama!" gadis kecil polos itu mencabilkan bibirnya.
Johan dan Serena yang gemas pun mencubit pipinya lalu mencium Althea secara bersamaan, Johan dikiri, dan Serena di pipi kanan.
Althea seketika tersipu dan menduselkan wajahnya di dada Serena. Melihat tingkah Althea, Johan dan Serena terkekeh gemas.
*******
Hari sudah semakin gelap, suasana di apartemen baru membuat Althea sedikit tidak nyaman dan harus lebih beradaptasi.
Serena yang menyadari ketidak nyamanan Althea pun berniat mengajak putrinya untuk keluar, sekedar mencari udara segar di sekitaran gedung apartemen mereka.
"Tadi Mama lihat ada playground di dekat sini, Althea mau main?" tawar Serena kepada anaknya.
Althea termasuk balita yang pandai, sehingga perkataan Serena mudah ia pahami.
"Mau mau!" seru Althea sembari melompat-lompat senang.
"Ayo berangkat!" Serena pun menggandeng anaknya dan berangkat menuju playground.
Hanya perlu melewati trotoar sejauh dua puluh meter mereka sudah sampai di playground yang dimaksud Serena.
Tadi ketika sedang melamun wanita itu tidak sengaja melihatnya, jadi setidaknya ia bisa mengajak Althea kesana karena sangat dekat dengan apartemen.
Althea ikut bergabung bersama beberapa anak di sana, bermain perosotan, mandi bola, dan permainan lainnya yang melatih motorik halus dan motorik kasar.
Karena kelelahan bermain, Althea pun menghampiri Serena yang tengah mengawasinya.
"Mama Althea cape, mau gambal boleh?" ucap Althea yang tampak penuh dengan keringat dan terlihat kelelahan.
"Minum dulu ya sayang!" ucap Serena sembari memberikan air mineral kepada anaknya.
Althea pun meminum air mineral pemberian Mama nya, rasa lelah dan haus membuatnya menghabiskan setengah botol air mineral.
"Ahh sudah Mama, ayo menggambal dan mewalnai?" ucap Althea sembari menunjuk ke arah tempat para anak-anak kecil menggambar dan mewarnai, gadis kecil itu menaruh botol bekas minumnya di sembarang tempat.
"Ayo!" Serena pun menggandeng anaknya menuju ke tempat mewarnai, air mineral sisa Althea ia tinggal di sana karena lupa atau mungkin tidak melihatnya.
Althea tampak bersemangat, ia pun mengambil beberapa krayon dan juga kertas. Ada yang sudah memiliki gambar ada juga kertas kosong.
Gadis kecil aktif itu pun bergabung dengan anak-anak kecil lainnya untuk menggambar dan mewarnai, ia tampak sangat akrab dan mudah bergaul.
Serena yang melihat anaknya jadi atensi banyak anak kecil pun merasakan hangat di hatinya, selama ini Althea selalu meminta disekolahkan karena ingin mempunyai banyak teman namun karena usianya yang belum mencukupi Serena pun melipur anaknya dengan cara mengajaknya ke playground beberapa kali dalam seminggu.
"Huee hueee!" tangisan seorang anak kecil mengalihkan atensi Althea dan Serena, begitu juga dengan anak-anak yang lainnya.
Althea dengan cepat menghampiri anak kecil yang menangis dengan kencangnya, gadis kecil itu langsung mendorong anak kecil yang tengah memukuli anak yang menangis tadi.
"Kenapa kamu jahat? Jangan pukuli dia!" marah Althea
"Dia mengambil krayon ku!" ucap Pria kecil yang di dorong Althea sebelum ia berlari meninggalkan mereka.
"Huee huee hueee!" tangisan anak kecil itu semakin keras.
Althea yang melihat anak itu semakin menangis dengan kencang langsung mengelus kepalanya yang di pukul anak tadi.
"Jangan nangis, sakit ya?" tanya Althea sembari terus mencoba menenangkan anak itu.
Serena segera menghampiri mereka, Althea yang melihat itu pun mengadu kepada Mama nya.
"Mama dedek ini tadi dipukul sama anak jahat!" ucapnya.
"Ya ampun!" Serena reflek menggendong anak kecil yang memiliki kelainan itu. Tampaknya ia tidak diawasi oleh orangtuanya sehingga sampai dipukul oleh anak kecil tadi.
"Cup cup cup!" Serena menepuk-nepuk punggung anak kecil itu, dan anak itu pun mulai sedikit tenang.
Althea yang melihat Mama nya menenangkan anak itu pun berinisiatif untuk mengambil air mineral yang tadi ia minum di tempat sebelumnya.
"Reo? Maafkan Papa nak, Papa lalai menjagamu!" ucap seorang lelaki yang tiba-tiba menarik balita di gendongan Serena.
Serena yang melihat Ayah dari anak itu pun membeku, badannya gemetar dan matanya berkaca-kaca.
"Serena?" ucap Yuan, Ayah dari balita tadi yang tak kalah kagetnya.
"Kau dimana saja?" pertanyaan Yuan seolah bagai angin lalu di telinga Serena.
Wanita itu tidak menjawab sama sekali dan malah mematung, badannya semakin gemetar dan ia perlahan melangkah menjauh.
Serena yang menyadari Althea berlari mendekat membawa air mineral pun segera berlari dan menggendong Althea untuk keluar dari playground.
"Serena-" ucapan Yuan terpotong tatkala Serena berlari meninggalkannya. Dapat ia lihat Serena menggendong seorang balita perempuan yang wajahnya tidak terlalu jelas.
"Anak siapa?" gumam Yuan.
Sementara itu Althea yang digendong Serena keluar dari playground dengan terburu-buru pun bertanya-tanya apa yang terjadi.
"Mama kenapa? Ini ail untuk adek tadi, kasihan dia nangis?" tanya Althea ketika Serena memasuki lift.
Nafas Serena memburu, keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya, kepalanya pusing, dan pikirannya kemana-mana. Pertanyaan sang putri membuat kepalanya terasa semakin sakit.
"Kita pulang ya sayang, mainnya hari ini cukup!" ucap Serena sembari tersenyum tipis kepada anaknya, ia tidak ingin hal ini mempengaruhi Althea atau membuatnya melampiaskan amarah kepada anaknya.
"Baiklah, Mama kayaknya sakit sampai pucet sepelti itu?" ucap Althea sembari mengelus kening Serena yang penuh dengan keringat.
"Mama tidak papa sayang!" Serena tersenyum, badannya yang lemas pun ia sandarkan pada dinding.
Melihat wajah Yuan membuatnya ingat akan segala rasa sakit yang ia alami selama ini, pria yang begitu ingin ia hindari di kota ini ternyata menjadi pria pertama yang ia temui.
Wanita itu semakin risau, melihat Yuan bersama dengan anak kecil yang ia panggil sebagai anaknya tadi membuat Serena menduga pasti Yuan tinggal di sekitaran sini atau bahkan di apartemen ini juga.
Serena menghela nafasnya berat, ia tidak akan pernah bisa membayangkan hidup berdekatan dengan Yuan. Setiap hari mereka akan bertemu.
Dalam kondisi seperti tadi beruntung Serena bisa menghindarkan anaknya untuk bertemu dengan Yuan, mungkin di lain kesempatan ia pasti akan kesusahan untuk menjauhkan dirinya dan anaknya dari lelaki itu.
Serena pun memasuki apartemen bersama anaknya, ia tidak akan memberitahukan kepada Johan tentang masalah tadi. Karena ia tidak mau merepotkan Johan yang sedang berfokus kepada orangtuanya.
Ingin sekali Serena pindah dari sini, namun belum genap sehari dia tinggal dan juga ia sungkan kepada Johan jika harus berpindah tempat karena nya.
Apalagi apartemen ini yang paling strategis, dekat dengan tempat tinggal Bik Sumi juga rumah keluarga Johan. Serena tidak akan mungkin mau untuk merepotkan Johan lagi untuk berpindah tempat tinggal.
Serena sedang berperang dengan segala pikirannya, sedangkan Yuan juga memikirkan Serena yang tiba-tiba muncul di hadapannya.
Yuan tadinya sedang menerima telepon dadakan dari Sifa karena ada sesuatu penting yang harus ia tanyakan terkait pekerjaan, karena tempat bermain yang ramai membuat Yuan tidak bisa mendengarkan perkataan Sifa sehingga ia pergi keluar sebentar meninggalkan putranya tanpa penjagaan siapapun untuk menjawab telepon Sifa.
Bersambung