Lin Lianwei, seorang perampok dan ketua bandit dari kota X, tiba-tiba mendapati dirinya terjebak dalam tubuh seorang gadis desa bernama Lin Yuelan, gadis yang lemah dan malang, yang baru saja mengalami pelecehan oleh seorang pria tak dikenal.
Dalam kesakitan dan keputusasaan yang mendalam, Yuelan memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan melompat ke sungai. Namun, alih-alih kematian, justru jiwa Lin Lianwei yang masuk ke dalam tubuh Yuelan pada saat genting itu.
Selama tiga bulan pertama, Lianwei mencoba memahami kehidupan barunya sebagai Lin Yuelan. Ia berusaha untuk bangkit dari tragedi yang dialami dan menjalani kehidupan baru ini dengan penuh kehati-hatian. Tetapi, sesuatu mulai terasa aneh. Tubuh barunya menunjukkan gejala-gejala yang membuatnya khawatir. Setelah mencari tahu, Lianwei pun terkejut mengetahui bahwa dirinya hamil.
Dengan ketidakpastian tentang siapa ayah dari anak yang dikandungnya, Lianwei merasa sangat kebingungan. Mampukah dia melewati situasi yang rumit ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENYELAMATKAN BOCAH TAMPAN
Saat turun gunung, Lin Yuelan melihat langit mulai mendung, gerimis turun tanpa diduga, akhirnya dia terpaksa mencari tempat untuk berteduh.
Ada sebuah goa tak jauh dari tempat mereka berdiri, akhirnya ketiganya memutuskan untuk berhenti dan berteduh di sana.
Jun Hui pergi, menerjang hujan untuk mencari makanan. Hari semakin sore, namun mereka belum mendapatkan binatang buruan apapun, sehingga dia akhirnya memutuskan untuk mengambil beberapa buah-buahan liar, sebagai pengganjal perut.
Lin Yuelan melihat ranting kering, dia mengumpulkannya dengan cepat kemudian membuat perapian. Cuaca hujan membuat angin semakin dingin, mereka tidak menggunakan pakaian yang cukup tebal, untuk melindungi tubuhnya.
Selang 1 jam Jun Hui kembali, dia membawa seekor kelinci gemuk yang telah dibersihkan dan juga beberapa tangkai buah-buahan liar, pria itu muncul dengan pakaian yang sudah basah.
Lin Yuelan melirik kearahnya. "Paman Jun! Duduk di dekat api, pakaianmu benar-benar sangat basah, kau bisa masuk angin."
Jun Hui mengangguk, setelah menyerahkan semua hasil yang didapatnya kepada Lin Yuelan, dia mulai berjongkok di depan perapian, tubuhnya sedikit menggigil. Akibat cuaca yang tidak jelas, membuat pertahanan tubuh menjadi rentan terhadap penyakit, meskipun dia sering berlatih beladiri.
Lin Yuelan membuka keranjang bambu miliknya, kemudian mengeluarkan beberapa bumbu. Dia melumuri daging kelinci itu dengan terampil, kemudian mengambil kayu kecil untuk memanggang. Sementara buah-buahan liar, dia mencucinya menggunakan air hujan.
"Makanlah!" ucap Lin Yuelan, dia membagi buah-buahan untuk Jun Hui dan biksu kecil, sementara sisanya di simpan dalam keranjang.
Ketiga orang itu makan buah merah yang terasa manis dan sedikit berair, hingga menyipitkan mata.
"Buah ini sangat lezat, paman Jun, dimana anda menemukannya?" tanya Lin Yuelan.
Jun Hui menunjuk dengan jarinya, "Di sebelah sana, sayang sekali hanya sedikit yang matang. Minggu depan kita bisa kembali ke tempat ini dan memanennya, sangat jarang orang yang datang ke tempat itu, mereka lebih memilih untuk mencari makanan di wilayah terluar."
"Benarkah? Ini terdengar sangat bagus, kita bisa membuat jus buah atau sop buah." ucap Lin Yuelan.
"Nona, apa itu jus buah dan sop buah?" tanya Jun Hui.
Lin Yuelan tersenyum misterius, "Setelah buah-buahan yang tersisa di pohonnya itu selesai dipanen, aku akan menunjukkannya pada paman. Tunggu saja!"
"Baiklah, semoga minggu depan semua buah-buahan itu matang dan kita akan segera menikmati sop buah dan jus buah." ucap Jun Hui.
Saat mereka berdua berbicara, kelinci panggangnya matang, aromanya begitu memikat hingga biksu kecil mengendus-endus dengan hidungnya.
"Apakah kau ingin memakan daging? Bukankah seseorang biksu itu vegetarian?" ucap Lin Yuelan.
Biksu kecil mengedipkan matanya, "Apakah aku boleh memakannya?"
"Tentu saja, jika kau ingin. Namun jika kau memutuskan untuk menjadi seorang biksu, maka kau tidak boleh memakan daging sepotong pun." ucap Lin Yuelan.
Biksu Kecil itu tersenyum senang, "Guru mengatakan aku bukan seorang biksu, namun seseorang mengirim ku ke biara saat berusia 3 tahun. Aku berpakaian seperti seorang biksu agar tidak di intimidasi oleh murid yang lain."
"Benarkah? Aku pikir kau ingin menjadi seorang biksu dan hidup di biara." ucap Lin Yuelan.
Biksu kecil itu menggelengkan kepala, "Tidak! Setelah besar nanti, aku akan mencari keluargaku dan bertanya pada mereka alasan aku di buang. Anak-anak yang lain memiliki orang tua, bahkan biksu kecil yang baru datang ke biara saja diadopsi oleh orang-orang kota."
Wajah Lin Yuelan menjadi gelap, "Lupakan! Kau sekarang memiliki kami, meskipun usiaku masih sangat muda, tapi kau juga bisa memanggilku ibu dan aku akan memperlakukanmu seperti anak kandungku sendiri. Jangan khawatir! Kau tidak akan kekurangan makanan atau pun pakaian, aku akan bekerja keras di masa depan,"
"Benarkah?" tanya biksu kecil itu seolah tak percaya.
Lin Yuelan mengangguk, "Tentu saja, kau bisa melihatnya nanti. Ngomong-ngomong, siapa namamu?"
Biksu kecil itu menggelengkan kepala, "Orang-orang di biara memanggilku tujuh belas,"
"Nama macam apa yang mereka berikan padamu, dengar! Nama keluargaku adalah Lin dan nama kecilku adalah Yuelan." ucap Lin Yuelan sambil membusungkan dadanya.
"Baiklah, aku akan mencarikanmu nama yang bagus. Karena kau adalah putraku, jadi aku akan memanggilmu Lin Zhaoyang. Bagaimana? Apakah kau menyukai nama itu?" ucap Lin Yuelan.
Biksu kecil itu mengangguk, "Sepertinya nama ini jauh lebih terdengar seperti nama manusia dibandingkan dengan 17, aku menyukainya."
"Bagus!" ucap Lin Yuelan sambil menepuk pundak bocah itu.
"Aku akan memberimu makan daging, tapi mulai besok kau harus melepaskan pakaian biksumu. Aku akan memberimu pakaian seperti anak-anak biasa. Mengerti?" ucap Lin Yuelan.
Bocah itu mengangguk, sama sekali tidak keberatan. Lagi pula dia telah memutuskan untuk turun gunung dan memiliki keluarga baru. Setelah selesai makan, akhirnya hujan pun berhenti, mereka melanjutkan perjalanan dengan sangat hati-hati, mengingat tanah yang basah akan sangat licin ketika dipijak.
Saat mereka hampir mencapai kaki gunung, sebuah kereta melintas dengan sangat cepat, kudanya terlihat sedikit mabuk, mungkin terkena obat atau ketakutan karena sesuatu.
Suara teriakan terdengar, tak lama kemudian kereta itu terjatuh, dua orang wanita berusaha untuk menyelamatkan seorang anak laki-laki berusia 7 tahun dan memiliki wajah yang sangat tampan.
"Bunuh mereka!" terdengar suara dari kejauhan dan sepuluh orang berpakaian hitam muncul dengan pedang besar di tangannya.
Mereka berusaha untuk melenyapkan nyawa anak laki-laki tampan itu dengan anak panah, Lin Yuelan melihatnya dari jauh, dia segera mengangkat busur dan melepaskan 3 anak panah sekaligus untuk menyelamatkannya.
"Dengar! kamu bersembunyi dulu di sini! Aku akan segera kembali," ucap Lin Yuelan pada biksu kecil itu, dia segera melompat dan membantu kedua wanita di depannya untuk melindungi anak tampan.
Jun Hui beserta kedua orang rekannya juga muncul, mereka bergegas membantu menangani ke sepuluh pria berpakaian hitam itu.
Trang...
Trang...
Trang...
Terdengar suara perkelahian yang sangat sengit, tak lama kemudian dua orang wanita yang sebelumnya melindungi bocah itu terjatuh, dengan dada yang tertembus oleh anak panah.
Lin Yuelan langsung melotot, dia menarik busur dan melepaskan 5 anak panah ke arah pepohonan besar, tak lama kemudian terdengar suara gedebuk yang sangat kencang, 3 orang pemanah mati dan jatuh dari tempat persembunyiannya.
Jun Hui dan rekan-rekannya juga berhasil mengalahkan kesepuluh pria berpakaian hitam dengan cepat, namun mereka tidak berhasil mengorek informasi apapun, karena orang-orang itu segera menggigit lidahnya dan mati.
"Nona, tolong selamatkan tuan muda!" salah seorang wanita itu mengeluarkan sebuah kotak brokat kecil dari lengan hanfunya.
"Jangan banyak bicara, aku akan menyelamatkanmu!" ucap Lin Yuelan, namun wanita itu menggelengkan kepalanya.
"No-nona, cepatlah pergi! Mereka pasti akan kembali dan mengejar tuan muda, ambil ini. Jangan pedulikan aku!" ucap wanita itu, namun Lin Yuelan menggelengkan kepalanya, dia mengeluarkan setetes air spiritual dan memasukkannya ke mulut wanita itu.
"Diam! Kau pasti akan selamat!" ucap Lin Yuelan sambil melirik ke arah Jun Hui.
"Paman, apakah penjaga rahasia mereka ada yang masih bisa diselamatkan?"
"Nona, dua orang sepertinya masih hidup, namun lukanya sangat parah." ucap Jun Hui.
"Baiklah, ayo bawa mereka kembali ke desa. Jangan biarkan siapapun melihatnya!" ucap Lin Yuelan, dia segera menyambar tubuh bocah tampan itu dan menarik biksu kecil dalam pelukannya, kemudian menggunakan ilmu peringan tubuh untuk kembali ke desa.
Jun Hui dan rekan-rekannya juga melakukan hal yang serupa, mereka menarik dua orang prajurit rahasia dan seorang wanita pelayan yang terluka, kemudian menghilang dari tempat itu.
Sepuluh menit kemudian, pasukan berpakaian hitam gelombang kedua muncul, mereka mencari mayat bocah kecil itu diantara tumpukan mayat rekan-rekannya.
"Sial! Bocah itu masih selamat! Cepat cari! Mereka pasti belum jauh dari sini!"
👍💪