Dibesarkan dari bayi, oleh seorang pemulung yang menemukannya di tumpukan sampah, dan dia dihina dengan tetangganya karena hidup miskin bersama orang yang menemukannya. dan dia juga di anggap anak haram karena mereka menganggap orang tuanya malu saat melahirkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Kubur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
...
Kini kiran dan bu anggun sudah ada di kampus, para dosen yang ada disana menyapa bu anggun dengan sangat ramah, karna mereka sudah tahu jika bu anggun adalah istri pak perabu donatur tetap dan terbesar dikampus itu..
" selamat pagi nyonya ada yang bisa saya bantu." sapa salah satu dosen yang menghampiri bu anggun dan kiran.
" antarkan kita keruangan pak budi." jawab bu anggun. pak budi adalah rektor diuniversitas tersebut.
" baik nyonya mari ikut saya, saya akan antarkan kalian ke ruangan beliau." ajak dosen yang tadi menyapa, sementara yang lain kembali lagi ke tempat tujuan mereka.
jam masih menunjukan pukul 7pagi, kampus masih terlihat sepi, hanya beberapa dosen yang masih terlihat disana untuk mempersiapkan berkas, untuk pelajaran yang akan di berikan nanti pada siswa, siswinya.
kiran dan bu anggun ditemani dosen untuk keruangan rektor dan setelah sampai disana dosen yang mengantar berpamit pergi karna dia harus segera menyiapkan berkas untuk mengajarnya nanti.
bu anggun mengetuk pintu dan berucap salam sebelum masuk ke ruangan rektor, orang yang ada didalam kaget melihat siapa yang datang, dan langsung memasang muka ramah pada bu anggun.
" selamat pagi nyonya Admajaya, ada yang bisa saya bantu.?" sapa dan tanya rektor yang bernama pak Budi Susanto, dan pandangnya teralih melihat kearah kiran. kiran tersenyum sebagai sapaan pada pak budi.
" hemm.. begini pak budi, saya kesini untuk mendaftarkan putri saya ini, dan sekaligus menitipkan pada pak budi, jika dia kenapa kenapa disini pak budi orang pertama yang akan saya minta penjelasannya." bu anggun menjelaskan maksud kedatangannya. pak budi kaget mendengar jika gadis yang disebelah bu anggun adalah putrinya, tapi pak budi memilih tidak bertanya lebih lanjut.
" baik nyonya akan segera saya urus, dan saya siap menanggung semua konsekuensinya jika putri anda kenapa kenapa disini, apa anda sudah menyiapkan berkas pendaftaran." satu kehormatan tersendiri bagi pak budi yang tertunjuk sebagi orang kepercayaan oleh keluarga nomer 1 dinegera itu.
bu anggun meminta berkas yang ada didalam tas kiran, dan menyerahkannya pada pak budi. berapa terkejutnya pak budi melihat nama lengkap kiran yang tertara didalam berkas tersebut.
siapa yang tidak tahu Kirana Dewi Perabu, anak yang dicari keluarga perabu dari 20tahun yang lalau, bu anggun menyadari keterkejutan dari pak budi dan bu anggun segera berkata.
" dia memang anak saya yang selama ini saya cari, karna sebab itu saya meminta anda untuk selalu mengawasinya selama dia ada disini, karna saya tidak mau jika mahasiawa disini melakukan hal yang membuat dia terluka." jelas bu anggun,
sedangkan pak budi bingung mendengar penjelasan bu anggun, siapa yang akan berani melukai putri orang ternama di kota bahkan bisa di katakan dinegara.
" siapa yang akan berani melukainya, jika mereka tahu jika dia putri anda nyonya.?" pak budi mengatakan apa yang sedari tadi membuatnya penasaran, bu anggun memandang kiran yang tersenyum manis, dan menghembuskan nafus kasar sebelum menjawab.
" putri saya tidak mau orang lain tahu, jika dia adalah keluarga Perebu, jadi saya minta agar pak budi mengatakan pada semua dosen untuk tutup mulut mengenai identitas putri saya." bu anggun kembali menjelaskan. pak budi mengangguk mengerti kemudian memandang kiran.
" aneh anak ini, bukannya senang jika semua orang tahu, malah dia tidak ingin jika identitasnya sebagi keluarga Perabu diketahui siswa lain." gumam pak budi dalam hati.
" baik nyonya saya pastikan semua dosen tidak akan membuka mulut mengenai identitas putri anda disini." jawab pak budi setelah bergumam dalam hatinya.
" terima kasih sebelumnya karna sudah membantu, kalau begitu saya permisi dulu. apakah besok putri saya sudah bisa langsung masuk.?"
" justru saya yang harusnya berterima kasih pada nyonya, karna saya diberi kepercayaan oleh anda. putri anda bisa masuk kapan saja disini." jawab pak budi. bu anggun tersenyum mendengarnya.
" gimana sayang apa kamu akan masuk besok pagi.?" tanya bu anggun pada kiran yang sedari tadi diam, tidak mengatakan sepatah kata pun.
" iya mah besok aku langsung masuk, aku sungguh sudah tidak sabar untuk belajar lagi." jawab kiran dengan semangatnya.
" tapi aku minta sama bapak, agar nanti bersikap biasa saja sama seperti murid lain pada ku, agar tidak ada yang curiga." lanjut kiran yang masih menghawatirkan jika identitasnya akan diketahui orang.
" baik non, jika itu mau non, saya juga akan menyampaikan pada semua dosen yang melihat kedatangan non dan nyonya tadi agar mereka tidak memberi tahu pada dosen yang lain jika non kuliah disini."
" jangan panggil seperti itu pak, nama saya kiran, panggil aja sesuai nama saya." kiran risih mendengar panggilan dari pak budi, sedangkan pak budi bingung dan menatap ke arah bu anggun yang mangangguk kan kepala, agar menuruti permintaan putrinya.
" baik jika begitu, selamat belajar di universitas ini kiran, semoga kamu betah disini, jika ada yang berani menjahili kamu langsung saja panggil saya." jawab pak budi dengan senyum ramahnya, pak budi hanya menampilkan senyum pada orang orang tertentu,
dan pak budi sering dijuluki sebagi monster disana karna pak budi yang jarang tersenyum, dan terkenal kejam jika sudah memberi hukuman pada siswa, siswinya.
" terima kasih pak, saya akan panggil bapak jika ada yang mengganggu saya." jawab kiran, namun kiran akan mengatasi masalahnya sendiri jika hanya masalah kecil.
" ya sudah kita permisi dulu, pak budi." pamit bu anggun, mengajak kiran untuk segera ke salon. pak budi berjalan membukakan pintu pada kedua wanita cantik itu.
" hemm apa mungkin anak itu tidak mau identitasnya di ketahui orang lain, karna ingin mencari teman sejati, jika aku lihat dia juga baik, dan sepertinya ditidak memanfaatkan kekayaan orang tuanya, bisa aku lihat dari penampilannya yang bisa dibilang sangat sederhana." gumam pak budi dan terus melihat ke arah bu anggun dan kiran yang terus melangkah menjauh.
sedangkan di kantor pak perabu mencoba menghubungi pak yoga.
" apa kabar Perayoga Wijaya, sepertinya kita sudah lama sekali tidak bertemu." ucap pak perabu setelah panggilan terjawab. sedangkan pak yoga sudah kaget saat pertama melihat nama penelepon. dan bertambah kaget saat pak perabu mengucapkan kata yang menurutnya penuh isyarat tersendiri.
" Alhamdulillah saya baik, tuan Perabu Saputra, bagaimana dengan kabar anda tuan perabu."
" Alhamdulillah saya juga sama baik, bagaimana jika saya mengundang anda untuk makan siang bersama."
" wah suatu kehormatan untuk saya mendapat undangan dari anda, dengan senang hati pasti saya akan datang siang nanti."
" baik saya akan tunggu anda di perusahaan saya, tapi saya minta anda membawa staff anda yang bernama Asyifa untuk menemani anda datang."
Bersambung...