GAVIN adalah pria dewasa yang usianya sudah menginjak kepala tiga. Orang tuanya sudah mendesak untuk segera menikah,terutama
mama nya.
Tapi Gavin menolaknya mentah-mentah. Bahkan mama nya sempat menjadwalkan kencan buta untuk putra tunggal nya itu dengan beberapa anak perempuan dari teman nya,dan yang Gavin lakukan hanya diam saja ,tak menghiraukan Mama nya yang terus berteriak meminta menantu dan cucu.
Hingga suatu hari, Gavin pergi kesalah satu kafe yang sering dikunjungi oleh para anak muda. Disana ia bertemu dengan seorang gadis yang tertawa bersama teman-teman nya. Gavin terpukau oleh gadis itu.
Tanpa tau siapa gadis yang ia temui dikafe itu, Gavin meminta kepada kedua orang tuanya untuk melamar gadis tersebut, tidak peduli jika usia mereka yang terpaut jauh, karena ia sudah mengklaim gadis itu sebagai istri nya nanti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marta Safnita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21.
Bagas sudah lepas tangan saat ini, pria paruh baya itu telah mempercayakan putra nya dengan yakin bahwa Gavin mampu mengelola perusahaan keluarga yang sudah berdiri sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu.
Sebelum kekamar mandi, ponsel miliknya berbunyi. Gavin akan mengangkat panggilan tersebut lebih dahulu, baru nanti dia akan membersihkan diri.
Terpampang jelas nama Reza yang menghiasi layar ponsel nya, kening Gavin mengernyit sebelum mengangkat panggilan dari sekretaris nya itu. Gavin mendengar saksama suara Reza diseberang sana, setelah nya ia menggeram kesal.
Reza mengatakan bahwa ia harus segera kembali kekantor, dikarenakan client - nya yang berasal dari Jepang meminta nya bertemu untuk membahas proyek sebelum beliau kembali ke jepang. Dengan langkah lebar nya Gavin keluar kamar dan kembali bertemu Resti diruang tengah.
Resti mengernyit kening melihat anaknya jalan dengan langkah lebar terlihat seperti orang yang sedang terburu-buru. "Kamu mau kemana? Buru-buru amat."
"kantor, assalamualaikum." Gavin kembali melangkah setelah berpamitan secara singkat pada mamanya.
" Waalaikumsalam."
Gavin mulai menjalankan mobil sport nya kembali menuju kantor dengan kencang. sesampainya nya dikantor , ia langsung menemui Reza, terlihat sekretaris nya itu sedang menelpon seseorang. Gavin sabar, ia menunggu sampai sang sekretaris selesai dalam urusan ny itu. Sebenarnya Gavin ingin sekali memuntahkan amarah nya saat ini juga pada sekretaris nya.
Sedangkan Reza yang melihat raut wajah datar milik Gavin segera menyudahi telepon nya. Reza tahu dibalik wajah datar milik Gavin itu, sedang menyembunyikan kekesalan untuk dirinya. Mana ada boos yang rela menunggu sekretaris nya. Hanya Gavin saja. Mungkin, pikir Reza.
" sore pak," sapa Reza.
" Intinya."
Reza menghembuskan napas pelan lalu berkata," meeting nya akan dilakukan di restoran."
" Kenapa tidak bicara ditelpon, tadi," geram Gavin. Jika ia tahu akan begini, sudah pasti tadi ia akan langsung pergi ke restoran agar tidak membuang-buang waktu. Ingat waktu adalah emas.
Tadi baru saja sekretaris nya menelpon dan mengatakan bahwa meeting nya akan dilakukan di restoran," jelas Reza sebelum membuat boos nya semakin kesal.
Gavin mengangguk sebagai jawaban dan pergi meninggalkan Reza begitu saja. Reza yang paham dengan sikap Gavin segera menyusul nya agar sahabat yang sialnya adalah boos nya sendiri itu tidak marah-marah seperti sebelumnya.
***
Tidak terasa waktu berjalan dengan cepat dan kini sudah tiga hari SMA ALZERO menjalankan PAS. Redyna tidak satu ruangan dengan Zahra dan Dinda ketika sedang ulangan seperti ini. Jika sekolah nya sedang mengadakan ujian, entah itu PTS,PAS,US,dan lain-lain. Maka, kelas dan tempat duduk mereka akan diacak.
Ada yang bersama adik kelas, kakak kelas, atau bahkan anak seangkatan tapi berbeda kelas. Dan teman sebangku Redyna saat ini adalah adik kelas yang berasal dari kelas X-MIPA6. Ia dibuat ketar-ketir sendiri dengan sifat adik kelasnya yang satu ini yang sedari tadi terus menunduk kebawah.
Keringat Redyna sudah mulai menumpuk didahi dengan sesekali matanya melirik ke depan dan kesebelahnya.
" CK, Lo bisa nggak sih kalau nyontek tuh yang elegan sedikit?" bisik Redyna lirih agar tidak ada yang mendengar nya.
Si adik kelas mengangkat kepala nya menatap Redyna dengan cengiran khas milik nya. "Duh gimana ya ,kak? Ini tulisan nya kecil banget, jadi nggak kelihatan."
Redyna memutar bola mata jengah, tangan nya masih terus bergerak mengisi lembar jawaban." Lo emang nggak lihat apa gimana? Tuh, Bu Jamilah sesekali ngeliat kesini. Yang nyontek siapa, yang dilihatin siapa," gerutu Redyna, kali ini ia melihat wajah adik kelasnya yang sedang menyengir tanpa dosa.
Tadi Redyna sempat melirik kedepan, takut-takut Bu Jamilah melihat kearah tempat duduk nya. Bukan, maksudnya kearah manusia yang berada disebelah Redyna yang kembali melanjutkan aksi berdosa nya.
" yaelah, ngapain sih takut? Kalau keciduk yaudah. Mau diapain lagi? Lagian Lo ngapain takut? yang nyontek 'kan gue bukan elo kak."
" udahlah, susah ngomong sama Lo yang buku Bk-nya udah berjilid-jilid!
Laki-laki itu terkekeh lalu mengelus-elus pundak Redyna pelan." nggak usah pegang-pegang,ya ! Gue Uda ada yang punya !" gertak Redyna dan langsung menepis tangan adik kelasnya itu.
" Galak amat."
" tapi cantik," sambung nya dengan senyum yang dapat membuat gadis-gadis ALZERO langsung terpesona ketika melihat nya,tapi tidak dengan Redyna.
Ampun kak . "Nggak lagi-lagi deh," ucap manusia itu seraya menunjuk kan jari telunjuk dan tengah nya, serta tawanya yang menggelegar saat mendapat tatapan tajam dari Redyna.
" Satria! Kamu udah selesai belum?! Jangan ganggu kakak kelasnya, dong! Kamu itu gimana sih?!
Siswa yang bernama Satria itu menoleh kedepan menatap Bu Jamilah yang tengah menatap nya garang." Udah dong, Satria 'kan pintar,Bu," ucap nya dengan mata yang mengerling pada Bu Jamilah.
Satria berdiri dari duduknya dan melangkah menuju tempat Bu Jamilah duduk dengan membawa lembar jawaban dan soal miliknya.
" Ini Bu. Punya satria. Cowok paling ganteng se - ALZERO," ujar satria seraya menyodorkan lembar soal dan jawaban nya.
Bu Jamilah menerima nya dengan sedikit dongkol akan sifat anak murid nya yang satu ini. Satria yang nakal, pemalas, tukang bolos, urakan membuat para guru sering mengelus d**a.
Tapi Satria adalah orang yang suka monolog jika ada orang yang sedang kesulitan berada tepat didepan matanya.
Tapi sifat yang satu itu selalu tertutup oleh sifat-sifat bobroknya 'Satria' kan Uda selesai ngerjain nya, jadi boleh dong, kalau Satria istirahat duluan?" tanya nya pada Bu Jamilah dengan tersenyum manis.
Tampa menunggu jawaban dari Bu Jamilah, Satria melangkah keluar kelas. Langkah nya terhenti ketika diambang pintu, lalu memutar tubuh nya melihat kearah mejanya dan memberi kan kiss by pada teman sebangku nya.
Satria terkekeh melihat wajah kakak kelas nya yang sudah siap untuk menenggelamkan dirinya kedalam rawa-rawa. Lalu satria kembali menatap Bu Jamilah, laki-laki itu melakukan apa yang dilakukan nya kepada kakak kelas nya tadi kepada gurunya itu.
" Dadah, Bu Jamilah." kali ini satria benar-benar keluar setelah membuat Bu Jamilah kesal setengah mati.
"SATRIA!!!"