Di balik suami yang sibuk mencari nafkah, ada istri tak tahu diri yang justru asyik selingkuh dengan alasan kesepian—kurang perhatian.
Sementara di balik istri patuh, ada suami tak tahu diri yang asyik selingkuh, dan mendapat dukungan penuh keluarganya, hanya karena selingkuhannya kaya raya!
Berawal dari Akbar mengaku diPHK hingga tak bisa memberi uang sepeser pun. Namun, Akbar justru jadi makin rapi, necis, bahkan wangi. Alih-alih mencari kerja seperti pamitnya, Arini justru menemukan Akbar ngamar bareng Killa—wanita seksi, dan tak lain istri Ardhan, bos Arini!
“Enggak usah bingung apalagi buang-buang energi, Rin. Kalau mereka saja bisa selingkuh, kenapa kita enggak? Ayo, kamu selingkuh sama saya. Saya bersumpah akan memperlakukan kamu seperti ratu, biar suami kamu nangis darah!” ucap Ardhan kepada Arini. Mereka sama-sama menyaksikan perselingkuhan pasangan mereka.
“Kenapa hanya selingkuh? Kenapa Pak Ardhan enggak langsung nikahin saya saja?” balas Arini sangat serius.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Sudah Bulat
Keadaan di sana sudah menegaskan apa yang terjadi. Dari Killa yang sampai sudah tak memakai pakaian, sementara pakaian d a l am Killa justru ada di wastafel.
Sudah bisa dibayangkan bagaimana bringasnya permainan Killa dan sopir pribadinya. Sehaus itu Killa pada sentuhan, padahal Ardhan tak pernah membiarkan tak menyentuh sang istri full seminggu. Bagi Ardhan, kesibukannya bekerja, masih terbilang normal. Apalagi di luar sana, banyak pasangan LDR yang harus berminggu, berbulan-bulan, bahkan tahunan tidak bertemu demi tujuan rumah tangga lebih mapan lagi.
“Di balik suami yang sibuk mencari nafkah, ada istri tak tahu diri yang justru asyik selingkuh, dengan alasan kesepian—kurang perhatian. Jika kalian ingin tahu siapa wanita itu, ... wanita itu bernama Killa. Atau memang, si Killa ini memiliki kelainan seksual. Makanya pria bukan suaminya, dan harusnya tak selevel dengannya, diembat!” ucap Arini.
“Sementara di balik istri patuh yang selalu mengabdi kepada suami maupun keluarga suaminya, ada suami tak tahu diri yang keasyikan selingkuh. Sampah itu bernama Akbar Suhendar. Pria modal tampang pas-pasan sekaligus janji manis melebihi wakil rakyat! Pantas kalian cocok!” sindir Arini kepada Killa.
Karena Killa seolah akan membalas dan tak segan mengumpat, Arini segera berkata, “Sudah pakai baju apa gimana. Di kiranya di luar enggak ada rame-rame. Ada polisi dan wartawan yang siap jadiin kamu artis. Apa kamu mau diwawancara melebih model porno?”
“Satu lagi ... aku enggak akan merasa kalah apalagi enggak selevel sama kamu hanya karena kamu sudah berhasil membuat suamiku jadi budak ngesekmu! Enggak, sumpah demi Allah. Malahan aku beruntung semuanya terungkap. Karena aku terlalu berharga buat kalian. Terus kamu mau nyalahin suami kamu dengan anggapan, alasanmu selingkuh karena kamu kurang perhatian, kurang kasih sayang, kurang sentuhan? Heh, Killa. Kamu itu nikah, apa sewa gigolo? Hih!” Setelah berkata demikian dan mengakhirinya sambil bersedekap, Arini memilih pergi dari sana.
Arini tak mau menambah dosa. Sebab mulutnya pasti tidak bisa diam jika ia berhadapan dengan wanita seperti Killa. Akan tetapi sesampainya Arini di ruang sebelah, Arini juga jadi emosi kepada Akbar.
“Ngakunya di—PHK. Selama tiga bulan terakhir ngakunya sibuk cari kerja, enggak bisa kasih uang sepeser pun. Hingga aku sebagai istrimu turun tangan buat jadi tulang punggung sekaligus keset keluarga. Eh kelakuanmu, Mas. Pamit kerja kok malah jadi gigolo wanita kesepian!” sindir Arini yang kemudian meminta wartawan untuk merekam wajah suaminya.
“Buat warning para suami di luar sana. Takutnya dia open jasa lagi!” bawel Arini. “Ya Allah ... sesakit ini. Dasar Akbar Suhendar enggak tahu diri! Tolong beri Akbar Suhendar ini azab terberat ya Allah. Hamba ikhlas!” batinnya sambil melipir dari sana.
“Dek ... Dek, aku bisa jelasin!” ucap Akbar berusaha mendekati Arini, tapi jangankan mau disentuh. Didekatinya saja, Arini tak sudi.
“Enggak usah dekat-dekat aku, Mas. Jijik aku ke kamu! Hiiiihhhh!” kecam Arini memutuskan keluar dari dalam kamar hotel Akbar dan Killa. Sebab selain sesuai apa yang ia ucapkan, Akbar juga terus mengejarnya.
Sementara itu, di dalam kamar mandi dengan keadaan yang masih sama. Killa tidak bisa untuk tidak malu kepada Ardhan. Terlebih, Ardhan mengulang ucapan Arini. Ardan membenarkan, bahwa kesibukan Ardhan tak sepantasnya dijadikan alasan Killa berselingkuh. Bahkan walau itu dengan sopir pribadi Killa yang selalu memberi pelayanan spesial.
“Setelah kamu dan pria idaman kamu dipenjara, ... pembatalan pernikahan kita juga akan diurus. Aku tidak sudi menyandang status duda hanya karena ulahmu yang sangat rendahan. Dan aku ... aku akan menikahi istri pria idamanmu. Dia akan aku nikahi tanpa status janda. Karena mulai hari besok juga setelah laporan perzinahan kalian selesai diurus, Arini akan mengurus pembatalan pernikahannya!”
“Segera kabari keluargamu. Jangan pernah pakai mas Narendra sebagai pengacara kamu. Karena beliau yang akan membantuku merukiyah kamu!” tegas Ardhan sambil melangkah pergi.
“Kamu tetap andil dalam perselingkuhanku, Mas Ardhan!” teriak Killa sambil buru-buru keluar dari bak rendam terbilang besar ia berada. Karena ukurannya yang terbilang besar pula, tubuhnya masuk ke dalam sana setelah dijatuhkan paksa oleh Arini.
Akan tetapi, pria berusia dua puluh sembilan tahun itu sama sekali tak menggubris teriakan Killa. Malahan pada akhirnya, Killa dan Akbar digiring sekaligus dibawa polisi. Baik Killa maupun Akbar sudah memakai pakaian lengkap. Namun, keduanya terus menjadi bulan-bulanan wartawan.
Mobil Killa dibawa sopir Ardhan karena biar bagaimanapun, mobil tersebut merupakan fasilitas yang Ardhan berikan kepada Killa. Hingga karena kenyataan tersebut pula, Ardhan jadi menyetir sendiri. Sementara di sebelah Ardhan, Arini masih membisu. Hanya saja, diamnya Arini bukan karena wanita itu menjadi wanita meye-meye. Diamnya Arini karena wanita berusia dua puluh empat tahun itu tampak sangat emosi.
“Kamu mau saya antar ke mana?” tanya Ardhan dan sukses mengusik keheningan di sana.
“Aku enggak mungkin pulang ke rumah Akbar. Aku juga enggak mungkin pulang ke rumah orang tuaku karena ini sudah sangat malam. Ibuku sudah sakit-sakitan. Bisa diteluh–(santet) aku oleh mbakku. Kalau berani datang ke rumah dalam keadaan seperti sekarang!” ucap Arini.
Balasan Arini yang terdengar putus asa, membuat hati seorang Ardhan diselimuti rasa bersalah. Lebih merasa bersalah lagi lantaran Arini terus menolak tawarannya. Dari memesankan tempat tinggal khusus dan Ardhan yang membayarnya. Juga mengajak Arini tinggal di rumah Ardhan, atau malah tinggal di rumah orang tua Ardan.
“Antar saya ke kantor saja, Pak. Lagian saya tidak yakin bisa tidur.”
“Dua hingga tiga hari ke depan, kamu libur saja biar lebih vit.” Ardhan mengambil keputusan. Termasuk juga keputusan tempat tinggal baru untuk Arini.
Ardhan membawa Arini ke kediaman orang tuanya. Selain merupakan rumah orang tuanya, di sana juga menjadi tempat tinggal kakek nenek bahkan keluarga besar Ardhan.
Di atas tanah yang luasnya ada empat hektar, di sana tak hanya ada rumah tinggal. Karena di area yang dekat dengan pedesaan itu juga disertai klinik kesehatan maupun kecantikan milik keluarga Ardhan. Sementara kontrakan yang akan menjadi tempat tinggal baru Arini juga masih ada di sana. Di sana dihiasi banyak kontrakan petak, bengkel, dan juga lumbung padi.
“Dulu aku pernah ke sini buat berobat pas tipesku kambuh,” ucap Arini.
“Orang sesangar kamu kok punya tipes? Enggak malu kamu sama tipes kamu?” sinis Ardhan sengaja menyindir Arini.
Ardan keluar dari dalam mobilnya lebih dulu.
“Malu itu kalau aku jadi si Akbar apalagi Killa. Kegrebek pas telanjang!” balas Arini tak kalah sewot.
Arini juga menyusul keluar dari mobil. Ardhan memarkir mobilnya tepat di depan deretan kontrakan petak.
ayo up lagi
batal nikah wweeiii...
orang keq mereka tak perlu d'tangisi... kuy lah kalean menikah.. 🤭🤭🤭🤭🤭🤣🤣🤣