Kehadiranmu Mengubah Hidupku

Marni sedikit terkejut saat ada seseorang memanggilnya. Kemudian ia berbalik melihat siapa yang memanggil dan bertanya padanya. Ternyata ada Pak pos yang mengirim sebuah surat.

“ Maaf pak bisa diulang nama yang anda cari?” tanya marni memastikan ia tidak salah dengar.

“ Namanya Sri Sunarti mba," jawab Pak pos.

Marni terdiam sebentar lalu ia bertanya kembali pada pak pos.

“ Maaf pak kalau boleh tau siapa nama pengirim suratnya?" tanya marni penasaran.

Kemudian pak pos melihat dan membaca nama pengirim surat tersebut. Betapa terkejutnya marni tenyata nama yang disebutkan adalah nama suaminya. Lalu marni mencoba membuat alasan agar surat tersebut bisa diberikan padanya. Setelah ia menemukan alasan yang tepat barulah ia berucap.

“ Pak itu pengirimnya atas nama suami saya kusno. Kalau Sri Sunarti itu adik suami saya, kebetulan sekali bapak datang kesini. Biasanya ia mengirim surat untuk saya pak, karena saya tidak faham alamat disini jadi saya pakai alamat dan nama adik saya." Ujar marni beralasan agar ia mengetahui isi surat tersebut

“ Baiklah kalau begitu mba ini suratnya, silakan tanda tangan disini dulu.” Ujar pak pos sembari memberikan secarik kertas beserta surat ditangannya kepada marni.

Setelah surat diterima pak pos berpamitan pada marni. Ketika Pak pos sudah terlihat pergi jauh, marni cepat-cepat menyelesaikan menyapu halaman. Setelah selesai ia segera masuk kekamar dan mengunci pintunya. Beruntungnya saat itu tisna dan fitri sedang dibawa ibu mertuanya kerumah Ayu.

Hati marni sungguh tidak karuan. Ia tidak menyangka jika suaminya ternyata sering mengirim surat pada adiknya tanpa sepengetahuan marni. Ia begitu penasaran dengan isi surat ditangannya. Segera ia membuka dan membaca isi suratnya.

Seketika tak terbendung air mata marni membasahi pipinya. Berikut sepenggal isi surat yang ditulis suami marni pada Sri adiknya.

“ Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, dek bagaimana kabarmu sekeluarga dan juga kabar ibu, istri dan anakku. Sebelumnya maaf mamas belum bisa mengirim uang lagi. Uang yang kemarin aku kirim aku harap sudah kamu berikan pada ibu, untuk marni jangan kamu kasih banyak-banyak seperti bulan-bulan yang lalu.Kamu bilang marni sudah berselingkuh dengan temannya. Sejak aku pergi, jadi biarkan saja. Aku juga sudah tidak menyukai marni. Kamu tolong jangan bilang siapa-siapa, apalagi sama marni. Sekarang aku sudah menemukan wanita lain. Dan sebentar lagi aku akan menikah. Kurang lebih dua Minggu lagi, kasih tau Tasim suruh datang kejawa. Ini saja yang mau aku sampaikan padamu sri. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jantung marni serasa dirontok, hatinya merasa hancur lebur seperti disambar petir disiang bolong tanpa hujan. Ia tidak menyangka suami yang begitu ia cintai selama ini ternyata sangat menyakitkan. Kebahagiaan yang selalu ada dalam benak fikiran marni kini hilanglah sudah.

Ia meratapi nasib malang yang menimpanya. Selama ini ia merindukan suaminya, berharap suaminya mengirim surat untuknya. Namun kenyataannya tidak pernah sama sekali ia mendapatkan kabar dari suaminya.

Ditambah lagi usi surat menerangkan jika ternyata suaminya sering kirim surat pada Sri. Bahkan sampai mengirim uang. Sedangkan marni tidak pernah menerima surat apa lagi uang dari suaminya yang dititipkan pada Sri.

Ibu mertua marni baru saja pulang bersama Atu yang membantu ibu membawa tisna.

“ Assalamualaikum, mba marni kami pulang," ujar Ayu sembari mengetuk pintu yang masih dikunci oleh marni.

“ Iya tunggu sebentar dek, mba masih di belakang," jawab marni dari dalam rumah. Marni segera keluar dari kamar kemudian kedapur untuk membasuh wajahnya agar terlihat fresh lalu membuka pintu.

“ Kok tumben mba lama, kok wajah mba terlihat habis menangis mba.” Ujar Ayu yang kemudian masuk kekamar meletakan Tisna yang baru saja tertidur, setelah hampir satu jam menangis tidak berhenti saat dirumah Ayu.

“Anakmu dari tadi tumben mba rewel sekali, biasanya kalau anak rewel orang tuanya sedang ada masalah.” Jawab ayu penasaran dengan raut wajah kakak iparnya marni.

“ Aku tidak apa-apa ayu, kesini kita makan bersama. Ajak ibu juga, karena hari sudah hampir petang.” ujar matrni dengan suara lembut