NovelToon NovelToon
Sinar Rembulan

Sinar Rembulan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:193.7k
Nilai: 5
Nama Author: Clarissa icha

"Neng, mau ya nikah sama anaknya Pak Atmadja.? Bapak sudah terlanjur janji mau jodohkan kamu sama Erik."

Tatapan memelas Pak Abdul tak mampu membuat Bulan menolak, gadis 25 tahun itu tak tega melihat gurat penuh harap dari wajah pria baruh baya yang mulai keriput.

Bulan mengangguk lemah, dia terpaksa.

Jaman sudah modern, tapi masih saja ada orang tua yang berfikiran menjodohkan anak mereka.
Yang berpacaran lama saja bisa cerai di tengah jalan, apa lagi dengan Bulan dan Erik yang tak saling kenal sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

"Aarghh,,!! Bulan, kamu!" Erik meringis kesakitan setelah diserang oleh Bulan. Sepertinya dia belum begitu memahami sifat istrinya. Jelas-jelas Bulan bukan wanita yang mudah ditindas dan tidak mudah luluh, tapi masih saja menggoda sampai melewati batas dan membuat Bulan lepas kendali hingga memukul perut.

Bulan menghela nafas. Ada perasaan menyesal sudah memukul perut Erik meski hanya sedikit menyesal, sisanya dia senang bisa membuat Erik melepaskan pelukannya.

"Makanya kalau aku bilang lepas, di lepas! Jangan main-main. Dulu aku pernah ikut silat loh, asal Mas Erik tau." Tutur Bulan sedikit bangga.

Erik mengerutkan keningnya, sebenarnya dia bisa saja percaya, tapi melihat penampilan Bulan yang kalem seperti ini, dia sedikit terkejut mendengarnya dan ingin mengorek lebih dalam kisah hidup Bulan di masa lalu.

"Oh ya? Ikut Silatnya cuma sehari apa dua hari?" Erik tidak segan-segan menanggapi obrolan Bulan karna wanita itu sangat antusias saat memberitahu. Namun Erik menyelipkan candaan agar lebih santai, sekaligus menjalin kedekatan lebih jauh.

Sesuai dugaan, Bulan mencebikkan bibir begitu mendengar pertanyaan yang dilontarkan Erik seolah sedang mengejeknya.

"Pukulannya kurang berasa ya?" Tanya Bulan sembari menggretakkan giginya dan mengangkat tangan sembari mengambil ancang-ancang untuk memukul lagi.

"Eitss,," Erik buru-buru menangkap tangan Bulan dan menurunkannya. "Berasa kok. Sakit beneran." Erik memasang wajah seolah-olah sedang kesakitan, padahal sudah tidak begitu terasa sakitnya.

"Berapa lama ikut pencak silat?" Tanya Erik. Dia seperti tidak rela menyia-nyiakan waktu untuk tidak mengobrol dengan Bulan. Selagi Bulan masih mau menjawab, apapun akan Erik tanyakan walaupun harus mengulang pertanyaan berkali-kali.

"Eumm,, berapa ya. Aku sedikit lupa." Sahut Bulan sembari mengingat-ingat. Saking fokusnya berusaha mengingat, Bulan sampai patuh saja ketika Erik menggandeng tangannya dan membawanya duduk di tepi ranjang.

Sedangkan, Erik sekuat tenaga menahan diri untuk tidak tertawa. Bulan benar-benar tidak sadar sudah di bawa duduk ditepi ranjang.

"Oh aku ingat. Kira-kira dua setengah tahun. Waktu masih SMP." Ujarnya.

"Apa?! Selama itu?" Erik agak syok mendengarnya. Pantas saja hobby injak kaki dan tadi pukulan tangannya juga cukup berasa untuk ukuran tangan wanita.

Bulan mengangguk-angguk. "Sampai menjadi pelatih untuk adik kelas. Keren kan? Makanya jangan macam-macam lagi!" Tegasnya menatap tajam.

Glek,,

Erik menelan ludah susah payah. Dia bahkan baru berfikir untuk mencuri ciuman Bulan ditepi ranjang seperti ini, tapi nyalinya seketika menciut setelah melihat tatapan tajam Bulan.

"Tapi memeluk istri sendiri kan boleh hukumnya. Aku tidak macam-macam." Erik berkelit.

"Mas Erik jangan lupa hubungan kita belum sedekat itu. Lagian aku juga tidak bisa percaya begitu saja dengan Mas Erik." Soal percaya pada Erik, sebenarnya Bulan bisa mulai mempercayainya sembari berjalannya waktu. Apalagi Erik dengan tegas mengakhiri hubungan dengan Celine. Bulan sudah mempertimbangkan akan seperti apa rumah tangganya setelah ini. Tentunya setelah dia melihat sejauh mana keseriusan dan kesungguhan Erik.

Erik diam sejenak dan memutar otak untuk merespon ucapan Bulan.

"Tunggu dulu, katanya kamu belum bisa percaya padaku." Ujar Erik dan langsung ditanggapi dengan anggukan cepat oleh Bulan.

"Kalau memang belum percaya, lalu kenapa kamu menggandeng tanganku dan mengajak duduk disini?" Erik memasang wajah polos pura-pura bodoh. Dia memberikan ekspresi bingung untuk meyakinkan Bulan.

Mata Bulan membulat sempurna saking syoknya melihat posisi dia dan Erik duduk tanpa jarak di tepi ranjang.

"A-apa? Aku tidak merasa menggandeng tangan Mas Erik." Sangkal Bulan. Namun Bulan tampak ragu, sebab dia tidak sadar bagaimana dia dan Erik bisa sampai duduk di tepi ranjang sekarang. Padahal tadinya mereka masih berdiri di dekat pintu kamar.

"Ck,, ck,, ck,, kamu padahal masih muda Bulan, bisa-bisanya pelupa. Tadi kamu antusias bercerita tentang silat, sampai tidak sadar menggandeng tanganku seperti ini." Erik mempraktekkan dengan menggandeng tangan Bulan, dia menggenggamnya sembari mengulum senyum tipis. Untungnya Bulan tidak sadar kalau Erik sedang mencuri kesempatan.

Bulan tersenyum kikuk lantaran malu. "Benarkah? Tapi kenapa aku tidak ingat ya." Dia menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.

Erik buru-buru melepaskan tangan Bulan sebelum Bulan merasakan kejanggalan.

"Namanya juga lupa, wajar kalau tidak ingat." Sahut Erik.

Bulan mengangguk-angguk dengan polosnya. "Iya juga sih."

"Eh! Terus kenapa Mas Erik masih disini? Sana keluar." Usirnya mendorong pelan bahu Erik. Dengan terpaksa, Erik berdiri. Tapi dia tidak begitu kecewa karna punya kesempatan memeluk dan memegang tangan Bulan.

"Aku bangunin kamu karna sudah waktunya makan siang. Sana cuci muka dulu, aku tunggu di ruang makan." Titah Erik.

Bulan menggeleng. "Aku belum lapar, nanti saja makannya." tolaknya.

Penolakan Bulan membuat Erik mendekat dan menatapnya intens. "Yakin tidak mau makan? Kalau begitu jangan salahkan aku kalau kamu yang aku makan." Bisik Erik.

"Iiish, menjengkelkan!" Pekik Bulan seraya mendorong dada Erik. "Iya iya nanti aku turun!" Gerutunya sembari beranjak ke kamar mandi.

...*****...

2 hari ini, Erik dan Bulan hanya menghabiskan waktunya di rumah. Kemarin Bulan sempat pergi pukul 4 sore, itupun saja 2 jam untuk sekedar bertemu dengan teman semasa kuliah. Sebenarnya Bulan bisa saja pergi sampai malam, tapi dia memikirkan Erik. Masalahnya pria itu baru pulang dari rumah sakit dan kondisi tangannya masih memprihatinkan. Apalagi Erik kerap kali meminta tolong, entah sekedar minta dipakaikan baju atau membantu melepaskan bajunya. Sampai sekarang belum ada yang tau kejadian itu selain mereka. Bik Asih pun tidak curiga sama sekali karna perban di lengan Erik tertutup bajunya.

Bulan memutuskan keluar dari kamar setelah menghabiskan 3 jam di dalam kamar, sekedar membaca novel dan buku pengetahuan tentang Islam karna dia merasa masih minim pengetahuannya. Banyak hal yang ternyata tidak dia ketahui tentang hubungan antar suami istri.

"MasyaAllah ukhti,,,"

Bulan tergelak mendengarnya, seketika dia berhenti ditempat. Persis di dekat tangga yang baru saja dia turuni. Pandangan Bulan tertuju pada ruang keluarga, dimana ada beberapa pria yang tengah duduk di sofa. Diantaranya memangku laptop masing-masing, termasuk Erik.

Bulan tampak menelan ludah susah payah. Situasi ini membuatnya terlihat tidak nyaman. Tapi dia tidak mungkin naik lagi ke lantai 2 tanpa menyapa mereka. Tapi untuk sekedar menyapa pun, Bulan tidak memiliki keberanian.

"Minta di tonjok kamu?!" Pekik Erik pada teman kerjanya yang tadi menyapa Bulan.

"Ck,, begitu saja cemburu. Dasar posesif." Cibir Ronald.

Erik tidak menggubris, dia beranjak menghampiri Bulan setelah meletakkan laptopnya di atas meja.

"Sejak kapan mereka disini?" Lirih Bulan.

"Baru 1 jam yang lalu. Kamu butuh apa? Biar aku suruh Bik Asih antar ke kamar kamu, tidak perlu turun, banyak setan." Ucap Erik sengaja mengeraskan suaranya. Hal itu membuat Bulan tidak enak pada ketiga teman kerja Erik.

"Sialan, kita dibilang setan. Mentang-mentang dapat istri spek ukhti." Ujar Ronald.

Amar dan Juan hanya terkekeh. Dia tidak heran dengan kelakuan Erik kalau sudah bucin.Jangankan ada pria lain yang menyapa wanitanya, menatap saja tidak boleh.

"Jangan berlebihan, aku bisa ambil sendiri. Lagipula aku bosan di atas." Jawab Bulan lirih.

"Kalau begitu duduk di taman belakang saja." Usul Erik.

Bulan berdecak. "Dasar suka ngatur." Gerutunya sembari berlalu ke dapur.

1
Eva Karmita
lanjut thoooorr 🔥💪🥰
Emon Joer
terus berkarya author... tetap semangat...
*Septi*
waduh.... 🤣🤣🤣
*Septi*
sepupu yang baik... teruskannn 🤣🤣
Ayna Adam
Lanjut lagi kak Icha updatenya 😘
Sugianto
khan,,,,khan,,khan,,,kalo cemburu sendiri Jadi aneh y🤭🤭 emang semua cowok gitu y,,,kalo cemburu macam singa,,,kalo salah kagak nyadar🤔 ish,,,mbul hati2 dah,,,ntar kalo macem2 jawab yg dikit pedes sengak dan panas,,🤣🤣🤣
⍣⃝ꉣ M𝒂𝒕𝒂 P𝒆𝒏𝒂_✒️
menanti proses eksekusi..
Wiwik Emy
lanjut thor
Ruwi Yah
udah ada cemburu nih sebentar lagi benih2 cinta ya rik
jumratul aini
🤣
Maharani Rani
lanjutttt
Eka ELissa
Nex....Mak....
Eka ELissa
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Joyful//Facepalm/wah Erik cmburu tau ...Klian cih bikin perkara /Facepalm//Joyful//Facepalm/
Eka ELissa
iya ..TPI syng Arlan GK mau berjuang....krna BP ibu nya GK suka bulan truus keduluan Erik deh yg tdi nya somplak untung udh SDR pilih brlian dripada baru kli/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
bau baunya ada yang terbakar 😅😅
Iin Yuliana
sᥱᥒᥱᥒg ᥡᥲ kᥣ᥆ ⍴ᥙᥒᥡᥲ і⍴ᥲr ᥲ𝗍ᥲᥙ kᥣᥙᥲrgᥲ ᑲᥱsᥲr kᥡk gіᥒі... ᥒᥡᥱᑲᥱᥣіᥒ sіһһ 𝗍⍴ ᥲsіkk jg🤣🤣kᥣ᥆ ᥣgі kᥙm⍴ᥙᥣ kᥣg ᑲᥱsᥲr ძіᥲ ᥡg ᑲkіᥒ һіძᥙ⍴ sᥙᥲsᥲᥒᥲ

sᥲᑲᥲrr rіᥴ ᥒᥒ𝗍 ȷᥲ𝗍ᥲһ mᥲᥣᥲһ mᥲkіᥒ mᥙᥒძᥙr lohhh😂😂
Fadilah
lucu juga kalo lagi mode cemburu si Erik hahhaha,, lanjutkan dah para sepupu" yang mau ngejahilin si Erik 😂
Threeanie
Cie cemburu nih 🤣🤣🤣🤣
Threeanie
bagus Delia jadilah kompor 😂😂🤭
Ayna Adam
Cie...cie... yg lagi cemburu buta nih gak bisa tahan sama emosinya😂😂
Bulan aja bisa tahan emosinya loh saat Rachel bergelayut manja di tubuh Erik 😅
Lanjut update lagi kak Icha 😘
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!