Hati siapa yang tidak tersakiti bila mengetahui dirinya bukan anak kandung orang tua yang membesarkannya. Apalagi ia baru mengetahui, jika orang tua kandungnya menderita oleh keserakahan keluarga yang selama ini dianggap sebagai keluarganya sendiri.
Awalnya Rahayu menerima saja, karena merasa harus berbalas budi. Tetapi mengetahui mereka menyiksa orang tua kandungnya, Rahayu pun bertekad menghancurkan hidup keluarga yang membesarkannya karena sudah membohongi dirinya dan memberikan penderitaan kepada orang tua kandungnya.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Yuk, simak ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Baby20
Bab 20
POV Author.
"Semenjak kedatangan Arumi, orang tua saya bersikap kasar kepada saya. Kamar saya diberikan kepada Arumi, dan saya diberikan gudang di ujung rumah untuk ditempati sebagai kamar. Saya harus mengerjakan semua pekerjaan rumah layaknya pembantu dan Arumi sendiri di perlakukan layaknya tuan putri. Saya tidak pernah di tawari makanan, bahkan saya hanya dikasih makan sisa dari makanan mereka. Lalu suatu hari saya tanpa sengaja mendengar percakapan ayah dan ibu. Mereka kebingungan dan yang paling saya ingat jelas ucapan ibu yang mengatakan 'Jadi kita harus pura-pura selamanya jadi orang tuanya? Ibu tidak tega sama Arumi. Anak itu sudah mengambil banyak kasih sayang Ibu untuk Arumi anakku sendiri'. Apa Mas tahu maksud dari kata-kata itu?"
"Haaah..."
Arka mendesah setelah mengingat percakapannya kemarin dengan Rahayu. Ia tidak menyangka permasalahan yang di hadapi oleh gadis itu cukup kompleks. Bahkan ada sesuatu yang sangat mencurigakan.
"Apa mungkin ini hanya tebakan ku saja, kalau Rahayu bukan anak kandung keluarga itu?" Ucap Arka pada langit-langit kamarnya.
Ia pun mengaitkan dengan apa yang pernah Arumi katakan padanya.
"Apa mungkin Kakek tahu?"
Arka segera beranjak bangun dan mencari keberadaan sang Kakek di rumah utama itu. Kebetulan sekali sang Kakek sedang menonton acara kuis yang sedang berlangsung di salah satu Chanel stasiun TV.
Arka duduk di samping sang Kakek dan menatap lekat lelaki yang rambutnya hampir semua berwarna putih itu. Tentu sikap yang tidak biasa itu mengalihkan perhatian sang Kakek yang di tutupi dengan berpura-pura tetap menonton televisi.
"Kek, Arka mau tanya."
Sang Kakek melirik sang cucu yang terlihat serius. Lalu matanya kembali melihat televisi.
"Apa Kakek tahu masalah tukang kebun itu?" Lanjut Arka karena dia tahu sang Kakek tidak mengabaikannya.
"Ck! Dia punya nama Arka."
"Iya..., maksud Arka, Rahayu itu."
"Kenapa kamu jadi tertarik?"
"Ada yang mau Arka pastikan. Sejujurnya, Arka mendengar sedikit dari Rahayu. Tapi Arka yakin, dia lebih banyak cerita ke Kakek dari pada Arka."
"Apa yang sudah kamu dengar?"
"Yang Arka tahu, dia tidak akur dengan keluarganya karena kemungkinan besar, dia hanya anak angkat."
"Lalu, apa pendapat mu tentang dia?"
"Untuk saat ini, menurut Arka dia baik, karena Arka juga belum lama mengenalnya dan belum dekat dengannya."
"Ya sudah. Coba saja berteman."
"Kakek tidak akan memberitahu Arka apa yang Kakek tahu?"
"Sama dengan mu, Kakek juga hanya tahu itu saja."
Arka menatap Kakek penuh selidik. Tidak mungkin Kakek tidak memiliki banyak informasi mengenai Rahayu, pikirnya. Tapi sikap sang Kakek yang santai membuat Arka mengurungkan niatnya untuk bertanya lagi karena sudah yakin sang Kakek tidak bisa memberi apa yang sangat ingin ia ketahui.
"Arka ke kamar dulu Kek." Pamit Arka seraya beranjak dari duduknya.
"Hmm." Jawab Kakek singkat dan melirik sekilas cucunya.
***
Beberapa hari pun berlalu seperti biasanya. Tetapi bagi Arka sekarang hari-hari tidak seperti biasanya karena ia lebih memperhatikan Rahayu. Pemuda itu menjadi tertarik dan semakin penasaran sehingga ia mendekatinya pelan-pelan.
"Bareng yuk!"
"Tidak usah Mas. Saya jalan kaki saja sekalian olah raga pagi."
Tolak Rahayu ketika Arka sudah duduk di atas motor gedenya dan mengajaknya pergi ke kampus bersama.
Arka turun dari motornya, dan membuka helm, lalu meletakkannya di atas motornya.
"Kalau gitu, kita jalan bareng."
"Eh..."
"Aku juga butuh olah raga."
Rahayu tidak bisa lagi menghindar. Sejujurnya sewaktu pulang bersama Arka beberapa hari yang lalu, tersebar gosip di kampus kalau dirinya sedang menggoda Arka.
Rahayu sudah mengira akan terjadi hal demikian. Karena waktu itu, banyak yang melintas dan melihat mereka meski tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Tapi ia tidak bisa menolak kalau sudah majikannya memberi perintah.
"Yu, aku jadi makin penasaran dengan apa yang sudah kamu ceritakan beberapa hari lalu. Apa kamu tidak ingin mencari tahu yang sebenarnya?" Ujar Arka ketika mereka mulai menapaki jalan trotoar bersama.
"Saya sedang mencoba Mas. Tapi masih belum kelihatan hasilnya."
"Bagaimana kalau kamu mulai selidiki dari sumbernya."
"Maksudnya Mas?" Tanya Rahayu bingung dan menoleh pada Arka.
"Kamu bisa menyelidiki di mulai dari tempat kamu dilahirkan. Kita ambil saja beberapa asumsi yang buruk dulu. Misalnya, kamu di tukar, kamu di buang ke panti dan di ambil ayah ibumu sekarang, atau kamu di culik sehingga orang tua yang sekarang bukan orang tua asli mu."
Rahayu mencerna kata-kata Arka yang belum pernah terpikirkan olehnya.
"Kok Mas Arka bisa kepikiran sampe kesana?" Tanya Rahayu.
"Cerita hidupmu sudah kayak sinetron. Sekalian aja aku miripkan sama cerita drama-drama yang lagi populer. Tapi tidak menutup kemungkinan kan?" Ungkap Arka santai.
Ucapan Arka ada benarnya menurut Rahayu.
"Kalau panti, kayaknya bukan. Karena Ibu pernah bercerita saya di lahirkan di rumah sakit." Gumam Rahayu yang bisa di dengar Arka.
"Kalau begitu, tanyakan rumah sakit mana. Kita akan mulai selidiki dari sana." Ujar Arka.
"Kita?" Tanya Rahayu masih bingung.
"Sepertinya seru kalau aku menjelma jadi Conan." Jawab Arka sambil tersenyum bersemangat.
"Tapi saya sebenarnya tidak ingin melibatkan urusan saya pada orang lain."
"Aku udah terlibat kok, secara tidak langsung."
Arumi beberapa kali bercerita padaku, jadi ini termasuk di libatkan urusan keluarga mereka kan? Batin Arka membela diri.
Rahayu menghela napa panjang.
"Kalau berat, berbagi itu bisa meringankan beban. Jangan lupa pepatah umum itu." Ujar Arka.
"Baiklah Mas. Terima kasih sudah mau menjadi tempat saya bercerita. Akhir pekan nanti, saya akan bertanya kepada Ayah dan Ibu, di rumah sakit mana saya dilahirkan."
"Nice..." Puji Arka sambil menepuk sekali kepala Rahayu dengan pelan.
Deg,
Dan karena itu, Rahayu jadi malu di buatnya. Mendapat perlakuan seperti itu oleh seorang pemuda yang baru di rasakan oleh Rahayu seumur hidupnya, tentu membuat dirinya tidak nyaman dan canggung.
"Ngomong-ngomong Mas, apa tidak apa-apa sering jalan bareng saya. Bagaimana kalau Arumi melihat?"
"Sudah aku bilang, Arumi itu selalu berusaha menempel padaku. Aku gerah, lagian ini mungkin lebih baik, biar rasa sukanya hilang padaku. Karena ucapannya, aku jadi mencari tahu soalmu. Jujur, aku tidak terlalu percaya padanya. Karena aku tahu, dia bersikap baik hanya padaku saja."
Setidaknya aku tahu, Mas Arka berniat baik padaku. Bisa ku bayangkan, bagaimana sakitnya hatinya kalau melihat orang yang dia sukai sering berada di dekat ku. Tapi jujur, aku senang kalau sampai si Arumi itu sakit hati. Batin Rahayu.
"Pulang bareng ya, tunggu aku kalau selesai lebih dulu." Ujar Arka begitu mereka tiba di gerbang kampus."
Mereka pun berpisah karena Arka dan Rahayu beda jurusan meskipun mereka berada di fakultas yang sama.
Bersambung...
Jangan lupa like dan komen ya, terima kasih 🙏😊