"Kau adalah milikku, Kau ada di setiap hembusan nafasku. Ku bunuh siapapun yang berani menyentuhmu. Aku mencintaimu Anya" - Damian Andante Salvatore
"Yang kau sebut cinta itu adalah Penjara bagiku Dante. Bila bersamamu rasanya sesak bagiku. Aku membencimu Dante" - Azzevanya Laluna Hazal
Hallo guys, ini adalah novel pertama ku... maaf kalau banyak typo atau ceritanya kurang menarik ya... Terima kasih banyak😍😍😍😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sequoia_caca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nama Panggilan Untuk Damian
Damian melihat jam ditangannya yang menunjukkan pukul 9 pagi, dia memutuskan untuk membersihkan tubuhnya di salah satu kamar yang ada di lantai bawah.
Lalu setelah itu, Damian memutuskan untuk memasak telur dadar dan menggoreng kentang. Karena dirinya tidak pandai dalam hal memasak, yang bisa ia lakukan hanyalah menyiksa dan membunuh. Jadi dia hanya membuat hidangan sebisanya.
Sebenarnya, yang mengisi kulkas dengan berbagai bahan makanan itu adalah Damian, Damian pikir jika dia melakukan itu Azze yang seorang koki akan sangat senang dan menghabiskan waktunya dengan memasak. Tapi ntahlah setelah perbuatan nya yang tidak bisa menahan diri untuk bertemu dengan Azze, semua rencana jadi kacau. Yang sukses hanyalah dia membuat Azze menjadi sangat takut padanya.
"Anya pasti sangat kelaparan, dari semalam dia belum makan apapun. "
Damian membuat telur dadar sederhana dengan hati-hati dan untungnya itu berhasil. Dia membuat dua porsi untuk dirinya dan Azze. Setelah semuanya selesai, Damian membawa makanan itu menuju perpustakaan. Dia membuka pintu itu, dan terlihat Azze yang duduk di lantai sambil tertunduk.
Damian menaruh makanan itu diatas meja, lalu mendekati Azze.Belum sempat dia menyentuh Azze. Azze keburu mengangkat kepalanya lalu memberi sorot mata penuh kebencian pada Damian.
"MAU APA KAU.. "
"Ayo bangun dan makanlah, kau belum makan apapun sejak semalam"
Damian meraih tangan Azze, namun Azze menghempaskan nya.
"JANGAN SENTUH AKU..! "
Damian menghembuskan nafas kasar, saat tangannya di hempaskan Azze.
"Ayoo makanlah.. "
"TIDAKKK MAU... AKU HANYA INGIN PULANGGGG.!!! LEPASKAN AKU!!! "
Damian tidak dapat mengontrol emosinya lagi. Tanpa sadar dia menjambak rambut panjang Azze hingga kepala Azze menengadah ke atas.
"Akkhhhhh!!! *
" KENAPA? INI KAN YANG KAU MAU.. SUDAH KU BILANG TURUTI KATA-KATAKU. ATAU AKU TIDAK AKAN PERNAH MELEPASKAN MU.!! JADI MAKANLAH... SEKARANG AKU AKAN KELUAR, JIKA SAAT AKU KEMBALI KAU BELUM MEMAKAN MAKANANMU. AKU TIDAK AKAN SEGAN-SEGAN MENGHANCURKAN PANTI ASUHAN TEMPAT KELUARGA MU TINGGAL! "
Setelah mengatakan semua itu, Damian melepaskan Azze. Lalu dia melangkah keluar dari sana sambil membanting pintu.
Lagi-lagi Azze hanya bisa menangis, Dia sangat takut Damian akan menyakiti keluarganya jika dia tidak menurut. Mau tidak mau Azze memakan makanan yang diberikan Damian padanya.
"Bunda, Aku ingin pulang.... Aku tidak menyangka semuanya akan menjadi seperti ini. Aku dijebak oleh pria yang pernah aku tolong beberapa tahun yang lalu. Dan aku tidak menyangka Pria yang aku anggap baik seperti Pak Johan tega membohongi dan menjebak ku seperti ini.... hiksss hikss bunda tolong aku..."
Walaupun sedang makan, Azze tidak dapat membendung air mata nya. Dia sangat merindukan bunda maya.
"Azze.... anakku"
Di Indonesia, Bunda maya yang sedang memotong wortel tiba-tiba saja jarinya terluka terkena pisau. Dia seperti merasakan kesedihan Azze. Bunda maya langsung merasakan firasat buruk. Walaupun tanpa adanya ikatan darah, tapi mereka memeiliki ikatan batin layaknya seorang ibu dan anak. Bunda Maya langsung mencuci lukanya dengan air keran, lalu membalut luka itu.
Setelah itu, Bunda maya duduk sejenak sambil meminum segelas air.
"Kenapa perasaan ku sangat tidak enak ya.. Tiba-tiba aku sangat merindukan Azze, semoga tidak terjadi hal buruk padanya. "
Bunda Maya bangkit untuk melanjutkan memasak tapi hatinya masih tidak tenang.
"Aku akan menghubungi Azze dulu.. ya Aku harus tau bagaimana hari pertamanya bekerja. Yogaaaa.....yogaaaa ambilkan ponsel bunda nak..bunda mau menelpon kakakmu"
Bunda maya memanggil Yoga untuk mengambil kan ponselnya. Tidak lama Yoga masuk ke dapur, lalu memberi kan ponsel itu.
"Ini, bunda... "
"Terimakasih nak"
Tanpa menunggu lama lagi, bunda maya langsung mencoba menghubungi Azze. Namun, tidak ada jawaban. Kemudian, bunda maya mencoba menghubungi ponsel Azze lagi. Namun, sama tidak ada jawaban.
"Sudahhh bu, mungkin kakak sedang sibuk... di hari pertamanya bekerja. Jangan sampai kakak terganggu.. Nanti siang kita coba lagi menelpon kakak ya.. "
Yoga berusaha menenangkan bunda nya.
"Tapi nak, perasaan bunda tidak enak.. bunda takut terjadi sesuatu kepada kakakmu. "
Ekspresi Bunda maya menjelaskan berapa khawatir nya dia sekarang.
"Bunda... kita belum terbiasa dengan situasi seperti ini. Biasanya hari hari kita selalu bersama kakak kan. Memang Pantas muncul perasaan khawatir dari diri bunda kepada kakak. Aku dan Winda juga begitu. Pokok nya sekarang kita doakan saja kakak agar dilancarkan pekerjaan nya dan selalu sehat disana... ya"
"Mmmmm... ya nak, mungkin kamu benar. Ini terjadi karena bunda belum terbiasa jauh dari Kakakmu. Ya sudah, nanti siang kita akan coba telepon lagi kakakmu ya"
"Iyaa bunda"
Yoga berhasil memenangkan bunda Maya dari rasa khawatir terhadap Azze. Lalu mereka memutuskan untuk kembali menghubungi Azze saat siang hari nanti.
Sementara itu, Azze terpaksa harus menghabiskan makanan yang dibawa kan Damian walau rasanya sangat asin ditambah juga dia sangat lapar. Azze juga merutuki dirinya, karena tidak dapat mengontrol emosi tadi pagi. Dia terlalu panik sehingga melupakan ponselnya. Jika saja dia bisa sedikit tenang, mungkin sekarang dia bisa meminta pertolongan pada bunda nya atau teman-temannya.
"Bodohhhh... harusnya tadi aku bisa sedikit mengontrol emosi. Mungkin dari tadi aku sudah bisa menghubungi siapapun untuk meminta pertolongan. "
*Cek lek
Terdengar suara pintu terbuka, Damian kembali masuk ke perpustakaan. Damian langsung melihat kearah piring yang sudah kosong. Lalu mendekat ke arah Azze, Azze yang melihat Damian berjalan ke arahnya hanya bisa mundur perlahan.
"Baiklah, karena kau sudah menuruti perkataan ku. Aku akan mengapresiasi mu dengan sebuah tugas. Carilah sebuah nama panggilan untukku. Jika aku menyukainya, kau bebas melakukan apapun disini. Kecuali kabur. Sebelum itu, bersihkan dulu dirimu. Kau boleh keluar dari perpustakaan ini. Tapi Ingat!!!jika kau berusaha kabur dari ku lagi.Anak buah ku di Indonesia akan langsung menembakan Pelurunya kearah setiap orang di keluarga mu. Mengerti!!!"
Azze tidak menjawab apapun yang dikatakan Damian, Hingga terpaksa Damian mencengkram pipinya.
"Lihat aku dan Jawablah!!! apa kau mengerti semua perkataan ku"
"Bbbaiklahhh akuuu mengerti tuannnn... "
Azze menjawab Damian dengan nada yang sedikit gemetar.
"Noooo... no.... no tuannn. carilah nama panggilan khusus darimu untukku. Sekarang ke kamarmu dan bersihkan tubuhmu. "
Azze menuruti perkataan Damian, dia langsung melangkah keluar dari sana menuju kamarnya.
Damian tidak melakukan apapun selain memperhatikan Azze dari lantai bawah.
"Bagus... dia mulai menuruti perkataan ku. Sekarang aku hanya harus menjauhkan Johan dari Anya. Karena mungkin sebentar lagi dia akan datang kemari, dan berusaha membantu Azze untuk lolos dari ku. Tidakkk... tidak akan pernah ku biarkan hal itu terjadi!!! "
Damian mengatakan hal itu dengan serius. Dia mengepalkan tangannya hingga urat-urat nya menonjol tanda bahwa dia sangat emosi sekarang.