Ellina damara, gadis berusia 18 tahun yang di adopsi keluarga damarta.
Awalnya kehidupannya baik baik saja sebelum kedatangan sahabat sekaligus calon istri kakak sulungnya. Yang mengakibatkan dirinya di benci oleh sang kakak karena di tuduh berbuat jahat pada calon istrinya.
Hingga sebuah tragedi terjadi. Mereka tidur bersama hingga mengakibatkan ellina hamil. Namun sayangnya Arion sang kakak tak ingin bertanggung jawab. Dan memaksa menyuruh ellina menggugurkan kandungannya.
Dengan sakit hati ellina memilih pergi dari kehidupan Arion seta keluarganya. Melahirkan dan membesarkan anaknya sendiri.
Hingga beberapa tahun mereka bertemu kembali. Dengan ellina yang telah berubah bersama sang putra tampan.
Bagaimana kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DnieY_ls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 22
Mami Rasti jatuh sakit hingga harus di rawat selama dua malam akibat kepergian ellina. Perasaan nya yang tak enak kala itu ternyata tak salah. Putri bungsunya benar benar pergi tanpa pamit hingga nomornya sulit untuk dia hubungi.
Kesedihan begitu terasa di kediaman damarta itu. Papi Dion serta Leo ikut merasakan kesedihan berat atas kepergian anak bungsu serta adik mereka. Arion, pria itu ikut geram oleh kepergian ellina.
Mereka telah mengirimkan seseorang untuk mencari keberadaan ellina yang entah dimana namun belum membuahkan hasil.
Berbanding terbalik dengan kesedihan yang di rasakan keluarga damarta, Nadia malah tersenyum senang atas kepergian ellina. Yang menurutnya racun bagi hubungannya bersama Arion. Dan penghalang besar di keluarga damarta ini.
Sarapan tak bersemangat di rasakan oleh orang orang yang mengelilingi meja makan. Mereka masih merasa bersedih dengan perginya ellina yang tanpa pamit.
" Arion mana na?" Tanya mami Rasti. Tak melihat Arion turun sarapan.
" Dia di kamar mi. Katanya mual dan muntah muntah. Dia juga izin tidak bisa masuk kantor hari ini". Jelas Nadia.
" Arion sakit?" Mami Rasti terkejut.
" Hanya tidak enak badan". Ujar Nadia. Tangannya mengambil lauk dan menaruhnya di piring untuk dia bawa pada sang suami.
Mami Rasti mengangguk singkat. Hingga Nadia memilih pamit untuk mengurus sang suami yang sedang sakit.
" Makan dulu sayang, supaya tubuh kamu gak lemes". Titah Nadia.
Menghampiri sang suami lalu menyodorkan piring di tangannya ke depan wajah Arion. Arion menatap sekilas makanan itu lalu kembali menghela napas berat.
"Aku tidak berselera". Ujar arion lemah. Menolak sodoran piring dari istrinya.
Sejak pagi bahkan baru bangun dia pergi ke kamar mandi dan muntah muntah. Tenaganya sampai habis dia keluarkan. Padahal yang dia muntahkan hanya cairan bening saja. Dia tak mengerti dengan kondisi tubuhnya. Padahal kemarin dia baik baik saja. Tapi pagi ini tubuhnya tiba tiba lemas dan mual mual. Mungkin karena dia terlalu sibuk bekerja hingga malam dan masuk angin.
"Ar makanlah sedikit supaya tubuhmu sedikit bertenaga". Bujuk Nadia. Menyodorkan satu sendok ke depan mulut Arion. Berusaha menyuapi pria yang sedang sakit itu.
" Aku bisa makan sendiri". Ujar arion tidak menerima suapan itu. Namun tangannya mengambil alih piring dari tangan Nadia. Lalu dia mulai memakannya meski dengan ogah ogahan.
Nadia hanya mampu menghela napas. Sikap suaminya berubah sejak malam itu. Dia tak bisa berbuat apa apa dan hanya bisa berusaha menebus kesalahannya.
Dari pada merenungi nasibnya Nadia memilih menghubungi dokter untuk memeriksa kondisi suaminya. Dia khawatir jika di biarkan Arion akan semakin parah.
Mendengar sang putra sulung sakit mami Rasti pun ikut khawatir. Dia menghampiri Anak serta menantunya di kamar mereka. Di mana Nadia yang baru saja memberi Arion obat.
" Gimana keadaannya na? Arion sudah membaik?" Tanya mami Rasti. Menatap menantunya sembari duduk di samping ranjang putranya.
" aku baik baik saja mi. Hanya sedikit mual. Mungkin masuk angin". Arion menyela Sebelum Nadia menjawab Menatap maminya dengan sayu.
"Aku udah panggil dokter kok mi". Nadia menyahut. Tangannya bersilang dada menatap suaminya.
Mami Rasti mengangguk. Pikirannya yang pusing di tambah pusing saja. Meski begitu dia tak akan bisa mengeluh.
" Bagaimana dengan El mi? Apa sudah ada kabar?" Tanya Nadia pura pura prihatin.
Yang langsung membuat mami Rasti kembali murung. Wajahnya memancarkan kesedihan tiada Tara. Dia menggeleng menjawab pertanyaan Nadia.
Mendengar pertanyaan Nadia seketika Arion mendelik tajam pada wanita itu. Yang membuat Nadia menatap bingung pada Arion. Dia pun menghampiri mertuanya lalu mengelus punggung nya pelan.
" Maaf membuat mami kembali sedih". Ucap Nadia merasa bersalah.
" Tidak papa. Mami tahu kamu khawatir". Ujar mami Rasti. Membalas elusan lembut pada tangan menantunya.