Pembalasan Istri Yang Disia-siakan

" Mery, apa kau bisa membantu ku untuk mengelap tubuh. Rasanya sungguh tidak nyaman, lengket semua. Tapi aku juga masih belum berani Mandi?"

" Maaf Nona Daphne, Mery sudah berangkat. Saya yang akan membantu membasuh tubuh Anda."

Dengan tubuh yang masih terasa begitu lemah dan lelah, Daphne berusaha bangun dari tempat tidur. Rasanya sangat tidak nyaman karena tubuhnya banyak sekali berkeringat.

Daphne lalu melihat ke arah pelayan yang membantunya. Dia ingat sekali bahwa Mery yang membawanya ke kamar. Tapi mengapa pelayan kediaman baron ini mengatakan bahwa Mery telah berangkat? Memangnya Mery pergi kemana? Apa dia sudah tidak lagi bekerja di kediaman ini?

Banyak sekali pertanyaan yang muncul di kepalanya. Tapi saat ini lidah Daphne seolah kelu dan tidak mampu untuk berucap apapun. Dia memilih untuk menyelesaikan dulu apa yang dilakukan pelayan itu padanya.

Rasa segar meliputi seluruh tubuhnya ketika air menyentuh kulit. Daphne seolah bisa kembali bernafas. Benar-benar rasanya segar sekali. Tapi kemudian ia melihat gaunnya yang sudah kotor karena penuh dengan keringat.

" Ughh pasti akan sangat bau. Bagaimana aku bisa satu kereta dengan Tuan Count kalau baju itu harus ku pakai lagi." Gerutuan Daphne tentu saja bisa di dengar oleh pelayan Baron. Sang pelayan kemudian berbalik dan kembali dengan membawa sebuah gaun. Gaun yang begitu cantik dan indah itu begitu bersinar di mata Daphne.

"Apa ini gaun untukku? Apa ini milik Rubia?"

" Benar Nona, ini gaun untuk Anda. Tapi ini bukan gaun milik Nona Rubia. Ini adalah gaun baru pemberian dari Nona Rubia untuk Anda. Sebelum beliau pergi, beliau berpesan kepada saya untuk memberikan gaun ini kepada Anda.

" Begitu? Cepat bantu aku memakainya."

Daphne tampak tidak sabar. Gaun berwana merah muda itu sungguh sangat cantik. Terlebih ada hiasan permata yang disebar di gaunnya. JIka boleh jujur, gaun ini adalah gaun terbaik, tercantik dan termewah yang ia miliki.

" Cantik sekali, sungguh sangat indah. Selera Rubia benar-benar bagus. Tidak sia-sia dia pernah jadi seorang Countess. Dan ini sungguh sesuai dengan selera ku."

" Tentu saja Nona Daphne. Selera calon Duchess jelas tidak main-main. Gaun yang dipilihnya pasti lah akan menjadi pusat perhatian di kalangan sosial sehingga beliau tidak mungkin memilih secara sembarangan. Meskipun itu hanya untuk teman lamanya, tapi Calon Duchess Adentine sungguh hati-hati."

Doeeeeng

Daphne mengerutkan kedua alisnya, ia mencoba mencerna apa yang dikatakan oleh pelayan yang membantunya ganti baju itu. Duchess? Siapa yang jadi Duchess?

Kata itu sungguh sangat membuat telinga nya sepeti sakit. Daphne bahkan samapi duduk di tepi ranjang karena merasa ada sesuatu yang salah dengan telinganya.

" Kamu bilang apa tadui, Calon Duchess Adentine memberi ku gaun ini, terus teman lama? Coba bicara yang jelas jangan bicara yang tidak bisa dimengerti orang lain begini."

" Aah maaf Nona Daphne. Saya lupa kalau Anda belum tahu apa yang terjadi. Begini Nona kami yang sangat berharga, Nona Rubia akan segera berganti nama keluarganya dari Rocalion menjadi Adentine. Yups, benar sekali dengan apa yang Anda pikirkan Nona Daphne bahwa Nona Rubia sebentar lagi akan menjadi Duchess. Sekarang beliau mungkin sudah dalam perjalanan ke Duchy Adentine."

" Apa? Tidak! Ini tidak mungkin! Mengapa Rubia menjadi Duchess? Aaaarghhhh."

Pelayang itu hanya menyeringai, dia lalu pergi meninggalkan kamar yang ditempati Daphne. Dia meninggalkan Daphne yang sedang histeris sendirian.

Semua yang ada dikediaman Rocalion tahu bahwa Daphne adalah orang yang merebut posisi Rubia.Daphne adalah selingkuhan Perion dan orang yang ingin membunuh Rubia dengan racun secara perlahan.

Daphne yang iri dan dengki itu sungguh membuat orang yang ada di kediaman Rocalion sangat marah, tidak terkecuali semua pelayan di sana. Tapi sebelum pergi Rubia berpesan untuk tidak melakukan sesuatu kepada Daphne, karena dia yang akan membalasnya sendiri.

Pesan lain yang diberikan oleh Rubia adalah untuk memberitahu tentang siapa dirinya sekarang. " Dia pasti akan sangat kaget, teman tersayang ku itu pasti akan bahagia bukan mengetahui bahwa temannya mendapatkan sesuatu yang lebih darinya." Seperti itulah ucapan dari Rubia kepada pelayan yang melayani Daphne sekarang.

" Huh rasakan, main-main dengan Nona kami. Dia pikir dirinya itu siapa? Dia mau mencoba merendahkan Nona Rubia dengan merebut posisi Countess begitu? Cih tidak sebanding tahu. Sekarang Nona kami memiliki posisi lebih tinggi dari para wanita manapun, kecuali Baginda Ratu sih."

Pelayan itu benar-benar puas melihat ekspresi wajah Daphne yang sangat kaget. Jika diibaratkan bola mata Daphne hampir keluar karena saking terkejutnya.

" Bohong, ini pasti bohong. Rubia, kenapa dia selalu melebihi ku? Kenapa dia selalu mendapatkan banyak hal yang melebihi apa yang kudapatkan. Sial sial sialaaan. Countess, sungguh tidak ada apa-apanya jika dibanding dengan Duchess. Tunggu ... Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Yaah, lakukan dengan cara yang sama saja. Mari ambil lagi. Fyuuuuh."

Daphne megambil nafasnya dalam-dalam dan membuangnya secara perlahan. Dia lalu berdiri dan bejalan menuju ke depan cermin. Wanita itu tersenyum, berusaha menampilkan senyum terbaiknya.

" Aku cantik, aku lebih cantik dan menggoda dari pada Rubia. Dan Duke itu kan laki-laki. Tidak ada ubahnya dengan Perion. Laki-laki suka dengan wajah cantik dan tubuh wanita yang menggoda. Jadi aku akan melakukan trik yang sama dengan apa yang aku lakukan pada Perion. Tapi aku tetap harus mendapatkan posisi Countess lebih dulu agar bisa mendekati Duke. Ya, sekarang mari fokus untuk meminta segera menikah dengan Perion. Pria itu dia harus lebih dulu jadi milikku."

Agaknya isi kepala Daphne ini benar-benar kosong, bagaiman bisa dia berfikir untuk menggoda Duke Adentine. Dia sepertinya lupa bahwa sang duke memiliki julukan tiran kejam dan seorang monster. Dirinya yang diliputi iri dengki atas kepemilikan orang lain sudah tidak bisa ditoleransi lagi. Daphne benar-benar dibutakan, ambisi dan obsesinya untuk mengalahkan akan membuatnya jatuh sendiri,

Tapi memang itulah yang diinginkan Rubia, Daphne hancur oleh semua keserakahannya. Karena memang tujuan hidup Rubia kali ini adalah untuk menghancurkan mantan sahabat dan mantan suaminya.

TBC