Arumi, gadis yang hampir berusia 18 tahun itu sangat tertarik ketika di jodohkan dengan pria dewasa berusia 32 tahun yang merupakan seorang duda tanpa anak.
Sungguh perbedaan usia yang sangat jauh, 14 tahun.
Kepribadian Arumi yang ceria, manja serta centil, membuat gadis itu terus menggoda calon suaminya hingga pria dewasa itu kewalahan menghadapi godaan bertubi-tubi setiap kali bertemu dengan Arumi.
"Om, kiss me pleaseee,,," Tanpa ragu Arumi mencondongkan tubuhnya ke hadapan pria tampan yang sedang duduk di kursi kemudi.
Bibir gadis berusia 18 tahun itu sengaja di majukan, kedua mata indahnya terpejam dengan bulu matanya yang lentik dan panjang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
"Om sama siapa disini.?" Arumi menatap curiga. Dia berfikir mungkin Agam sedang bersama wanita lain, itu sebabnya pria itu mengabaikannya sejak kemarin. Dan bisa jadi Agam memang tidak serius untuk memulai dari awal.
"Apa Om pergi sama wanita lain.? Om nggak bohongin aku soal ucapan Om kemarin kan.?"
"Atau jangan-jangan Om cuma membohongiku.?" Cecar Arumi.
"Kenapa Om,, eemm,,,!"
Arumi tak bisa melanjutkan ucapannya setelah mulutnya di tutup oleh telapak tangan Agam.
"Bisa diem nggak.?! Kamu mengganggu pengunjung disini.!" Tegas Agam penuh penekanan, namun dia berucap pelan.
Arumi mengangguk paham dan berusaha menyingkirkan tangan Agam dari mulutnya.
"Tapi Om harus jawab pertanyaan ku." Lirih Arumi. Dia memilih fokus menatap Agam. Gadis itu tidak berani menatap ke sekelilingnya lantaran sempat melihat beberapa pengunjung memperhatikannya.
"Om sama siapa di restoran ini.?" Tanyanya.
Sebelum Agam menjawab, Glen lebih dulu kembali ke dan menatap penasaran dengan sosok gadis belia yang kini menduduki kursi miliknya.
Glen mengalihkan pandangannya pada Agam untuk meminta penjelasan.
"Dia keponakanku." Kata Agam santai. Arumi membuka mulutnya, dia langsung protes lantaran Agam tidak mau mengakui dirinya sebagai calon istri.
"Sejak kapan aku jadi keponakan, Om.?!" Bibir Arumi mencebik tak terima. Katanya ingin memulai dari awal, tapi enggan mengakuinya.
"Jadi sebenarnya dia siapa.?" Tanya Glen makin penasaran. Dia memilih duduk di kursi lain, namun masih di meja yang sama.
"Jangan bilang kalau bocah itu sugar baby mu,," Lirih Glen berbisik. Tapi Arumi masih bisa mendengarnya hingga gadis itu membulatkan mata. Arumi tidak terima, enak saja dia di kira sebagai sugar baby.
"Aku sedang sibuk Arumi, kita bicara lain kali saja." Ujar Agam yang mengusir Arumi secara halus. Arumi jadi semakin kesal di buatnya. Terlebih Agam tidak mau menyangkal pernyataan teman prianya itu. Arumi jadi takut kalau teman Agam benar-benar berfikir jika dirinya memang sugar baby.
"Percuma percaya sama ucapan Om.! Dasar pembohong.!" Cibir Arumi sewot. Dia beranjak dengan kekesalan yang memuncak. Gadis itu berlalu dari restoran, perasaannya jadi semakin kacau. Agam seperti sedang mempermainkan perasaannya.
"Bocah itu lumayan juga." Gumam Glen sembari menatap kepergian Arumi.
"Kamu pernah pakai dia.? Sepertinya enak," Ujarnya dengan pikirkan mesum yang berkelana kemana-mana.
Agam melirik tajam, saat itu juga Glen melihat tatapan Agam yang mematikan. Glen menelan kasar ludahnya dengan susah payah, dia tau kalau temannya itu tidak suka dengan apa yang baru saja dia ucapkan.
"Jangan macam-macam kalau mau selamat.!" Ketus Agam tegas. Dia kemudian merogoh ponselnya dan mengirimkan pesan singkat pada Arumi.
"Kerumah ku, tunggu aku 1 jam lagi.!"
Arumi berdecak kesal setelah membaca pesan itu. Dia memilih mengabaikannya dan tidak menuruti permintaan Agam.
Gadis itu justru masuk ke restoran Korea dan menghubungi tiga sahabatnya agar menyusulnya ke restoran itu untuk makan siang bersama.
...*****...
"Ayolah Gam, kita baru ketemu lagi. Kenapa kamu buru-buru.?" Glen mencoba menahan Agam agar menghabiskan waktu lebih banyak di restoran itu dengannya. Walaupun pembahasan soal bisnis mereka sudah rampung, tapi Glen masih butuh Agam untuk mengobrol hal-hal ringan dan santai.
"Aku ada urusan lain." Agam memasukkan laptop miliknya ke dalam tas. Dia baru saja mengirimkan pesan pada orang yang dia sewa untuk membersihkan rumahnya. Agam menanyakan keberadaan Arumi di sana, ternyata tidak ada perempuan yang datang ke rumah.
"Dengan gadis yang tadi kesini.?" Tebak Glen. Agam tak mau memperpanjang obrolan, dia memilih untuk mengiyakan dengan anggukan kecil.
Glen tersenyum mengejek. Dia sudah bisa menebak kalau sebenarnya Agam memiliki hubungan lebih dengan gadis itu. Kalau tidak, mana mungkin akan menatap tajam sampai mengancamnya saat dia menyinggung soal Arumi.
"Sejak kapan seleramu berubah." Cetus Glen. Dia ikut beranjak dari kursinya, untuk apa juga dia duduk seorang diri di restoran itu.
"Berisik.!" Tegur Agam dingin.
"Aku duluan, besok jangan lupa datang ke kantor." Pesannya sebelum berlalu. Glen mengiyakan dan pria itu di tinggal begitu saja oleh Agam.
Sampai di luar restoran, Agam langsung merogoh ponsel dan menghubungi Arumi. Sepertinya gadis itu marah lagi padanya hingga tak kunjung mengangkat telfon. Agam sampai harus 2 kali menghubungi Arumi dan baru lah gadis itu mengangkat panggilan telfonnya.
"Dimana.? Kamu lupa aku nyuruh kamu datang ke rumah.?" Ucap Agam datar.
"Bukan lupa, tadi sengaja." Arumi tampak malas menjawab pertanyaan Agam.
"Katakan kamu dimana.? Aku akan menjemputmu.!" Tegasnya.
Arumi tampak terdiam di seberang sana, dia tka langsung menjawab pertanyaan Agam karna sedang berfikir keras. Dia ragu untuk bertemu dengan Agam lagi setelah Agam bersikap acuh dan tak mau mengakui hubungan mereka di depan teman Agam.
"Arumi.?! Apa telingamu bermasalah.?! Aku tanya kamu dimana.?!" Agam berucap ketus. Arumi sampai berdecak kesal di seberang sana dan terpaksa memberitahukan keberadaannya pada Agam.
Setelah Arumi menjawab, Agam memutuskan panggilan telfonnya begitu saja. Dia langsung bergegas menghampiri Arumi yang ternyata masih berada di pusat perbelanjaan itu.
Masuk ke restoran yang di sebutkan oleh Arumi, dengan langkah tegap dan gagah, Agam menghampiri meja Arumi. Gadis itu sedang asik menikmati makan siang bersama teman-temannya.
"Ayo pulang." Ajak Agam tanpa basa basi lebih dulu. Dia langsung menggandeng pergelangan tangan Arumi untuk memintanya beranjak dari sana.
Mereka semua di buat melongo, termasuk Arumi. Pria itu benar-benar cuek dan dingin. Sikapnya tidak ada hangat-hangatnya sama sekali.
Arumi terpaksa beranjak dan mengikuti Agam. Dia bahkan hanya berpamitan singkat pada tiga sahabatnya yang terlihat bengong. Cara Agam mengajak Arumi untuk imut dengannya seperti seorang penculik saja.
...*****...
"Turun." Titah Agam begitu memarkirkan mobilnya di carport. Pria itu membawa Arumi ke rumah sederhananya itu.
"Om kenapa sih nggak bisa lembut dan perhatian sedikit.!" Omel Arumi seraya melepas seatbelt dan turun dari mobil Agam.
"Kamu juga, apa nggak bisa kalem sedikit.?"
"Dasar cerewet.!" Cibir Agam seraya berjalan ke arah pintu rumah untuk membukanya.
Arumi berdecak kesal. Dia menyilangkan kedua tangan di dada dan bibir yang mencebik. Gadis itu berdiri di belakang Agam yang sedang membuka pintu rumah.
"Masuk.! Kamu punya tugas untuk memperbesar ukuran da -da." Ucapan Agam membuat Arumi melongo. Gadis itu masih berdiri di tempat, sedangkan Agam sudah masuk lebih dulu ke dalam rumah.
gw gak baca berurutan..malas gw sama ayahnya😒
tapi kalau ujung"nya Sofia bersatu dengan Andrew...apa gunanya memaafkan, apa gunanya selama ini Amira marah, kecewa dan ujung"nya bercerai kalau pd akhirnya oengehianta bersatu?
gak guna!