Jika kematian adalah akhir bagi kehidupan setiap orang yang hidup di dunia ini.
Hal tersebut justru merupakan awal perjalanan baru bagi seorang pemuda yang kembali harus menjalani kehidupan nya sekali lagi setelah kematian nya itu...
Mampukah pemuda tersebut menjalani kehidupan keduanya itu? atau justru harus berakhir sama seperti kehidupan sebelum nya?.
Karena jalan yang akan pemuda itu tempuh setelah nya tidak akan semudah seperti apa yang ia alami di kehidupan pertama nya.
Ya meski di dua kehidupan tersebut sang pemuda harus menjalani berbagai kepahitan hidup, tetap saja di kehidupan keduanya itu akan lebih menakjubkan dan akan lebih menantang dari kehidupan nya sebelumnya.
Penasaran?...
Yok Baca di sini 👇
.
.
.
.
.
.
.
👉 Pewaris Dewa Terkuat 👈
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fatiih Romana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps.21
Tahu dirinya di ejek oleh pemuda di depan nya itu, petugas pendaftaran itu pun langsung merubah raut wajah ramah sebelum nya menjadi sinis pada Zain.
"Baiklah, silahkan bayar 3000 koin emas. Bagaimana pakah kau punya uang sebanyak itu?" tanya petugas itu dengan nada meremehkan.
Mendengar itu, Zain justru semakin terhibur dengan orang di depan nya itu.
"Hanya 3000, saya kira sampai satu juta. Ambillah jangan buang waktuku lagi." saat mengatakan itu, Zain mengibaskan tangan nya di depan orang itu.
Yang kemudian langsung muncul di udara ribuan koin emas kemudian jatuh tepat di meja depan orang itu hingga hampir memenuhi meja besar tempat orang itu berada.
"Apakah itu cukup?, jika tidak aku bisa menambahnya." tambah Zain lagi dengan gaya tengil nya.
Membuat petugas pendaftaran itupun langsung gelagapan di buatnya.
"Cu---cukup tuan muda." ucap nya seraya mengelap keringat yang ada di wajan nya karena takut dengan sosok Zain yang dengan entengnya mengeluarkan harta sebanyak itu begitu saja.
Di pikirannya hanya ada satu alasan di balik itu semua, yaitu karena pemuda di depan nya ini berasal dari keluarga berpengaruh yang kemungkinan memiliki penjaga tersembunyi di sisinya, itulah mengapa pemuda itu dengan mudah nya mengeluarkan uang nya seperti itu tanpa takut di rampok oleh orang yang melihat nya.
Sementara Zain yang tidak tahu dengan apa yang di pikirkan oleh orang di depan nya itupun langsung angkat bicara lagi karena sudah tidak berminat untuk terus berada di tempat nya itu.
"Jika begitu, bisakah aku memiliki ruangan itu sekarang?" ucap Zain.
"Bisa tuan muda, silahkan anda gunakan lencana ini untuk menggunakan ruangan tersebut besok pagi."
jawab orang itu dongen nada yang sangat sopan seraya menyerahkan lencana berwarna emas dengan gambar bunga di tengah nya pada Zain.
Setelah itu, Zain pun langsung pergi dari sana seraya menarik tangan pemuda yang berbicara dengan nya sebelumnya.
Membuat pemuda itu memberontak dengan keras karena ia belum mendaftarkan dirinya di acara lelang itu tapi malah di tarik begitu saja oleh Zain.
"Jangan melawan ikutlah denganku besok jika ingin mengikuti lelang itu." ucap Zain agar pemuda yang di tariknya itu tidak melawan lagi.
Membuat pemuda itu terkejut dengan ucapan Zain itu, kemudian ia langsung berbicara pada Zain.
"Tidak tidak, aku akan memesan tempat ku sendiri untuk besok, karena aku tidak mau memanfaatkan mu." jawab pemuda itu menolak ajakan Zain itu.
"Tidak perlu tidak enak denganku seperti itu, sebaiknya kamu ikut saja dengan begitu uang untuk pendaftaran mu itu bisa kamu gunakan sebagai tambahan untuk menawar apa yang ingin kamu cari di lelang itu." ucap Zain lagi, meminta pemuda itu untuk ikut dengan nya.
"Baiklah, besok aku akan ikut dengan mu kalau begitu." jawab pemuda itu pada akhirnya karena Zain terus memaksa nya untuk ikut.
"Oh iya, dari tadi kita bicara panjang lebar tanpa saling mengetahui nama masing masing." tambah pemuda itu lagi seraya tersenyum canggung pada Zain.
"Aku Ling Zain, kamu bisa memanggil ku dengan nama itu." ucap Zain memperkenalkan namanya.
"A---aku Li Jun dari keluarga kecil Jun. Salam kenal tuan muda Ling." balas pemuda itu dongen gugup saat mengetahui identitas Zain.
"Tidak usah kaku seperti itu, lagian aku juga tidak suka dengan penghormatan seperti itu, panggil dengan namaku saja, tapi jangan panggil dengan nama klan ku, karena aku tidak ingin keberadaan ku terekspos oleh orang lain."
Ucap Zain seraya menepuk pundak Li Jun, juga tak lupa Zain pun memintanya acara tidak perlu kaku seperti itu padamnya dan boleh memanggil langsung namanya tanpa embel embel tuan muda seperti sebelum nya.
Namun meski begitu Zain meminta agar ia tidak di panggil dengan nama klan nya, karena ia tidak ingin menjadi sorotan nanti nya saat di acara lelang itu.
Mendengar ucapan Zain itu, Li Jun pun merasa sangat bahagia sekali saat ini karena ia bisa di anggap teman oleh sosok seperti Zain yang merupakan tuan muda dari keluarga nomor 1 di kota ini.
Setelah itu keduanya pun langsung mengobrol biasa lagi tanpa ada kecanggungan seperti sebelum nya.
Di jalanan kota lembah kedua terus saja mengobrol hingga kemudian akhirnya mereka pun berpisah setelah mengatur janji untuk bertemu di keesokan harinya.
Li Jun terlihat berjalan ke arah penginapan sederhana yang ada di kota lembah sementara Zain memutuskan untuk pulang ke klan nya.
...
Keesokan paginya.
Setelah membersihkan dirinya dan juga tak lupa mengganti pakaian nya, Zain pun langsung keluar dari kamarnya menuju tempat makan keluarganya.
Di sana sudah ada Ling Tian yang rupanya sudah sarapan duluan tanpa menunggu Zain. Terlihat mereka tampak sangat romantis saat ini dengan Hua Hua yang melayani Ling Tian.
Membuat keduanya seperti pasangan baru yang tengah di mabuk asmara saat ini.
Melihat itu Zain hanya tersenyum saja tanpa berbicara kemudian ia langsung ikut makan bersama mereka.
Saat Zain sudah bergabung dengan kedua orangtuanya pun mereka masih saja terus memamerkan kemesraan nya itu, membuat Zain yang awalnya cuek dengan itu mau tak mau kesal juga pada akhirnya.
"Ehem..... sepeti nya aku saat ini tak ubahnya seperti buah pencuci mulut." ucap Zain cukup nyaring.
Membuat Ling Tian dan Hua Xia langsung menyudahi aktivitas romantis mereka itu, terlihat saat ini keduanya nampak canggung karena tidak menyadari kehadiran sang putra padahal sudah jelas saat ini putranya itu sudah ikut makan bersama mereka.
"Makanya segera cari pasangan agar kamu tidak mengganggu kami jika nantinya melakukan hal seperti ini lagi di kemudian hari." ucap Ling Tian dengan ketus berusaha menutupi rasa malunya itu.
Sementara Hua Xia hanya menundukkan kepalanya memilih melanjutkan makan nya karena ia saat ini sangat malu pada putranya itu.
"Ayah benar, mungkin aku harus memiliki 10 sampai 20 orang nantinya untuk manjadi istriku, agar aku tidak lagi perlu di urus oleh ibu." ucap Zain dengan penuh semangat seakan setuju dengan ucapan Ling Tian sebelum nya.
"Pftttt!"
Mendengar ucapan Zain itu sontak membuat Hua Xia yang sebelum nya berniat menelan makanan di mulut nya pun langsung menyembur kan nya ke luar dari mulut nya.
Hingga membuat makanan tersebut berceceran di wajah Ling Tian yang memang berada tepat di hadapannya.
Namun seakan tak perduli dengan itu, justru Hua Xia langsung melorot ke arah Zain untuk meminta penjelasan atas apa yang Zain katakan sebelum nya.
Sementara untuk Ling Tian hanya bisa menatap tajam ke arah Zain karena ulahnya lah wajah nya saat ini menjadi korban dari hujan makanan yang keluar dari mulut Hua Xia sebelum nya.