NovelToon NovelToon
Selepas Gulita

Selepas Gulita

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Poligami / Spiritual / Lari Saat Hamil / Berbaikan / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: idrianiiin

Akan selalu ada cahaya selepas kegelapan menyapa. Duka memang sudah menjadi kawan akrab manusia. Tak usah terlalu berfokus pada gelapnya, cukup lihat secercah cahaya yang bersinar di depan netra.

Hidup tak selalu mudah, tidak juga selamanya susah. Keduanya hadir secara bergantian, berputar, dan akan berhenti saat takdir memerintahkan.

Percayalah, selepas gulita datang akan ada setitik harapan dan sumber penerangan. Allah sudah menjanjikan, bersama kesulitan ada kemudahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon idrianiiin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps. 20

...بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم...

..."Jika berani menaruh hati, maka harus siap menanggung perih, sebab itulah yang dinamakan dengan konsekuensi."...

...—🖤—...

HARINI panik bukan main, terlebih mendapati wajah sang putra yang pulang dalam kondisi babak belur. Dengan sigap dia mengambilkan kursi roda Zalfa, dan dirinya kembali terperanjat kaget saat melihat telapak tangan Zayyan terluka cukup lebar dan besar.

"Kamu ini kenapa, Yan? Ibu panik karena nungguin kamu pulang. Mana ditelepon nggak diangkat-angkat lagi," cerocos Harini saat mereka sudah duduk di ruang tamu.

"Zayyan nggak papa, Bu, ada insiden kecil. Oh, ya ini sate kambing muda pesanan Ibu," katanya seraya tersenyum tipis.

Tadi Zayyan meminta Nayya untuk menghentikan sejenak mobilnya, saat melewati kedai sate.

Harini geleng-geleng kepala. "Ibu panik setengah mati, kamu masih aja sempet mikirin sate kambing!" omelnya.

"Nggak papa, bisa diobati. Nanti juga sembuh," sahut Zayyan menenangkan.

"Diminum dulu, Mbak, Mas, maaf hanya seadanya," tutur Zalfa setelah menghidangkan teh manis hangat. Untuk sekadar membuatkan minuman sederhana Zalfa masih bisa, meskipun sedikit kesusahan.

Nayya mengangguk singkat.

"Maafkan saya, Bu. Zayyan terluka dan babak belur karena membantu saya dari perampok," tutur Nayya membuat Harini mengalihkan pandangan.

Harini melirik ke arah Zayyan, meminta penjelasan terkait dua orang asing yang saat ini berada di hadapannya.

"Ini Mbak Nayya, anaknya Pak Hartawan, pemilik resort di mana Zayyan kerja. Kalau itu Mas Syaki, managernya Mbak Nayya," terang Zayyan.

Harini manggut-manggut paham. "Oalah, ada yang luka atau hilang, Nak?"

Hati Nayya menghangat seketika, terlebih mendengar kata 'nak' yang baru saja Harini tuturkan. Ini adalah hal langka, yang bahkan baru pertama kali Nayya alami.

"Nggak ada, saya baik-baik saja. Sekali lagi saya minta maaf, saya akan bertanggung jawab dan membawa Zayyan ke rumah sakit. Takutnya infeksi dan memerlukan penanganan medis," terang Nayya.

Harini mengangguk singkat. "Nggak usah repot-repot, Zayyan biar Ibu yang urus."

"Kalau begitu saya pamit, Bu, sudah larut malam juga. Terima kasih, dan mohon maaf sudah merepotkan," ungkap Nayya seraya tersenyum hangat.

"Mbak Nayya masih terlihat sangat shock, tenangkan diri dulu di sini," cegah Zalfa merasa iba, terlebih melihat mata Nayya yang memang sudah sipit menjadi semakin menyipit akibat menangis terlalu lama.

Nayya terdiam. Dia bukan shock karena menjadi korban perampokan, tapi dia shock karena baru saja mengetahui status Zayyan yang ternyata sudah menjadi suami orang. Matanya yang menyipit pun karena dirinya tidak bisa berdamai dengan kenyataan. Lagi-lagi Nayya pertegas, ini bukan gara-gara perampok.

"Iya, singgah lebih lama di sini. Tenangkan diri dulu, takutnya ada apa-apa di jalan," imbuh Harini.

Syaki mengangguk setuju. "Lo kacau banget, Nay, gue nggak berani kalau harus nganterin lo dalam keadaan begini. Bisa-bisa diamuk gue sama Om Hartawan."

Nayya memutar bola mata malas. "Lo udah biasa jadi bulan-bulanan Papa. Nggak usah lebay!"

"Mau makan? Ibu tadi masak, tinggal dihangatkan saja," tawar Harini saat mendengar suara perut Syaki yang berbunyi nyaring.

Nayya melotot dan menginjak kaki Syaki sekuat tenaga. "Malu-maluin gue lo!" desisnya.

"Kalau soal perut nggak bisa dibohongi, iya, kan, Bu?" sahut Syaki meminta bantuan.

Harini terkekeh pelan. "Iya bener. Nggak papa, sekali-kali makan di sini. Ibu siapkan dulu yah."

"Zalfa bantu yah, Bu," ujar Zalfa semangat.

Harini mengelus penuh sayang puncak kepala Zalfa dan mengangguk setuju. "Tentu," katanya lalu mendorong kursi roda Zalfa menuju dapur.

"Yakin lo nggak mau dibawa ke RS? Lukanya lebar banget itu," tanya Nayya pada Zayyan.

"Nggak usah, Mbak. Saya bisa obati sendiri nanti," balasnya.

"Lo beneran udah married?" tanya Syaki keluar jalur, dia sangat amat penasaran.

Zayyan mengangguk. "Sudah, Mas."

"Modelan laki kayak lo emang mengerikan. Nggak ada angin, nggak ada hujan, tiba-tiba bawa kabar kalau lo udah punya gandengan," komentar Syaki seraya geleng-geleng.

"Bisa aja, Mas Syaki ini," kekeh Zayyan.

"Tapi gue kayak pernah lihat Zalfa, tapi lupa di mana. Mukanya nggak asing buat gue." Nayya ikut bersuara.

"Mungkin hanya perasaan Mbak Nayya aja," sela Zayyan yang akhirnya direspons Nayya dengan anggukan.

"Lo obatin dulu, Yan, seenggaknya tutup luka lo pake perban. Takutnya malah infeksi lagi karena kena debu dan kotoran," saran Syaki.

"Iya nanti kalau Ibu sama Zalfa sudah selesai di dapur, nggak baik kalau ada tamu malah ditinggal-tinggal. Oh, ya diminum dulu tehnya," jelas Zayyan begitu ramah.

Keduanya mengangguk pelan.

"Gue lupa, Nay, mobil lo udah kelar tinggal ambil aja di bengkel. Udah dari dua minggu lalu sebenernya tapi gue lupa hubungi lo, kerusakannya parah. Makanya lama dan makan waktu," tutur Syaki setelah menyeruput minumannya.

"Bagus deh, nggak nyaman gue kalau harus pake mobil fasiltas resort terus. Nanti gue transfer ongkos bengkelnya," sahut Nayya.

Syaki mengacungkan dua jempolnya.

"Makanannya udah siap," kata Harini yang baru kembali dari dapur.

Tanpa rasa malu sedikit pun Syaki langsung bangkit dari duduknya. Menarik tangan Nayya dan mengintil di belakang Harini. Urat malu managernya ini memang sudah hilang sejak lama.

Setibanya di ruang makan, Zayyan malah fokus pada Zalfa yang sedang berusaha mengambil mangkuk berukuran sedang yang jauh dari jangkauan. Dengan sigap Zayyan mengambilkannya lalu bersimpuh di depan kursi roda sang istri.

"Mau ngapain, hm?" tanyanya lembut.

"Aku mau obati, Mas. Mukanya harus dikompres air es, lukanya juga harus dibersihkan supaya nggak infeksi," tutur Zalfa.

"Ya udah ayo," balas Zayyan lalu berdiri.

Harini begitu sigap mengambilkan nampan, dan meletakkan mangkuk berisi air hangat, mangkuk berisi air es, lengkap dengan handuk kecilnya. Lalu memberikan itu semua pada Zalfa agar bisa disimpan di pangkuan, dan sang putra mendorong kursi rodanya menuju ruang tamu.

"P3K-nya ambil di laci dekat meja tv, Yan" beritahu Harini yang Zayyan balas acungan jempol.

"Ayok makan dulu, seadanya nggak papa, kan, Nak?"

Nayya dan Syaki yang tengah terbengong-bengong karena melihat interaksi sepasang suami istri, dibuat gagap seketika saat mendengar penuturan Harini.

Mereka seperti sedang melihat sisi lain Zayyan yang tidak mereka temukan kala di luar rumah. Benar-benar hal langka, yang membuat keduanya diam seribu bahasa.

"Maaf yah, maklum pengantin baru. Suka nggak sadar kalau di ruangan ini bukan hanya ada mereka berdua," cetus Harini.

Nayya tersenyum kikuk dan memasang wajah sebiasa mungkin.

"Gue bilang juga apa, hati-hati kalau suka sama cowok modelan Zayyan. Nyaho, kan sekarang. Dia udah jadi suami orang. Entar nangis," oceh Syaki saat Harini sudah pergi dan hanya menyisakan mereka berdua.

Mata Nayya malah kembali mengeluarkan cairan bening. "Bisa nggak sih, lo jangan mancing-mancing? Sakit banget ni hati gue!"

Syaki meringis dan berusaha untuk menenangkan Nayya. "Salah ngomong gue. Udah yah, Nay, jangan nangis. Jangan ada niat buat jadi pelakor. Istrinya bae banget itu."

Nayya menggeplak tangan Syaki sekuat tenaga. "Gue juga masih waras, Dodol!"

"Ya udah mending sekarang kita makan. Asli, Nay gue lapar banget. Menggoda banget lagi tuh nasi, sayur asem, gorengan, sambelnya apalagi. Ngiler banget gue."

"Otak lo isinya makanan mulu!"

...🖤SEE YOU NEXT CHAPTER🖤...

1
Nur Hasanah
Biasa
Nur Hasanah
Kecewa
Sriza Juniarti
karma nanti naya..bucin abis🤣🤣
Sriza Juniarti
lanjuutt..s3mangat kk, terus berkarya
love sekebon🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!