Hai..
Namaku Ziqiesa. kalian bisa memanggilku dengan sebutan,Zi. Aku seorang gadis cantik yang masih erat kasih sayang dari Ayah dan Ibuku. suatu hari aku tersesat ke dunia yang tidak aku ketahui. dan kasih-sayang itu masih sama adanya, tapi seakan terputus karena jarak kami yang tidak dapat di ketahui.
Aku,ingin mengajak kalian untuk ikut menemani perjalanan ini, sampai kembali pada pangkuan Ayah,dan Ibuku. bagaimana? kalian mau kan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Karlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2.Diam-diam Memperhatikan
Naya,Lis, kembali diam saat Zi mengeluarkan napas panjang. "Iya,Ibu. Zi, segera bertindak.." Sahutnya juga ikutan berteriak. Jika di adakan ajang lomba berteriak, keduanya sangat antusias untuk ikut,ada yang mau mengadakan lomba berteriak?
"Kakak Lis, Kakak Naya,Zi duluan ya, nanti malam kita sambung lagi obrolannya." Zi, buru-buru menghabiskan sisa gigitan kue terakhir, beranjak,dan berlari ke arah sumber mata air,atau mereka menyebutnya sebagai sumur.
Di ruangan tempat Kansa mengadon kue, Alger, celingukan mencari keberadaan putrinya karena tidak terlihat di sana. "Nyariin siapa,Yah?" Seru Kansa bertanya, tangannya masih sibuk mengadon kue, namun matanya melirik pada Alger, yang berdiri di bingkai pintu. "Zi. Kemana anak itu,Bu?" Alger memutuskan untuk segera bertanya dari pada berlama-lama berdiam diri, bisa-bisa istrinya akan mengamuk. 'Kalau sakit,ya istirahat,Yah. Jangan mondar-mandir ke sana kemari! Seperti setrikaan saja,' Kata-kata manis seperti itu sering kali muncul di antara keduanya.
"Oh,Zi..? Zi,lagi mengambil air dari sumur. Ibu,butuh air untuk mengadon kue selanjutnya,Yah." Jawab Kansa tanpa melihat ke arah, Alger. Alger, manggut-manggut, Dia,tidak lagi bersuara. Beranjak dari bingkai pintu dan pergi untuk istirahat di kamarnya.
Zi, mengangkat banyak sekali Gerabah berbentuk baskom untuk penampungan air. Mengangkut,satu demi satu dari sumber mata air,ke dalam rumah persegi lima. "Ibu. Zi,sudah selesai mengambil airnya, bolehkah Zi untuk istirahat di samping, Ayah?" Seraya menyeka tetesan air bercampur keringat yang berjatuhan dari kepalanya.
"Jangan ganggu Ayah,Zi! Kalau mau beristirahat di kamarmu saja. Jangan tidur sebelum bebersih diri!" Kansa berkata dengan suara rendah,namun penuh penekanan. "Iya,Ibu." Angguk Ziqiesa yang kemudian berkelebat dari hadapan Ibunya.
Bukan Zi namanya jika tidak jahil. Gadis itu melihat ke belakang dimana Ibunya sedang mengadon kue. Dengan tersenyum senang Zi masuk ke dalam kamar untuk menemui Ayahnya, Alger.
"Ayah,benaran sakit?" Zi, menepuk pantat Ayahnya seraya berseru dengan tidak percaya sepenuh jiwanya. "Jangan bilang Ayah sedang menghindari Ibu untuk membantu mengadon kue..?" Selidik Zi yang kini sudah berada di dekat kepala, Alger. Tangannya mengelus lembut kepala Ayahnya, sesekali menariknya karena gemas.
"Ayah,benaran lagi kurang sehat. Kalau tidak percaya periksa saja sendiri." Alger, memutar bola matanya malas,anak perempuan satu ini sangat sulit percaya padanya. Ini tidak sekali, dua kali,tapi sering sekali seperti itu.
"Tapi, kenapa kepala Ayah tidak ada panas-panasnya? Ayah, berbohong,ya..? Ayo, ngaku pada Zi,kalau Ayah ngaku nanti Zi belikan anak panah baru kesukaan,Ayah. Bagaimana..?" Zi, mengedipkan matanya beberapa kali, sangat cantik dan terlihat lucu, teramat sangat menggemaskan, hingga Alger tidak tahan, untuk tidak menyentil dahi gadis kecilnya.
"Aduh..Ayah! Kenapa di sentil,sih? Sakit Zi,tau.." Zi,memasang wajah cemberut,sambil jemari mungilnya mengelus lembut dahinya sendiri,pandangi Alger dengan wajah sebal.
"Lagian Zi banyak bicara. Ayah, tidak sakit, ataupun demam, jadi tidak panas. Ayah hanya pusing,dan ini pusingnya sudah gawat darurat." Alger, tertawa. Wajahnya yang garang seperti kerupuk sayur yang melempem jika berhadapan dengan Zi,dan Kansa. Mleyot (Meleleh)!!
"Nah kan, benar. Ayah tidak sakit.. bagaimana kalau Zi adukan pada Ibu?" Alger menahan tubuh Zi yang hendak berdiri dan berlari ke arah Ibunya. "Ibu..!!!" Hup.. Alger dengan cepat menutup mulut Zi dengan telapak tangan lebarnya. "Jangan macam-macam,Zi!" Gertaknya dengan candaan, sebenarnya Alger ingin tertawa,namun sebisa mungkin Dia menahannya.
"Aa.hah Le..p..san.." Zi berontak dengan mulut yang tersumpal oleh telapak tangan Ayahnya. "Jangan berteriak pada Ibu,kalau mau Ayah lepaskan!?" Ancam Alger, Zi, mengangguk,"yasudah, kembali ke kamar, Zi! Ayah mau istirahat." Ulas Alger melepaskan tangannya dari mulut,Zi. Mendorong tubuh gadis itu agar segera keluar dari dalam kamarnya.
"Ibu..Ayah pura-pura sakit!!" Teriaknya,dan langsung berlari tunggang langgang ke kamarnya yang berada di lantai dua.
"Haduh..Tuhan. Anak ini,titisan siapa??" Pasrah Alger yang kembali merebahkan tubuhnya dengan layu.
•••
Selesai membersihkan tubuhnya, Zi, segera berbaring di ranjang tidurnya dengan tangan menyangga kepalanya. Matahari di luar cukup terik,dengan awan indah berwarna biru laut. Angin sepoi-sepoi berhembus lembut, lewati gorden yang menari manja,dan hampiri Zi yang menatap ke arah luar jendela kamarnya.
"Tuhan? Apakah hidup akan begini-begini saja? Bekerja,tidur,makan, bekerja lagi, lalu mati. Tidak adakah hal yang lebih menyenangkan dari pada hidup yang monoton seperti ini?" Zi, menghela napas panjang kemudian membuangnya secara perlahan. Tiba-tiba matanya yang tersapu angin berhembus lembut, pelan-pelan menutup dengan sendirinya.
Tidak tau lagi apa yang terjadi selanjutnya,Zi,sudah terbang bebas ke alam mimpi. Sedangkan Ibunya tengah sibuk berkutat dengan tepung-tepung yang lama kelamaan menutupi pakaiannya seperti debu.
"Nyonya..? Apakah pesanan Tuan Goher sudah selesai?" Suara datar itu menyembul dari bingkai jendela yang terbuka. Kansa, segera berdiri, menepuk pakaiannya yang di selimuti tepung dengan pelan,dan berjalan hampiri bingkai jendela.
"Ah,Sudah. Sebentar, Saya ambilkan dulu, silahkan tunggu di kursi depan,ya!" Tuturnya lembut, sangat jauh berbeda dengan caranya berbicara dengan anak dan suaminya,suka ngelantur tidak beraturan. Memang sih, mulutnya tidak gampang di atur..!
"Baik, Nyonya." Pria berseragam hitam seperti balok kering itu, segera melangkah dan menunggu di kursi kayu yang di sediakan khusus untuk tamu dadakan.
Tidak lama,Kansa keluar dari pintu dengan menenteng dua kantong besar,penuh,di tangan kiri dan kanannya. Di susul oleh Naya,dan juga Lis, yang ikut membantu.
"Semuanya jadi 10 Tael.Terima kasih." Ucap Kansa, menerima bayaran kuenya dan tersenyum. "Terima kasih, Nyonya. Kalau begitu Permisi." Pria itu menunduk hormat dan segera berbalik untuk pergi setelah mendapatkan anggukan dari, Kansa. "Sama-sama." Jawab Kansa yang masih dapat di dengar oleh pria berseragam tersebut.
"Naya? Tolong panggilkan Zi karena sebentar lagi mau mengantarkan pesanan kue di desa sebelah!" Kansa berseru sambil berjalan masuk ke dalam rumah. "Baik, Nyonya Kansa." Naya, menunduk hormat dan segera berjalan menuju lantai dua.
"Lis,kamu sendirian dulu beberes dapurnya sebelum Naya kembali,ya! Saya mau melihat Alger,mana tau pria itu sudah tidak bernapas." Kansa, berjalan ringan untuk menghampiri kamarnya dan Alger. Ucapannya membuat,Lis tertawa, sambil ikut mengambil langkah menuju dapur,Lis masih menyisakan sedikit senyuman di bibirnya. "Nyonya,pemarah. Tapi baik hatinya. Kata-katanya tidak ada rem,tapi masih bisa berhenti dengan mulus." Lirih Lis tertawa kecil teringat ucapan Kansa barusan terhadap Alger.
Kansa, menempelkan punggung tangannya di kening Alger,"tidak panas..?" lirihnya saat dapati kening Alger baik-baik saja. Namun, Kansa tidak mau berkomentar apa-apa,ia, lebih memilih untuk mengambil baju ganti dan pergi ke sungai untuk berenang. "Siang-siang begini, enaknya berenang sambil menikmati sisa hidup yang tidak tau kapan habisnya." Berseru saat tangannya menutup bingkai pintu kamar dengan perlahan.
Kansa,keluar bertepatan dengan Naya yang turun dari lantai dua. Wanita itu tersenyum kecil. "Bagaimana dengan anak itu? Apakah Dia sudah bangun,Naya?" Tanyanya sambil menatap langkah kaki Naya menuruni tangga, diam-diam Kansa ikut menghitung langkah kaki pelayannya. Aneh!!
"Ah, itu..sudah Nyonya Kansa. Nona Zi,sudah bangun dan segera bersiap untuk turun." Jawabnya Naya gugup karena Kansa tidak mengalihkan pandangannya dari kaki wanita itu.