* * *
Gadis cantik dengan mata teduh, hidung mancung dan kulit putih selembut sutra itu bernama Maria Shanna. Wanita berusia 22 tahun yang dulunya menjalani hidup bak seorang putri ...
Namun, dalam sehari gelarnya berubah menjadi Mommy, Daddy dan juga kakak untuk kedua adiknya. karena kedua orang tuanya meninggal akibat kecelakaan tragis.
Shanna yang saat itu masih duduk dibangku SMA kelas dua dipaksa kuat untuk menjadi sandaran bagi adik-adiknya.
Kehidupan Shanna dan kedua adiknya berubah 360 derajat ...
Hingga empat tahun berlalu, Shanna akhirnya bertemu pria bernama Dave Abraham, seorang CEO dan juga ketua mafia.
Pria dingin dan angkuh yang memintanya menjadi istrinya karena kesalahan yang mereka lakukukan membuahkan hasil ...
Tanpa Shanna ketahui, Dave menikahinya hanya untuk mendapatkan hak atas bayi yang dikandungnya ...
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Mampukah Shanna membuat Dave bertekuk lutut di hadapannya?
* * *
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sgt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33
Shanna tersentak, tubuhnya bergetar ketakutan. ia menggeleng cepat, "ti-ti tidak... ak-aku tidak melakukan itu." Membalas tatapan Dave.
Dave menangkup wajah Shanna, masih dengan posisi yang sama serta jarak wajah yang sangat dekat. Menatap mata teduh itu tiba-tiba saja amarahnya mereda, hatinya tercubit ketika merasakan dingin di tangannya saat menyentuh wajah pucat Shanna.
"katakan dengan jelas, apa kau masih mengandung?" Dave bertanya, kali ini dengan suara lembut. Shanna menghirup wangi mint yang berasal dari hembusan nafas pria itu ketika mengenai wajahnya.
Shanna mengangguk, "hmmmm..." hanya menjawab dengan deheman. Bibirnya tak mampu mengeluarkan sepatah katapun, jarak yang sangat dekat membuatnya begitu gugup. Bahkan, ia melihat jelas butiran bening disudut mata Dave.
"terimakasih... Kali ini kau selamat." lirih Dave, menghembuskan nafas berat, kemudian menempelkan wajahnya pada wajah Shanna. Kening dan ujung hidung mereka saling menempel dengan posisi Dave yang masih menangkup wajah wanita itu.
Dave merasakan lega didadanya, tulang-tulangnya terasa lemas. Ia turun lalu bersimpuh dihadapan Shanna, bertumpu pada kedua lututnya kemudian memeluk pinggang wanita itu, seolah menyalurkan rasa lega pada benihnya yang berada didalam sana. Memeluk perut Shanna seakan tengah memeluk anak-anaknya.
Sementara Shanna yang mendapatkan perlakuan itu hanya bisa diam terpaku, tidak menyangka dengan respon Dave yang akan seperti ini. Jauh dilubuk hatinya, ia sangat bersyukur setidaknya Dave menyayangi anak-anaknya.
Suasana menjadi hening beberapa saat...
"mari kita menikah..."
Hening...
Dave mendongakkan wajahnya, menatap Shanna yang kini juga menatapnya. "menikahlah denganku."
Deg ...
Shanna merasakan sekujur tubuhnya seperti tersengat listrik, ia sangat gugup, jantungnya memompa sangat cepat, lidahnya seolah beku. Merasakan debaran jantungnya seperti dulu saat pertama kali melihat Dave didalam mobil ketika menjemput Natasya.
"ini perintah, bukan permintaan." tegas Dave, lalu berdiri mensejajarkan tubuh dengan Shanna.
"sudah kuduga, mana mungkin pria dingin sepertinya berubah secepat itu." Shanna tidak jadi terharu, ia mengumpati Dave didalam hati. "Sekali angkuh tetap saja angkuh. Sejak kapan ajakan menikah menjadi sebuah perintah."
"aku tidak mau." jawabnya, kemudian mengambil langkah ingin segera keluar dari ruangan tersebut.
"sudah kukatakan ini perintah! menikahlah denganku. Atau-"
"atau apa?" Shanna menghentikan langkahnya, memotong ucapan Dave. "Kau ingin mengancamku lagi tuan Dave?" Ia tau pria sombong itu akan kembali mengancamnya.
"bukankah kau yang menginginkan pernikahan?" tanya Dave bingung, kemarin wanita ini memohon untuk dinikahi. Tetapi sekarang malah menolaknya mentah-mentah.
"aku hanya akan menikahi wanita yang kucintai... Kau masih ingat ucapanmu kemarin tuan Dave?" Shanna mengulangi perkataan Dave saat kemarin ia memohon agar pria itu menikahinya.
Dave terdiam, ia dibungkam oleh perkataannya sendiri.
"apa sekarang tiba-tiba kau sudah mencintaiku? Atau... Jangan-jangan kau memiliki rencana lain!" Shanna melangkah, mendekati Dave dengan tatapan penuh selidik. Ia yakin Dave memiliki rencana atas ajakannya tadi. Sekuat tenaga ia melawan rasa takut untuk melawan Dave.
"menikah denganku, atau satu-satunya aset keluargamu yang tersisa habis ditanganku." Dave kembali mencengkram lengan Shanna, menariknya untuk membawa wanita itu keluar dari sana.
"lakukan saja, aku tidak takut." jawabnya menantang. "Lepas... Lepaskan aku." Berusaha menghempaskan cengkraman dilengannya. Pria dihadapannya ini mudah skali tersulut emosi, baru beberapa saat lalu dia begitu lembut namun sekarang kembali berbuat kasar.
"aaw aawww... Sakit." Shanna memegangi perutnya yang terasa keram.
"ada apa? Sakit? Dimana yang sakit?" Dave panik.
"leppaaas... Perutku sakit karena ada kau disini." Bohong Shanna, ia memanfaatkan rasa keram itu untuk membuat Dave tidak berbuat kasar apalagi memaksanya.
Benar saja, rencananya berhasil. Dave melepaskan cengkraman tangannya. Membiarkan wanita itu melangkah menjauh darinya.
"aaaaaaaaa... Apa yang kau lakukan, turunkan aku." Shanna berteriak, memukuli dada bidang Dave. Pasalnya, pria itu tiba-tiba saja mengangkatnya.
Sementara Dave kembali pada mode diam, tidak perduli dengan amukan Shanna. Ia terus berjalan, melewati orang-orang tadi yang menatapnya dengan sejuta kebingungan.
"lepaaas... turunkan aku." Shanna masih terus berontak.
"Diamlah!" sentaknya membuat Shanna bungkam. Namun, itu hanya sebentar.
"Noraaa tolong akuuu, tolong akuu..." Shanna kembali berteriak begitu menangkap sosok Nora yang berdiri disamping mobilnya.
"Diam." Teriakan Dave menghentikan Nora yang ingin mendekat, ia ingin sekali menolong Shanna. Namun, nyalinya menciut begitu saja.
"turunkan aku, atau aku akan terus berontak." teriak Shanna tak ingin kalah.
Akhirnya Dave mengalah, Ia berjalan kearah mobil Nora. "buka." perintahnya pada Nora. Dengan gerakan cepat wanita itu membuka pintu mobilnya.
Dave mendudukkan Shanna pada kursi depan disamping kemudi, tidak lupa memasangkan sabuk pengaman. "pelankan suaramu. Jangan membuat anak-anakku terganggu dengan suara berisikmu. Sekali lagi kau berteriak, aku akan menyumpal bibirmu ini." Ucap Dave penuh penekanan, sambil menyundul bibir Shanna dengan jari telunjuknya. Kemudian berdiri dan menutup kembali pintu mobil.
"so sweet..." Nora berbinar melihat perlakuan Dave pada Shanna, ia mengedip-ngedipkan matanya sambil tersenyum lebar. Entah bagian mana yang menurutnya so sweet.
"apanya yang so sweet Nora Frederick!" Shanna kesal. Ia memegangi dadanya yang kembali berdegup kencang, berada bersama Dave membuatnya seperti menaiki wahana roller coster. Perasaannya menjadi tidak menentu dan berubah-ubah setiap waktu.
"kita langsung pulang yaa..." jawab Nora mengalihkan pembicaraan. Ia belum siap menerima amarah dari Shanna, akibat rencananya tadi yang hancur berantakan. Saat ini wanita itu telah duduk manis pada kursi kemudi.
"seharusnya aku tidak menyetujui rencanamu Ra." Shanna semakin cemberut, merutuki dirinya yang percaya begitu saja dengan rencana Nora.
"maaf, kejadian tadi diluar kuasaku." Nora membuat suaranya terdengar sesedih mungkin. Ia sangat tau kelemahan Shanna.
"seharusnya aku tidak percaya padamu Nora Frederick." ucapnya lirih, diikuti anggukan Nora. Mereka menyesali rencana keduanya yang gagal total.
*
*
#Flashbackon
Setelah memastikan rekening Shanna telah terisi uang sejumlah sepuluh miliar, keduanya pergi dari bank.
"Ra, ini bukan jalan menuju kantor kan?" tanya Shanna memperhatikan jalanan yang saat ini mereka lewati bukanlah jalan menuju kantor. Ia fikir setelah dari bank mereka akan langsung ke kekantor.
"kita memang tidak ke kantor." jawabnya santai.
"lalu?"
"kita ke klinik dokter Zoya."
"kau sakit?" Reflek Shanna menyentuh kening Nora dengan punggung tangannya, memeriksa apakah sahabatnya itu demam.
"aku? Aku baik-baik saja." Melirik sekilas kearah Shanna, lalu kembali fokus menyetir.
"lalu?" Shanna mengerutkan keningnya.
"kau ingat kan Zoya kakak sepupuku? Kebetulan skali dia adalah dokter Obgin, kita akan menggug*rkan kandunganmu disana."
"apaaaa?" Shanna tersontak kaget. "sudah kukatakan aku tidak akan pernah menggug*rkan kandunganku Nora." Terlihat ekspresi wajah Shanna yang marah.
"tenang dulu Ann. Maksudku berpura-pura menggug*rkan, hanya pura-pura." Nora meralat ucapannya, "kau lihat mobil hitam di belakang? Aku yakin mereka adalah suruhan tuan Dave untuk mengawasimu. Sejak kemarin aku sudah mencurigainya," sambungnya. Diikuti Shanna yang mengalihkan pandangannya kearah belakang mobil.
"benarkah? lalu apa rencanamu Ra?"
"ini adalah waktu yang tepat untuk menjalankan rencana kedua kita, aku akan bicara dengan kak Zoya agar mau bekerja sama. Setelah mendapatkan uang, kau mendatangi klinik dan menggunakan uangnya untuk ab*rsi, kejadiannya terlihat beruntun dan seperti terencana, tuan Dave akan semakin percaya karena yang melaporkan adalah suruhannya langsung, semuanya akan terlihat alami." Jelas Nora panjang kali lebar.
Shanna mengangguk setuju, "kau benar Ra."
#flashbackoff
*
*
semoga dilancarkan segala urusannya...
ditunggu bab selanjutnya...
di tunggu kelanjutan karya terimakasih