📣Mungkin kalian akan mengalami keram perut, bengek, diabetes, dan gangguan Bucin akun lainnya....
---Niat lari dari perjodohan, justru terjebak dalam Penthouse milik calon tunangan.
Queen masuk menjadi PRT tunangannya setelah lari dari rumah orangtuanya dengan alasan tak mau dijodohkan.
Sama-sama tak mengenal, Queen dan Dhyrga Miller tinggal di atap yang sama... Yok intip keseruan mereka yang bakal bikin kamu senyum-senyum sendiri.(Musim pertama)
---Raja tumbuh menjadi makhluk yang tampan, ia pandai meretas, lompat kelas, bahkan menduduki kursi Presdir di usia muda. Terlebih, ia memiliki tunangan super cantik bernama Kimmy Zoya.
Namun, hidup tak semulus wajah cantik kekasihnya, ia harus menghadapi bagaimana lika-likunya hubungan mereka.(Musim ke dua)
Yok, baca selengkapnya di sini...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesempatan
Dhyrga melangkah mundur, tatkala sebelah tangan Queen meraih dinding kolam.
Di tepi kolam sana Queen menyembulkan kepalanya bahkan membusungkan dadanya setelah berbalik menyandar pada tubir kolam.
Saliva tercekat begitu sulit melewati tenggorokan, Dhyrga berdiri di sudut tempat, matanya masih setia menyaksikan betapa indahnya makhluk Tuhan satu ini.
Queen memakai celana pendek ketat dan kaos tanpa lengan yang masih sanggup memperlihatkan belahan dadanya.
Terlihat Queen menata napas yang masih terengah-engah, ia mengayuh air dan mengarahkan pada dadanya yang bulat, padat, indah, dengan ukuran pas. Gadis itu definisi seksi yang sesungguhnya.
Lama Dhyrga termenung, kini Queen naik ke lantai meraih handuk segi panjang dari atas kursi malas yang teronggok di sisi kolam.
Tubuh mungil itu mulus tanpa celah meski gelap warna kulitnya. Justru terlihat eksotis karena membalut lekukan raga yang seksi.
Surai yang basah Queen keringkan dengan sedikit memiringkan kepalanya. Lalu beralih pada lengan, kaki dan bagian dadanya.
Di tempatnya Dhyrga masih terpana atas kemolekan yang dia lihat malam-malam begini. Kagum, sudah cukup pasti.
Queen memeriksa jam di layar ponselnya, ia bergumam dengan suara sedang hingga Dhyrga pun dapat mendengar.
"Uaaahhh, udah mau jam setengah sepuluh saja nih," Queen menghela napas. "Jadi harus masak makan malam enggak dong? Tapi nggak usah deh. Kan Tuan muda lagi makan malam sama pacarnya."
Dhyrga memang berpesan agar tidak perlu menunggu, karena akan pulang jam 10 malam ini. Mungkin itu alasan Queen berani berenang di kolam milik majikannya.
Queen membalut tubuh rampingnya dengan handuk segi panjang, melangkah menuju pintu masuk ruang tengah "Sebelum Tuan muda pulang Gue sudah harus berpakaian rapi."
Prakkkk.....
"Aw!" Queen terpeleset dan terjatuh, pantatnya terbentur lantai dan itu sangat menyakitkan. Bibirnya terbuka, meringis bahkan mengerang kesakitan. "Aaa, sakit Daddy!"
"Sial!" Tentu saja Dhyrga tak mampu menahan diri untuk tidak menolongnya. Dhyrga melangkah cepat menghampiri gadis itu, yang mana membuat Queen terperanjat.
"Tu-tuan!" Queen menutup mata, dia ingat benar matanya masih polos tanpa kontak lensa. "Jangan mendekat!" Pekiknya.
Bukan Dhyrga jika menurut, ia tetap mendekati bahkan berjongkok tepat di sisi gadis itu. "Sudah ku bilang, hati-hati! Kenapa ceroboh mu tidak juga hilang?" Rutuk nya.
"Kan Murni bilang. Tuan jangan mendekat, pergi!" Queen memukuli pundak pria itu dengan mata yang terpejam.
"Gimana bisa? Kamu butuh pertolongan!"
"Enggak!" Queen mencoba bangkit tapi kakinya terasa melintir. "Hiks Daddy."
"Kaki mu terkilir hmm?" Dhyrga tak kalah panik, dia perhatikan lagi pergelangan kaki mungil Queen yang kian memerah.
"Kayaknya gitu deh, hiks, ..." Keluh Queen masih dengan mata yang ia tutup rapat-rapat.
"Aku gendong kamu sampai kamar." Ajak Dhyrga.
Queen meronta. "Nggak mau!"
Tanpa peduli kata warning dari Queen, Dhyrga meringkus raga mungil gadis itu membawanya masuk ke ruang tengah.
"Turunkan Murni!"
"Diam atau kita jatuh sama-sama!".
Queen merem seketat mungkin. Tak mau terjatuh, pada akhirnya tangan miliknya merengkuh leher Dhyrga.
Tiada ingin di lihat iris birunya, Queen mensejajarkan kepala pada telinga Dhyrga.
Dhyrga tersenyum tanpa suara, rupanya perlakuan gadis itu menggemaskan baginya.
"Dari kapan Tuan di sini hah?" Queen menepuk punggung Dhyrga keras.
"Sudah setengah jam yang lalu."
"Apa?" Queen melotot, meremas punggung Dhyrga geram.
"Kenapa?"
"Kenapa tidak bilang?" Teriak Queen tak terima.
"Apa ada aturan seperti itu untuk pemilik rumah?"
"Tapi setidaknya Tuan, ..."
"Apa?" Sela Dhyrga.
Mata Queen kembali mendelik saat menyadari sesuatu. "Apa Tuan mengintip ku dari tadi hah?"
"Hmm."
"Mesum!" Pukulan beberapa kali mengenai punggung dan pundak Dhyrga.
Dhyrga terkekeh geli. "Diam atau kita terjatuh!" Langkah sudah menuju mini lift.
"Sakit." Queen peluk Dhyrga setelah lelah memukulinya.
"Makanya diam dan menurut!" Pekik Dhyrga. Queen pun pasrah, meski mesum tapi sepertinya Dhyrga bukan orang yang perlu dia takuti.
"Open the door!" Kata kunci yang Dhyrga perintahkan untuk membuka pintu mini lift miliknya. Jika tidak dengan tombol, dia cukup menyuarakan perintah maka semua mesin di dalam Penthouse ini akan menuruti.
Dhyrga masuk lift, "Second floor." Perintahnya lagi sembari membalikkan badan menunggu terbukanya pintu kembali.
Netra nakal lelakinya mengerling kecil pada kedua gundukan lembut nan hangat yang hampir bertautan dengan jakunnya.
Dhyrga laki-laki normal yang sudah matang, mendapat suguhan benda seksi seperti ini tentu membuatnya meneguk ludah.
Queen yang merasakan gerakan jakun Dhyrga menjadi sadar akan sesuatu. "Apa Tuan mesum?" Tanyanya yang di jawab dengan gelak samar pria tinggi itu.
"Dengar, jangan coba macam-macam padaku! Murni bisa bela diri. Murni bisa datengin polisi sekarang juga kalo Murni mau!"
Sementara Queen meracau, Dhyrga melangkah keluar dari mini lift setelah pintu terbuka.
"Tuan, kau mendengar ku?" Queen pukul kembali punggung Dhyrga geram.
"Hmm."
"Ham hem ham hem... ngomong!"
"Buka pintunya." Keduanya sudah berada di depan pintu kamar.
Queen merem lalu meraih handle pintu kamar miliknya. Dhyrga membantu mendorongnya dengan satu kaki sebelum kemudian ia masuk ke dalam.
Di atas ranjang king size yang di balut sprei merah muda. Dhyrga menurunkan perlahan gadis itu. Wajah Queen yang meringis membuat Dhyrga tak ingin pergi dari tempat itu.
"Sekarang keluar!" Pinta Queen. "Hiks." Kakinya terkilir tentu saja masih terasa sakit.
"Kaki mu butuh pertolongan Murni."
"Tidak perlu, di oles krim saja cukup." Queen tak mau membuka matanya, atau penyamarannya terbongkar.
"Kenapa keras kepala sekali kamu ini." Dhyrga melirik ke arah paha mulus Queen, akhirnya selimut tebal dia raih untuk menutupinya.
Takut juga jika sampai tergoda dan khilaf menerkamnya. "Sekarang diam, biar aku luruskan kaki mu."
"Tidak perlu, cukup berikan Murni krim saja."
Krekkk....
"Aaaaaaa!" Queen memekik keras setelah tiba-tiba saja Dhyrga mrngedut kakinya.
Dhyrga terkekeh geli melihat ekspresi wajah menggemaskan asistennya. "Sudah tidak sakit kan hmm?" Tanyanya.
"Hiks, tapi barusan sangat sakit." Queen memukuli Dhyrga dengan bantal guling nya.
"Sekarang gimana?"
Perlahan Queen menggerakkan kakinya ke kanan dan kiri bahkan berputar, cukup nyaman. "Ini sudah tidak sakit Tuan, makasih." Ucapnya.
"Kenapa merem begitu? Tatap aku Murni!"
"Nggak mau!" Geleng Queen cepat.
"Why?"
"Pokoknya nggak mau! Sekarang Tuan pergi, biar Murni ganti baju!" Tak mau secuil pun Queen membuka matanya.
Dhyrga tersenyum menipiskan jarak di antara mereka. Dia amati setiap lekukan wajah gadis itu. Meski gelap kulit Queen, tak lekas di pungkiri bahwa kecantikan itu hakiki.
Tak mendengar suara apa pun, Queen meraba sesuatu di hadapannya. "Tuan."
"Hmm?"
"Kenapa masih di sini?" Teriak Queen.
Tergelak renyah Dhyrga menarik selimut menutupi kepala gadis itu. "Cempreng!"
"Hayys!" Queen berdecak kesal membuka kembali selimutnya. Matanya mulai ia buka satu persatu, menatap punggung bidang lelaki itu. Baru saja damai hatinya, Dhyrga kembali membalik tubuh.
"Ganti baju, aku tunggu di bawah."
"Iya iya!" Teriak Queen lagi. Ya Tuhan, kenapa sulit sekali Dhyrga keluar dari kamar ini.
Dhyrga keluar menutup pintu lalu Queen mendengus. "Untung ganteng, kalo enggak, hiiiihhhhhhh!" Tangannya mengepal geram bahkan giginya menggertak.
Queen bangkit dari duduk, rupanya kakinya sudah benar-benar tidak terasa nyeri lagi.
"Tunggu, ..." Queen berasumsi.
"Kalo Tuan muda bisa semudah itu nyembuhin kaki terkilir Gue, ngapain harus bawa Gue ke kamar coba? Kenapa nggak di sembuhin dari masih di kolam?" Rutuk nya.
Queen menggeleng ringan. "Wah wah, dia menggunakan kesempatan dalam kesempitan rupanya!"
📣 Karena byk yg menyinggung masalah losion anti air, dan berasa aneh bin kurang percaya, nih Pasha kasih fotonya, kalian kurang jauh mainnya.
padahal pinter