Wanita kuat dengan segala deritanya tapi dibalik itu semua ada pria yang selalu menemani dan mendukung di balik nya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syizha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
apa ini?
Helikopter itu melaju cepat, meninggalkan lautan gelap di belakangnya. Akselia, meski dikelilingi oleh ancaman yang mengintai, tetap tegak, wajahnya tampak tenang meski hatinya bergejolak. Saat helikopter itu semakin menjauh dari pantai, Akselia bisa merasakan bahwa ia sedang dibawa menuju sesuatu yang lebih besar, lebih menakutkan, dan lebih berbahaya dari yang bisa ia bayangkan.
Lucas Ravindra—pria yang selama ini hanya ia dengar namanya—ternyata bukan sekadar sosok yang bersembunyi di balik kekuasaan. Ia adalah kekuatan yang menggerakkan semua yang ada di dunia ini, dan Akselia kini menjadi bagian dari permainan yang lebih besar.
“Akselia Ananta,” suara seorang pria berumur paruh baya terdengar dari arah belakangnya. Akselia menoleh, melihat seorang lelaki dengan wajah tegas yang mengenakan seragam hitam. “Kami telah menunggu kedatanganmu.”
“Jadi, Lucas mengirimkanmu untuk menyambutku?” Akselia bertanya, meski suaranya tetap terdengar santai, bahkan saat hatinya berdebar.
Pria itu hanya tersenyum tipis. "Tidak ada yang datang tanpa seizin Lucas. Tapi jangan khawatir, kami akan memperlakukannya dengan baik."
Akselia mengangguk pelan, meskipun perasaan tak nyaman mulai menggerogoti dirinya. Ke mana mereka akan membawanya? Apa yang diinginkan Lucas darinya?
Tiba-tiba, helikopter itu terbang lebih rendah, dan Akselia melihat sebuah kompleks besar di bawah mereka. Bangunan-bangunan modern dengan pagar tinggi dan penjagaan ketat. Saat helikopter itu mendarat, Akselia merasakan ketegangan yang semakin meluap.
“Kita sampai,” kata pria yang tadi berbicara padanya, membukakan pintu helikopter dan memberi isyarat agar Akselia keluar.
Begitu Akselia melangkah keluar, udara dingin menyambutnya. Mereka berada di sebuah area yang tampaknya sangat terisolasi, jauh dari peradaban. Ada banyak penjaga bersenjata yang mengawasi setiap gerakan. Akselia bisa merasakan bahwa tempat ini tidak hanya sekadar fasilitas biasa. Ini adalah benteng—salah satu tempat yang paling dijaga di dunia.
Pria itu memberi isyarat agar Akselia mengikuti. Mereka berjalan melalui koridor yang panjang, dengan lampu-lampu redup yang menggantung di langit-langit. Tidak ada suara selain langkah kaki mereka yang menggema di lorong yang kosong.
Setelah beberapa menit, mereka berhenti di depan sebuah pintu besar yang terbuat dari logam. Seorang penjaga memindai perangkat di tangan pria itu, dan pintu terbuka otomatis. Akselia diantar masuk ke dalam ruangan yang luas dengan dinding kaca, yang memperlihatkan pemandangan yang indah namun menakutkan.
Di tengah ruangan, seorang pria berdiri membelakangi jendela, memandangi layar besar yang menampilkan peta dunia yang tersebar. Ketika pria itu mendengar langkah kaki Akselia, ia berbalik.
Lucas Ravindra. Akselia bisa merasakan hawa dingin dari tatapan pria itu. Tidak ada senyuman di wajahnya, hanya keheningan yang menekan.
“Akselia,” katanya dengan suara rendah. “Aku sudah lama menunggu pertemuan ini.”
Akselia menatapnya, berusaha tetap tenang meskipun ada banyak pertanyaan yang berputar di kepalanya. "Apa yang sebenarnya kamu inginkan dariku?"
Lucas tidak langsung menjawab. Dia melangkah lebih dekat, menatap Akselia dengan penuh perhatian. “Aku ingin melihat apakah kamu seperti ayahmu. Aku ingin tahu seberapa besar kekuatanmu, seberapa besar pengaruh yang bisa kau bawa.”
Akselia merasakan sesuatu yang tajam dalam kata-katanya. "Kekuatanku?"
Lucas mengangguk pelan. “Kekuatanmu untuk mengubah dunia. Kau mungkin tidak menyadarinya, tetapi ayahmu telah meninggalkan jejak yang sangat besar. Dan aku ingin tahu apakah kamu akan mengikutinya—atau melampauinya.”
Akselia merasa kengerian merayapi dirinya. Ayahnya, Adrian Ananta, memang seorang tokoh besar, seseorang yang memiliki pengaruh di banyak bidang. Tetapi ia juga seorang pria yang penuh rahasia. Kematian ayahnya adalah sesuatu yang mengubah segalanya dalam hidupnya. Dan kini, Lucas sepertinya ingin memanfaatkan dirinya untuk sesuatu yang lebih besar.
“Jika kamu mengira aku akan melanjutkan apa yang dia lakukan, kamu salah,” jawab Akselia dengan tegas, meskipun hatinya berdebar kencang. “Aku bukan milik Sentinel, dan aku tidak akan menjadi alat kalian.”
Lucas tersenyum tipis. “Kau pasti merasa terjebak, Akselia. Tetapi percayalah, tidak ada jalan keluar lagi. Kecuali jika kau memilih untuk bekerja sama dengan kami.”
Akselia mengerutkan kening, tidak bisa menyembunyikan rasa takut yang mendalam. "Bekerja sama dengan kalian? Apa yang harus kulakukan untuk itu?"
Lucas melangkah mendekat, dan untuk pertama kalinya, ada sedikit emosi yang terlihat di matanya—bukan hanya keinginan untuk mengendalikan, tetapi juga sebuah ketertarikan yang aneh. "Bergabunglah dengan kami. Gunakan kekuatanmu. Kamu tahu lebih banyak daripada yang kau kira tentang sistem ini, dan kamu tahu bagaimana menghancurkannya dari dalam. Aku tahu potensi yang ada dalam dirimu, Akselia."
Akselia terdiam, mencoba mencerna kata-kata Lucas. Apa yang dia maksud dengan "potensi"? Apakah ini berkaitan dengan apa yang ia tahu tentang Sentinel? Ataukah ada sesuatu yang lebih dalam yang terkait dengan dirinya?
Namun, sebelum ia bisa menjawab, suara langkah kaki terdengar. Dua orang pria masuk ke dalam ruangan, membawa sebuah tablet besar yang menampilkan data yang sangat terperinci.
"Ada yang harus Anda lihat, Tuan," salah satu pria itu berkata.
Lucas mengalihkan perhatian ke layar dan menyentuhnya dengan jari. “Inilah kenapa aku membutuhkanmu, Akselia.”
Layar menampilkan gambar-gambar yang sangat rinci tentang eksperimen-eksperimen yang dilakukan oleh Sentinel. Gambar-gambar itu menunjukkan perangkat-perangkat yang sedang dikembangkan, senjata-senjata canggih, dan bahkan teknologi biogenetik yang mengerikan.
Akselia merasa darahnya membeku. "Ini... ini tentang apa?"
Lucas menatapnya dengan tajam. "Ini tentang bagaimana kita mengendalikan masa depan, Akselia. Dan kamu akan menjadi kunci untuk membuka pintu itu."
Akselia hanya bisa terdiam, merasakan dunia sekitarnya berguncang. Segalanya kini mulai jelas—dan semua yang ia ketahui tentang dirinya sendiri mulai dipertanyakan.