" Mau gimanapun kamu istriku Jea," ucap Leandra
Seorang gadis berusia 22 tahun itu hanya bisa memberengut. Ucapan yang terdengar asal dan mengandung rasa kesal itu memang sebuah fakta yang tidak bisa dipungkiri.
Jeanica Anisffa Reswoyo, saat ini dirinya sudah berstatus sebagai istri. Dan suaminya adalah dosen dimana tempatnya berkuliah.
Meksipun begitu, tidak ada satu orang pun yang tahu dengan status mereka.
Jadi bagaimana Jea bisa menjadi istri rahasia dari sang dosen?
Lalu bagaimana lika-liku pernikahan rahasia yang dijalani Jea dan dosennya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istri Rahasia 28
" Jadi sekarang ayo kita tidur satu kamar?"
" Ya?"
Jea seperti naik rollercoaster. Kejutan demi kejutan yang diterimanya seolah membawanya naik ke atas dan terjun dengan begitu cepat. Termasuk ucapan Lean yang terakhir ini setelah mereka menyelesaikan makan malam. Seolah sudah menunggu,lean langsung meminta Jea untuk tidur satu kamar.
Ya sebenarnya adalah hal yang wajar ketika Lean menginginkan untuk menempati kamar yang sama. Mereka sudah sah menikah jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
" Tapi Bang, Abang nggak mau minta buat itu dulu kan?"
" Ya, itu? Oh itu, kalau iya kenapa kalau nggak kenapa?"
" Aku lagi haid sekarang Bang."
Lean tertawa melihat ekspresi wajah sang istri, dia bisa melihat saat ini Jea tengah khawatir. Rasanya Lean ingin mengerjai istrinya itu, tapi dia tidak tega. Terlebih dia tadi mendengar bahwa Jea mengalami kesulitan di kampus.
" Sayang, aku nggak akan maksa kamu kalau kamu belum siap. Dan untuk keturunan, aku juga nggak akan buru-buru kok. Aku harap kamu bisa selesaikan kuliah dulu. Aku mau kamu melakukan apa yang jadi mimpi kamu. Bahkan jika kamu mau melanjutkan S2 pun aku sangat setuju."
Tidak pernah terbayangkan dalam benak Jea soal melanjutkan pendidikan. Baginya sekarang lulus S1 saja sudah hal yang luar biasa. Tapi ketika Lean mengatakan itu, ia sungguh merasa senang.
" Iya Bang, aku ngerti."
" Nah jadi ayo kita pindahan."
Jea bisa melihat bahwa Lean sangat bersemangat sekarang ini, dan memang sudah menjadi sebuah keharusan bagi Jea untuk tidur bersama suaminya di kamar yang sama.
Tapi pada akhirnya malam itu mereka tidak jadi memindahkan barang-barang Jea. Keduanya sudah sama-sama lelah karena hari ini. Jea lelah dengan apa semua pikirannya, dan Lean lelah dengan fisiknya. Mereka memutuskan untuk melakukan pindahan esok. Dan sekarang keduanya sudah terbaring di atas tempat tidur.
" Jea, kaku amat kek kanebo nggak kena air berbulan-bulan."
" Ish Abang ih, jangan ngeledek."
Lean terkekeh melihat bibir Jea yang mengerucut. Ditambah pipinya yang menggembung itu membuatnya semakin gemas.
Cup
Mata Jea membelalak saat bibirnya dikecup secara mendadak oleh Lean. Ia sungguh tidak mengira bahwa Lean akan melakukan itu. Tubuh Jea pun semakin kaku dibuatnya.
" Jea, aku emang nggak akan buru-buru buat minta itu. Tapiii, boleh lah ya nyicil dulu. Dari sini aja deh," ucap Lean sambil menyentuh bibir istrinya.
Sebenarnya Jea masih bingung dan belum siap. Tapi ia ingat perkataan ibunya bahwa dia harus berbakti kepada sang suami selama itu bukan perbuatan yang salah. Dan ciuman, jelas itu bukanlah hal yang dilarang bagi mereka yang sudah sah.
Jea tidak menjawab dengan mulutnya, dia hanya menganggukkan kepalanya. Lean pun tersenyum. Lampu hijau tanda dia boleh melaju di dapat. Tentu saja Lean harus maju. Sudah beberapa waktu yang lalu dia ingin mencium istrinya itu. Namun sebisa mungkin ditahannya.
Lean mengungkung tubuh Jea dan tanpa ragu mencium bibirnya. Ciuman yang sama-sama kaku karena mereka adalah pemain baru. Benar-benar baru karena ini pertama kalinya bagi keduanya.
Lean mengigit bibir bawah Jea secara perlahan agar mulutnya terbuka. Sehingga Lean bisa memasukkan lidahnya kesana. Ia menjelajahi setiap rongga mulut Jea.
Nafas mereka menderu. Ciuman yang awalnya lembut itu semakin menuntut dan menggebu.
" Haah, ambil nafas sayang," ucap Lean sejenak menjeda ciumannya. Jea melakukan apa yang diperintahkan Lean. Ia mengambil nafasnya dalam-dalam dan mengeluarkan perlahan. Lalu Lean kembali mencium Jea.
Suara cecapan demi cecapan terdengar nyaring di kamar yang sunyi itu. Malam pertama bagi mereka berciuman yang sedikit membuat tubuh terasa terbakar.
Tidak berhenti di situ, Lean melepaskan bibirnya dari bibir Jea dan beralih ke leher. Suara desahhan keluar dari mulut Jea ketika Lean menyesap lembut lehernya. Ditambah tangan Lean yang meremass lembut bagian dadanya. Meskipun Lean melakukannya masih terhalang baju tidur tapi Jea dapat merasakan tubuhnya merinding ketika tangan Lean bermain di sana.
" Aah B-baang." Jea menutup mulutnya dengan tangan, dia merasa malu karena mengeluarkan suara itu.
" Keluarkan saja sayang, aku suka denger suara kamu yang kayak gitu. Dan kamu nggak perlu takut, aku nggak akan melakukan lebih dari ini," ucap Lean sambil menatap mata Jea. Ekspresi Jea yang saa ini sebenarnya sudah membakar gairahnya, namun dia harus sabar untuk menunggu istrinya siap melakukan yang lebih.
TBC
Note:
Temen² aku inget beberapa ada yang nanyain soal akun ke-2 ku dan lanjutan kisah Roxane bagi yang inget. Silakan cari dengan judul ' Wife of The Northen Duke'. InsyaAllah di akun itu aku akan up genre serupa. Bagi yang suka silakan mampir ke sana. Terimakasih