Kehidupan Claudia yang di terlantarkan di panti asuhan, dan perjuangan mencari orang tua kandung nya membuat gadis itu berusaha keras mencukupi hidup nya, di tengah kesulitan hidup nya claudia bertemu dengan seorang janda baik hati yang menawarkan nya tempat tinggal,dan tak hanya itu, fakta mengejutkan saat mengetahui dia merupakan anak orang kaya membuat nya tak begitu senang, karena sikap ibu kandung nya yang seakan menolak kehadirannya, perjalanan hidup yang luka liku membuat nya bertemu dengan seorang duda yang nanti nya akan menjadi bagian dari hidupnya!"
Sampai disana banyak kejutan besar terkuak,bagaimana kisah nya yuk simak!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon putrinw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB.15
Keesokan hari nya di mana sistem pembelajaran akan dimulai, jadi dia membawa buku tulis baru dan beberapa perlengkapan untuk menulis nanti.
"Aku suka banget dengan dompet tulis ini, aku harus simpan tas ini , karena ibu membeli nya saat membongkar tabungan nya, jadi aku harus menyimpan nya dengan hati hati, karena ini adalah barang terindah dan berharga ku" ucap nya dengan senyum indah memulai hari dan harus terus berdoa agar jalan nya selalu di permudah yang maha penguasa.
"Selamat pagi ibu ku sayang"sapa nya dengan senyum manis.
"Selamat pagi juga anak ibu yang paling cantik"
"wah udah siap belajar nya ya pasti kamu ga sabaran kan" ucap nya dengan mencolek hidung mancung sang anak.
"Hehe iya dong ibu, karena cita cita clau akan menjadi dokter, jadi kalau ibu sakit clau yang akan mengobati" pekik nya antusias.
"Amin, semoga ya nak, jalan dan langkah kamu akan dipermudah, rajin sholat nya jangan suka bolong bolong, tuhan marah kalau kamu lalai dalam menjalankan ibadah nya" ucap Jena dengan penuh kelembutan menjelaskan setiap detail hal hal yang ga boleh putri nya tinggalin adalah sholat 5 waktu.
"Siap ibu ustazah” sahut nya membuat Jena terkekeh kecil.
Setelah menyelesaikan sarapan nya, dia juga minta untuk bekal karena nanti malas ke kantin yang terlalu ramai.
"Ini uang jajan kamu nak" ucap Jena memberikan uang Rp.50.000
"Ibu kok banyak sekali? ucap nya terheran.
"Gpp nak, itu buat kamu beli minum atau jajan lainnya, apalagi ongkos bus juga pulang pergi kan jadi ibu lebih kan kamu sedikit uang saku" jelas nya terhadap claudia.
"Terima kasih ya Bu sayang ibu banyak banyak"
Kebetulan hari ini Jena akan pergi ke pasar, jadi dia akan bersama putri nya naik bus dan akan menunggu di halte.
"Aduh rajin sekali Bu Jena mau kemana? Tanya Bu Teti dengan senyum tipis.
"Eh ada Bu Teti saya mau ke pasar, sekalian nganter putri saya sekolah naik bus."ucap nya dengan nada ramah.
"Wah cantik sekali putri ibu ya, terlihat Manis dan menggemaskan, apalagi seragam sekolah nya elit banget, rajin belajar nya ya nak, bahagiain ibu kamu ini." ucap Bu Teti dengan senyum tipis.
"Terima kasih Bu Teti, saya dan ibu saya pamit dulu ya assalamualaikum"
"Walaikumsalam hati hati Bu Jen dan nak Claudia." ucap nya dengan ramah.
Sampai di depan menuju halte mereka berpapasan dengan geng tiga serangkai itu.
"Permisi Bu" ucap Jena dengan ramah menyapa tetangga nya itu.
"Wih dasar ya orang jaman sekarang, udah tau sekolah nya tuh tempat orang kaya semua tapi sok sok an masuk kesana" sindir Bu Marni.
"Haha bener Bu mar, bukan nya merendahkan tapi kan ya cukup sadar diri aja, udh tau miskin tapi sok sok an disana kayak merasa ga pantes" kekeh Bu Yati.
Mendengar ucapan pedas mereka membuat Claudia menghembuskan nafas berat nya ,lagi dan lagi seperti ini,padahal dia tak pernah mengusik ibu ibu kampung disini.
"Astaghfirullah kuatkan lah kesabaran ku ini" batin claudia dengan nafas berat nya.
"Ayok sayang kita jalan, gausah di dengerin mereka, abaikan saja ya nak" ucap nya dengan lembut.
"Iya Bu" ucap nya singkat menahan emosi saat mereka menghina nya.
"Ibu tau kamu gadis yang kuat, jadi jangan pernah menunjukkan bahwa kamu lemah, ingat kita harus kuat dan berjalan dengan kaki kita sendiri ya nak ibu sayang sama kamu"
Claudia tersenyum tipis dengan nasehat ibu nya membuat emosi nya mereda seketika.
Mereka melanjutkan perjalanan tanpa menghiraukan ucapan dan sindiran yang kurang pantes dari ketiga ibu ibu itu.
"Cih dasar anak dan ibu sama aja ya" ucap Bu Ida dengan nada ketus dan menor nya itu.
"Yaudah kuy lah kita masak buat suami dan anak setelah itu kita Nongki yuks" ucap Marni.
"Ayok lah gas" ucap Yati dengan semangat.