SUAMI PENGGANTI YANG TERHINA

Richard langsung mengambil langkah panjang untuk menghampiri istrinya. Antara terkejut, takut dan khawatir telah berbaur di benaknya. Kedua tangannya langsung menangkup kedua bahu istrinya.

“Kamu bagaimana bisa sampai di sini? Kamu sudah membaik? Ada apa? Kamu tidak nyaman di rumah?” cecar Richard beruntun disertai kepanikan.

Velyn hanya bergeming, menatap kedua manik hitamnya bergantian. Hal itu membuat ketakutan Richard semakin besar. Takut jika wanita itu salah paham. Apalagi, saat ini Velyn melepas kedua tangannya dan justru beralih pada Catty sambil mengulurkan satu tangannya.

“Anda tidak apa-apa?” tanya Velyn sedikit membungkuk, berniat untuk membantu.

Padahal Catty sengaja tidak langsung beranjak, berharap Richard menolongnya. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Pria itu hanya berbalik tanpa bergerak sedikit pun. Menatap tak percaya pada interaksi Velyn.

“Mari saya bantu,” imbuh Velyn lagi saat tak menemukan jawaban apa pun.

Menjadi pusat perhatian para karyawan yang melalui mereka, Catty menerima uluran tangan Velyn. Beranjak berdiri tanpa melepas tautan tangan mereka.

“Perkenalkan, saya Velyn. Istri Richard,” ucap Velyn dengan nada tenang.

Catty terlonjak, matanya membeliak dengan lebar. Lalu menghempaskan tangan Velyn dengan kasar. Tetapi, Velyn masih bersikap santai. Bahkan bibir merahnya kini mengulas senyum.

Bukan hanya Catty, Delon, Richard dan beberapa karyawan termasuk resepsionis terkejut dengan pengakuan Velyn. Dua wanita ber-make up tebal itu saling melempar pandang, meneguk salivanya berat.

“Hahaha! Kalau ngarang cerita itu yang realistis! Mana mau Richard sama modelan kaya kamu!” cibir Catty tertawa terbahak-bahak setelah tersadar dari keterkejutannya.

“Bisa ditanyakan langsung pada orangnya jika tidak percaya. Iya ‘kan, Sayang,” ucap Velyn menggamit lengan Richard yang membeku dengan jantung yang meledak-ledak di dalam sana.

Catty mencebikkan bibirnya, ia memutar bola matanya malas. Mengira, wanita di hadapannya hanya satu dari seribu wanita yang mengejar-ngejar Richard.

Richard menatap Velyn dengan tatapan tak percaya. “Iya, dia istriku,” akunya lalu beralih pada Catty, “Maaf, Catty. Aku sudah menikah,” sambungnya menyentuh jemari istrinya yang melingkar di lengannya.

“Icad, kamu pasti bercanda ‘kan? Ini pasti nggak bener ‘kan?” Catty menggeleng tak percaya meski matanya berkaca-kaca. Apalagi saat melihat sebuah cincin melingkar di jari manis Velyn. Dadanya semakin sesak.

“Maaf, Cat. Aku akan meminta maaf pada orang tuamu juga. Masih banyak lelaki yang lebih baik dari aku, Cat. Percayalah, kamu akan segera menemukan jodohmu,” ujar Richard.

“Icad, kamu jahat banget sumpah! Kamu dulu tiba-tiba kabur di hari pernikahan kita. Aku sadar, saat itu mungkin tidak cocok bersanding denganmu. Aku belajar dengan keras hingga berhasil menjadi dokter. Dan kini, kamu tiba-tiba pulang dengan membawa kabar kalau kamu ... kamu menikah dengan wanita kurus ini. Apa spesialnya dia, Icad! Aku lebih baik segalanya dibanding dia!” teriak Catty menggila dan hampir menyerang Velyn. Namun, Delon dengan sigap menghalangi, memeluk tubuh Catty dan menyeretnya keluar dari perusahaan.

Dua resepsionis segera berlari ke hadapan Velyn, mereka membungkuk ketakutan. Apalagi setelah Richard terang-terangan menyebutkan status mereka tanpa keraguan.

“Nyonya! Maafkan kami! Kami sungguh lancang karena tidak sopan pada Anda.”

“Iya, Nyonya. Maaf, kami sungguh tidak tahu!”

Richard mengernyitkan keningnya, beralih menatap sang istri yang hanya tersenyum saja.

“Tidak apa-ap....”

“Apa yang kalian lakukan?!” tukas Richard memotong ucapan Velyn.

“Maaf, Tuan. Kami tidak mengizinkan beliau naik menemui Anda karena tidak ada janji. Sehingga, Nyonya menunggu Anda di sini,” aku salah satunya, tanpa berani menatap sang bos. Kepalanya menunduk begitu dalam.

Velyn mengusap lengan Richard yang menegang, “Tidak apa-apa. Lagi pula, pernikahan kami memang sama sekali belum dipublis. Bisa kita ke ruangan kamu saja? Aku bawa makanan kesukaan kamu. Atau kamu mau pergi?” tawar Velyn mengalihkan perhatian Richard.

“Baiklah, kali ini saya maafkan. Tapi tidak untuk lain kali. Bukan hanya Surat Peringatan, tapi langsung mutasi atau bahkan pemecatan!” tegas Richard.

“Sudah, ayo!” Velyn menepuk-nepuk lengan suaminya sedikit memberi dorongan.

Akhirnya ketegangan pun mulai terurai, mereka kembali memasuki lift. Velyn langsung melepas lengannya seketika. Wajahnya memerah, kepercayaan dirinya menguap, berganti dengan rasa malu.

Richard menaikkan sebelah alisnya, “Kenapa?” tanya lelaki itu.

“Ee....” Belum sempat menjawab denting lift mulai terdengar. Richard meraih jemari Velyn dan menggenggamnya. Melangkah serentak keluar dari lift tersebut.

Richard melepas jas dan mengendurkan dasi saat sampai di ruangannya. “Duduklah,” perintah lelaki itu.

Dengan langkah yang sangat pelan, Velyn menuju sofa. Tidak berani menatap suaminya. Memeluk erat paper bag yang berisi makanan untuk sang suami.

Richard turut mendaratkan tubuhnya di sofa, dalam ujung yang berbeda. Jarak yang tercipta cukup jauh. Mungkin bisa diisi lima orang. Kecanggungan memenuhi ruang kerja yang cukup luas itu.

“Cad.”

“Vel!”

Keduanya bersuara dengan serentak. Bibirnya kembali mengatup rapat dan kedua mata mereka hanya saling bertautan.

Bersambung~