“Gun ... namamu memang berarti senjata, tapi kau adalah seni.”
Jonas Lee, anggota pasukan khusus di negara J. Dia adalah prajurit emas yang memiliki segudang prestasi dan apresiasi di kesatuan---dulunya.
Kariernya hancur setelah dijebak dan dituduh membunuh rekan satu profesi.
Melarikan diri ke negara K dan memulai kehidupan baru sebagai Lee Gun. Dia menjadi seorang pelukis karena bakat alami yang dimiliki, namun sisi lainnya, dia juga seorang kurir malam yang menerima pekerjaan gelap.
Dia memiliki kekasih, Hyena. Namun wanita itu terbunuh saat bekerja sebagai wartawan berita. Perjalanan balas dendam Lee Gun untuk kematian Hyena mempertemukannya dengan Kim Suzi, putri penguasa negara sekaligus pendiri Phantom Security.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Magisna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fragmen 34
Menyadari dirinya melewati batas, Gun segera menjauhkan diri. Baju depan Kim Suzi yang kancingnya sudah dibuka tiga mata oleh tangannya, dia rapikan lagi.
“Maaf, aku hanya terbawa suasana, aku tidak bermaksud begitu,” ujarnya menyesali. Mulanya dia berniat bangkit, berjalan-jalan untuk setidaknya membuang keinginan kuat dari kelelakiannya, namun ....
“Gun!”
Suzi menahan tangannya seraya mendongak.
Mereka bersitatap lagi.
“Aku tidak keberatan!” kata wanita itu, lalu menelan ludah setelahnya. Jujur saja, dia merasa ganjil menyikapi dirinya sendiri.
Gun mengerut kening. “Maksudmu?”
Sesaat Suzi terdiam. Bibirnya berdenyut gemetar, ragu untuk berkata. Napas dipautnya sebentar modal mendorong diri dan suaranya agar keluar. Sampai kemudian .... “Aku tidak keberatan melakukan hal yang tadi. Bukankah kita ....” Rasa ragu itu mencuat lagi, namun tak lama .... “suami istri?” tandasnya dengan suara sumbang.
Gun cukup terkejut, tak menyangka akan mendengar itu dari mulut seorang Suzi yang dari awal begitu takut akan konsep demikian dengan dirinya.
“Kau sadar dengan ucapanmu?” tanya Gun seraya menurunkan tubuh, kembali duduk di hadapan wanita itu.
Pasang mata mereka tak lepas saling bertatap.
“Ya, aku sadar," jawab Suzi pelan, lalu merunduk.
Sesungguhnya dia malu dengan sikapnya sendiri, namun hati dan nalurinya terus mendorong bahwa ini adalah sebuah kesempatan yang esok belum tentu kembali lagi. Menyukai Gun, dia mengakui itu sekarang secara vivid.
Gun masih merasa belum percaya, terus ditatapnya wajah diam Suzi seraya menelisik lalu mencerna. Sampai sekian waktu akhirnya dia meyakini sesuatu hal yang paling jelas dari pancaran mata wanita itu. Satu tangannya terangkat naik. Dagu Suzi diangkatnya agar lurus sejajar hadap dengan wajahnya, jaraknya tak lebih dari lima belas senti.
“Kau menginginkanku?” tanyanya dengan desisan halus.
Bola mata Suzi bergilir kiri dan kanan, menguasai mata biru yang demi Tuhan membuat jantungnya benar-benar ingin meledak. “Ya.”
Satu detik setelah jawaban itu, Gun mendaratkan kecupannya kembali di bibir Suzi. Lebih bersemangat dari sebelumnya, ditambah Suzi membalas sangat terbuka. Itu artinya keadaan ini mereka rasa saling menguntungkan satu dan lainnya karena keinginan yang sama kuat.
Semakin dalam apa yang keduanya lakukan hingga rasanya terus menuntut. Tak peduli situasi dan kondisi yang serba terbatas dan sedikit mencekam, mereka hanya ingin ....
“NONA KIM SUZI!!”
“GUUUUNNN!!!”
“‼️”
“DAMN IT!”
•
•
•
“Terima kasih, Gun. Tidak salah aku memilihmu sebagai pengawal pribadi putriku. Kau sudah dengan baik melindunginya.” Ucapan Kim Suho sedalam hati.
Gun mengangguk singkat dan penuh hormat. “Sudah seharusnya, Ketua.”
Suho bernapas lega. “Kalau begitu kau boleh istirahat! Malam ini Won dan lainnya yang akan menggantikanmu menjaga Suzi.”
“Baik, Ketua.” Gun membungkuk sekilas memberi hormat. “Saya pamit istirahat.”
“Silakan. Nikmati waktumu dengan tenang. Semoga bermimpi indah.”
“Terima kasih.” Gun undur diri. Berjalan menuju kamarnya yang bernomor 173 di markas Phantom, ada di lantai tiga.
Sepanjang perjalanan dari penjemputan pasca tragedi, terus dia mengutuk dan mengumpat berbagai serapah terkait kegiatan manisnya dengan Suzi di bawah pohon, diganggu setan-setan peliharaan Suho.
“Sial! Burungku tak jadi makan!”
Naf5u sudah di puncak, apa daya, angin muson datang menerjang.
Beruntung saat itu gelap, senter Phantom belum sampai memergoki perbuatan nona mereka dan pengawal sinting itu memadu kasih, selain suara Jae Won yang menggelegar menembus langit.
Di kamar masing-masing saat ini, Gun dan Suzi sama-sama tak bisa memejamkan mata. Kenangan tadi rasanya begitu indah dan sulit dilupa. Terlebih Suzi, berulang gadis itu menyentuh bibir dan memeluk tubuhnya sendiri, mengenang setiap sentuhan Gun yang begitu manis dan memabukkan.
“Bagaimana aku bisa begitu tergila-gila?”
Cuitcuiwww!
Berbeda dengan Gun, pria itu sudah selesai dengan perkara bayangan cumbunya dengan Kim Suzi. Sekarang yang dia pikirkan adalah bagaimana bisa tiba-tiba ada ular di dalam mobil, dan rem-nya mendadak blong. Dia yakin kedua kejadian tersebut saling berhubungan erat.
Saat dalam perjalanan pulang, Jae Won sempat menyenggol secarik nama: 초승달 -- Choseungdal, atau Bulan Sabit, yaitu nama klan yang dicuriga sebagai dalang dari dua rencana pembunuhan ini. Namun itu belum bisa dipastikan secara kongkret kebenarannya.
“Archie! Aku harus menghubungi Archie!”
Seperti biasa Archie Less--manusia andalan Gun saat dalam kebingungan terkait misi atau beberapa masalah yang dihadapi.
Dia bangkit cepat menuju lemari di pojok ruang.
Laci yang terkunci dibuka cepat dan sesuatu diambilnya dari sana. Ada ponsel lain yang dia miliki selain ponsel yang ikut hangus terbakar bersama mobil Kim Suzi.
Itu ponsel misi yang diprogram khusus oleh Archie Less untuk dirinya.
“Ada apa?” Sahutan Archie cepat tanggap di line telepon.
Gun meredam suaranya sendiri lebih tertahan agar tak siapa pun bisa mendengar.
“Bantu aku cari tahu tentang Klan Bulan Sabit!”
Sedikit lama Archie menjawab, lalu malah bertanya, “Bulan Sabit? ... Apa itu nama bulan ketiga belas?”
“Aku serius, Sialan!” hardik Gun tak sabar. “Itu nama klan yang dicuriga Phantom. Klan itu hampir membunuhku dan Suzi sore tadi.”
“Apa?! ... Kau akan dibunuh?!” Archie berteriak terkejut.
“Lebih tepatnya mereka mengincar Suzi,” jelas Gun. “Sekarang jangan banyak bertanya, lakukan saja apa yang aku minta. Cari tahu sedetail mungkin.”
Archie membeliak. “Ya ya ya ... baik, Pangeran Lee yang tampan seperti kompan.”
Gun mendengus, panggilan dimatikan cepat tanpa menimpal lagi. “Sepertinya aku akan tertahan lama di sini,” gumamnya, yang dia maksud adalah sisi dirinya sebagai pengawal Kim Suzi yang kemarin berencana akan dia tinggalkan. “Aku tak bisa berhenti cepat seperti yang diminta Nam Cha dan Ryuji. Nyawa Suzi dalam bahaya.”
•
•
Esok paginya.
Gun dipanggil pagi-pagi sekali oleh Jae Won. Dia diajak sarapan bersama di sebuah ruangan yang sepertinya tidak dibebaskan untuk umum, maksudnya orang-orang Phantom di level rendah dan medium. Tapi mengingat itu ... memangnya Lee Gun sendiri ada di level apa?
“Selamat datang di Awan Ketujuh.”
Kim Suho menyambut dengan senyuman ramah dari kursinya, bahkan sampai berdiri. Di sampingnya ada Gil Yohan, asisten pribadi Suho. Berbeda dengan sang tuan, pria dengan kacamata bening itu terlihat dingin dan datar menanggapi kedatangan Gun, ada aura intimidasi yang sangat kuat.
Makanan sudah tertata rapi di atas meja.
“Terima kasih, Ketua.” Gun membalas hormat pada Suho sebagai pemimpin Phantom, bukan sebagai pemimpin negara.
“Silakan duduk!” Suho mengarahkan tangannya ke kursi di sebelah Jae Won.
Gun menurut dengan anggukan tipis. Sudah duduk, sekilas dia melirik Yohan, terhitung tiga kali dirinya bertemu si kacamata itu. “Sangat tidak bersahabat,” kicau hatinya--penilaian sementara ini.
Bergeser dari Gil Yohan, dia mengedar sekeliling ruangan dengan bola mata tanpa menggerakkan wajah.
Lumayan merasa takjub. Tersusun dari kaca-kaca tebal yang pintunya bisa terbuka hanya dengan sensor suara Suho melalui microphone kecil di hadapan pria tua itu.
Selain itu, satu hal lain lebih dulu diseret Gun ke dalam ingatan.
“Awan Ketujuh ... bukan di lantai puncak, tapi menukik ke bawah. Awan Ketujuh ada di ruang bawah tanah!”
Fakta pertama tentang Awan ketujuh. Itu artinya lantai ini sedikit dirahasiakan. Mengingat lantai ketujuh lain benar-benar ada di ketinggian mencakar awan, ruang penyimpanan senjata dan lain-lain.
Selama bergabung dengan Phantom, Gun sudah sering mendengar tentang Awan Ketujuh dari para anggota, lantai puncak yang hanya boleh dimasuki oleh para petinggi phantom, lainnya hanya diizinkan bermimpi.
Jadi apakah Gun sudah dianggap maskot penting oleh Phantom dan Kim Suho?
“Mari, nikmati sarapan kita dengan tenang tanpa gangguan.”
semoga diterima amal ibadahnya
diberi ketabahan buat keluarga yg ditinggalkan.
turut berdukacita thor /Pray//Pray//Pray/
sepertinya malah agen rahasia
lnjutkan
semoga keluarga kalian d berikan kesabaran yg luas
meski ikhlas tidaklah mudah
semangat Up
turut berdukacita thor... smogaauthor sekeluarga diberi ketabahan n kesabaran/Rose//Rose//Rose/
semangat/Determined//Determined//Determined/