NovelToon NovelToon
Jadi Selir Didunia Kolosal

Jadi Selir Didunia Kolosal

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Time Travel
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Vanilatin

Ji An Yi adalah seorang gadis biasa yang mendapati dirinya terjebak di dalam dunia kolosal sebagai seorang selir Raja Xiang Rong. Dunia yang penuh dengan intrik, kekuasaan, dan cinta ini memaksanya untuk menjalani misi tak terduga: mendapatkan Jantung Teratai, sebuah benda mistis yang dapat menyembuhkan penyakit mematikan sekaligus membuka jalan baginya kembali ke dunia nyata.

Namun, segalanya menjadi lebih rumit ketika Raja Xiang Rong-pria dingin yang membencinya-dan Xiang Wei, sang Putra Mahkota yang hangat dan penuh perhatian, mulai terlibat dalam perjalanan hidupnya. Di tengah strategi politik, pemberontakan di perbatasan, dan misteri kerajaan, Ji An terjebak di antara dua hati yang berseteru.

Akankah Ji An mampu mendapatkan Jantung Teratai tanpa terjebak lebih dalam dalam dunia penuh drama ini? Ataukah ia justru akan menemukan sesuatu yang lebih besar dari misi awalnya-cinta sejati yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanilatin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 21

Tubuh Ji An mulai sedikit membaik setelah beberapa kali meminum obat herbal pemberian Putra Mahkota Xiang Wei. Meski rasa sakit di dadanya belum sepenuhnya hilang, setidaknya kini ia memiliki cukup tenaga untuk melanjutkan misinya.

Pagi itu, Ji An kembali mencoba mengantarkan sarapan spesial untuk Raja Xiang Rong. Meskipun ancaman dari Permaisuri Yang Xi masih membayangi pikirannya, Ji An memilih untuk mengabaikannya. Baginya, misi yang harus ia selesaikan jauh lebih penting daripada rasa takut terhadap intimidasi.

Dengan hati-hati, Ji An membawa nampan berisi bubur hangat, teh, dan beberapa makanan pendamping ke ruang kerja Raja. Ia berharap kali ini bisa mendapatkan sedikit perhatian dari pria dingin itu.

Saat Ji An tiba di depan pintu ruang kerja Raja Xiang Rong, ia mengetuk pelan. Tidak ada jawaban. Ji An ragu sejenak, tetapi akhirnya memutuskan untuk masuk. Di dalam, Raja Xiang Rong tampak tenggelam dalam tumpukan dokumen, wajahnya serius seperti biasa.

“Yang Mulia,” ucap Ji An dengan suara lembut. “Hamba membawa sarapan untuk Anda.”

Xiang Rong melirik sekilas ke arahnya, lalu kembali menunduk membaca dokumen di tangannya. “Letakkan saja di meja,” jawabnya singkat tanpa mengalihkan perhatian sepenuhnya dari pekerjaannya.

Ji An meletakkan nampan dengan hati-hati di meja, lalu berdiri di dekatnya, mencoba mengumpulkan keberanian untuk berbicara lebih jauh.

“Yang Mulia, hamba mohon maaf jika selama ini kehadiran hamba mengganggu. Namun, hamba hanya ingin membantu meringankan beban Anda,” katanya dengan nada penuh ketulusan.

Raja Xiang Rong akhirnya meletakkan dokumen yang dipegangnya, lalu menatap Ji An dengan tatapan datar. “Jika kau benar-benar ingin membantu, berhentilah mengganggu rutinitasku. Kehadiranmu, meskipun dengan niat baik, sering kali tidak diperlukan.”

Perkataan itu seperti tusukan bagi Ji An, tetapi ia mencoba menahan diri. “Hamba mengerti, Yang Mulia,” jawabnya dengan suara pelan, lalu berbalik untuk pergi. Namun, langkahnya terhenti ketika Raja Xiang Rong berbicara lagi.

“Tunggu.”

Ji An menoleh, berharap ada perubahan dalam sikap Raja. Namun, ekspresi Xiang Rong tetap sulit ditebak. “Sarapan ini ...” Ia menunjuk nampan di atas meja. “Apa kau yang membuatnya sendiri?”

Ji An mengangguk pelan. “Ya, Yang Mulia.”

Xiang Rong menghela napas, lalu mengambil sendok dan mencicipi bubur yang telah disiapkan. Setelah beberapa saat, ia berbicara dengan nada lebih lembut dari biasanya. “Ini tidak buruk. Namun, jangan terlalu sering melakukan ini.”

Ji An hanya bisa mengangguk lagi, merasa sedikit lega bahwa usahanya tidak sepenuhnya sia-sia. Namun, sebelum ia keluar dari ruangan, sebuah pikiran melintas di benaknya: Mengapa Xiang Rong bersikap begitu dingin padaku, tetapi di balik semua itu, ada tatapan yang berbeda ketika ia memandangku?

Di luar ruang kerja, tanpa Ji An sadari, Permaisuri Yang Xi mengintai dari kejauhan. Melihat Ji An keluar dengan wajah penuh tekad, Yang Xi mengepalkan tangannya. Ia tidak akan membiarkan selir itu terus mendekati suaminya. Rencana jebakan yang ia susun akan segera dilaksanakan.

Di malam hari, Permaisuri Yang Xi memanggil salah satu pelayan kepercayaannya Xiao Mei ke kamarnya. Wajahnya penuh rencana licik.

"Xiao Mei, kau tahu apa yang harus kau lakukan besok pagi," ucap Yang Xi dengan nada rendah namun penuh tekanan.

"Ya, Yang Mulia. Saya akan memastikan semuanya berjalan sesuai keinginan Anda," jawab Xiao Mei sambil membungkuk hormat.

---

Keesokan paginya, Ji An sibuk mempersiapkan sarapan pagi untuk Raja Xiang Rong—rutinitas yang sudah menjadi bagian dari usahanya mendekati Sang Raja.

Di dapur, Ji An dengan cermat menyiapkan bubur favorit Raja, memastikan setiap bahan dipilih dengan hati-hati. Namun, tanpa disadari, seorang pelayan diam-diam mendekat. Pelayan itu adalah Xiao Mei, utusan rahasia Permaisuri Yang Xi. Dengan gerakan cepat dan terlatih, Xiao Mei mencampurkan bubuk herbal ke dalam masakan Ji An saat ia sedang membelakangi meja.

Setelah menyelesaikan masakannya, Ji An dengan tenang membawa nampan berisi sarapan ke ruang kerja Raja Xiang Rong, sama sekali tidak menyadari jebakan yang sedang disusun di belakangnya.

---

Di ruang kerja Raja Xiang Rong.

Ji An mengetuk pintu dengan lembut, lalu masuk setelah mendengar izin dari Raja. "Yang Mulia, hamba telah menyiapkan sarapan pagi untuk Anda," ucapnya dengan suara sopan.

Raja Xiang Rong meliriknya sekilas, masih dengan ekspresi datarnya. "Letakkan di meja," jawabnya tanpa banyak kata.

Ji An meletakkan nampan itu dengan hati-hati, lalu berdiri beberapa langkah dari meja, menunggu untuk memastikan semuanya sesuai harapan. Raja Xiang Rong, yang biasanya hanya mencicipi sedikit dari masakan Ji An, kali ini memakan beberapa suap lebih banyak. Namun, tidak lama setelah itu, ekspresi wajahnya berubah.

"Ji An Yi," panggilnya dengan nada tegas, membuat Ji An sedikit tegang.

"Ya, Yang Mulia? Apa ada yang salah dengan makanan ini?" tanyanya khawatir.

Raja Xiang Rong meletakkan sendoknya dengan pelan, tatapannya tajam ke arah Ji An. "Ada rasa aneh dalam bubur ini. Apa yang kau tambahkan?"

Ji An terkejut. "Hamba tidak menambahkan apa pun selain bahan yang biasa, Yang Mulia. Hamba tidak akan berani melakukan hal seperti itu!"

Sebelum Ji An bisa menjelaskan lebih jauh, pintu ruang kerja terbuka, dan Permaisuri Yang Xi masuk dengan wajah cemas yang dibuat-buat, diikuti oleh Xiao Mei.

"Apa yang terjadi di sini, Yang Mulia?" tanya Permaisuri Yang Xi dengan nada prihatin, matanya langsung tertuju pada Ji An. "Apakah makanan ini bermasalah?"

Raja Xiang Rong tidak langsung menjawab, tetapi tatapannya tetap pada Ji An. "Ada sesuatu yang tidak biasa. Rasanya... aneh."

Permaisuri Yang Xi melangkah mendekat. "Oh, suamiku, aku selalu khawatir tentang siapa yang kau percayai. Selir Ji An Yi ini, apakah mungkin ia punya niat tersembunyi?"

Ji An memutar tubuhnya untuk menghadapi Permaisuri. "Yang Mulia Permaisuri, hamba tidak akan pernah melakukan sesuatu yang membahayakan Raja! Hamba bersumpah!"

Namun, Xiao Mei melangkah maju, membawa sesuatu di tangannya. "Yang Mulia Permaisuri, saat saya memeriksa dapur pagi ini, saya menemukan ini," katanya, sambil menunjukkan sebuah kantong kecil berisi sisa bubuk herbal yang sebelumnya ia campurkan. "Saya curiga ini adalah racun."

Ji An merasa seluruh tubuhnya gemetar. "Itu bukan milik hamba! Hamba tidak pernah melihat benda itu sebelumnya!"

Permaisuri Yang Xi berpura-pura terkejut. "Bagaimana mungkin ini terjadi? Suamiku, kita harus menyelidiki ini lebih dalam. Jangan-jangan nyawamu dalam bahaya."

Raja Xiang Rong berdiri, matanya tidak lepas dari Ji An. Ia tampak memikirkan sesuatu. "Tabib istana, panggil dia sekarang," perintahnya.

---

Tabib istana datang untuk memeriksa makanan dan memeriksa kondisi Raja. Setelah memakan waktu cukup lama, tabib itu akhirnya memberikan laporannya.

"Yang Mulia, makanan ini mengandung zat herbal yang dapat menyebabkan rasa pusing dan kelemahan jika dikonsumsi dalam jumlah tertentu. Namun, ini bukan racun mematikan," jelasnya.

Ji An merasa lega mendengar bahwa Raja tidak dalam bahaya besar, tetapi tuduhan terhadap dirinya masih menggantung di udara.

Raja Xiang Rong menatap Ji An dengan dingin. "Ji An Yi, bagaimana kau menjelaskan ini?"

Ji An membungkuk dalam-dalam. "Yang Mulia, hamba tidak tahu bagaimana zat itu bisa masuk ke dalam makanan. Hamba bersumpah bahwa hamba tidak bersalah!"

Namun, Permaisuri Yang Xi tidak akan membiarkan kesempatan ini berlalu begitu saja. "Suamiku, untuk keselamatanmu, sebaiknya Ji An Yi tidak lagi diizinkan menyiapkan makananmu. Ini bukan pertama kalinya ada masalah dengan apa yang ia buat."

Xiang Rong mengerutkan kening, tetapi tidak segera menjawab. Situasi ini menjadi semakin rumit, dan ia tidak tahu apakah ia harus mempercayai Ji An atau mendengarkan istrinya.

Di dalam hati Ji An, ia tahu bahwa ini adalah permainan kotor Permaisuri Yang Xi. Tetapi bagaimana ia bisa membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah?

Raja Xiang Rong menatap Ji An dengan sorot mata yang sulit ditebak. Ada rasa penasaran, kecurigaan, dan sedikit kebimbangan. Kenangan tentang insiden di perjamuan istana Kaisar masih segar di benaknya, membuatnya sulit untuk sepenuhnya mempercayai Ji An. Namun, di sisi lain, ia merasa ada sesuatu yang tidak sesuai dalam situasi ini.

“Jika bukan kau, lalu siapa yang melakukannya?” tanya Xiang Rong, suaranya datar namun penuh tekanan. “Apa kau punya bukti untuk membela dirimu?”

Ji An menunduk sejenak, mengumpulkan keberanian sebelum menjawab, “Hamba tidak memiliki bukti saat ini, Yang Mulia, tetapi hamba yakin ini adalah perbuatan seseorang yang ingin menjebak hamba. Mohon beri hamba waktu untuk membuktikan kebenaran.”

Xiang Rong mendekati Ji An perlahan, menatapnya lebih dalam. “Waktu? Kau tahu, kepercayaan itu tidak diberikan secara cuma-cuma. Dan kau sudah kehilangan itu sejak lama.”

Ji An merasa hatinya seperti ditusuk mendengar ucapan itu, namun ia menolak untuk menyerah. “Hamba akan membuktikan bahwa hamba tidak bersalah, bahkan jika Yang Mulia tidak percaya pada hamba. Hamba mohon, izinkan hamba menyelidiki ini.”

Xiang Rong menghela napas panjang. Ia merasa sulit untuk membaca niat Ji An kali ini, tetapi ada sesuatu dalam nada suara wanita itu yang terdengar tulus. “Baiklah. Aku akan memberimu waktu, tetapi ingat, jika ini terbukti ulahmu, kau akan menghadapi hukuman yang setimpal.”

Ji An membungkuk dengan penuh rasa hormat. “Terima kasih, Yang Mulia.”

terimakasih sudah membaca cerita author...

tolong tinggalkan jejakkk kaliannn.....

1
Hana Agustina
ku tinggalin jejak yaaa Thor
_arruaa
mant
Shion Fujino
Terus berinovasi ya author, semoga sukses dengan ceritanya!
~abril(。・ω・。)ノ♡
Gak bisa berhenti baca
khun :3
Dari awal sampai akhir, cerita ini membuatku terkesima. Bagus banget thor 👌
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!