seorang wanita cantik yang bertemu dengan Laki-Laki tampan membuat diri nya jatuh hati, Namun sangat di sayangkan mereka memiliki perbedaan yang sulit untuk mereka bersatu selama nya. apakah cinta mereka akan bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fallenzio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 15
"Kamu, punya masalah apa dengan Mama Eva?" tanya manajer, saat Nabillah dipanggil ke ruangan.
Tadi saat Nabillah baru saja sampai di tempat kerja nya Nabillah langsung di panggil oleh manager nya untuk ke ruangannya.
Dan Nabillah terkejut, alisnya berkerut bingung mendengar pertanyaan itu.
"Saya tidak ada masalah apa-apa dengan beliau, Bu. Memangnya kenapa?" jawab Nabillah dengan jujur.
"Beberapa orang bilang kalau sikapmu akhir-akhir ini membuat mereka merasa tidak nyaman. Kenapa kamu berubah, Bill? Kinerjamu juga menurun," jawab sang manajer.
Nabillah memejamkan matanya sebentar, mencoba mencerna apa yang baru saja dikatakan oleh sang manajer.
"Saya mohon, Bill, tolong lebih fokus lagi dalam bekerja. Jangan sampai hanya karena satu masalah pribadi kamu jadi berubah seperti ini," tambah sang manajer.
"Bu, jujur saya tidak paham apa yang Ibu maksud, tapi kalau memang kinerja saya kurang baik, saya minta maaf. Sekarang, saya permisi, Bu," jawab Nabillah, kemudian pergi meninggalkan sang manajer yang menghela napasnya.
Setelah keluar, Nabillah masuk ke ruangannya dan mulai melamun. Ia memikirkan kejadian tadi. Bukan masalah sopan atau tidak, tetapi Nabillah merasa muak karena hubungan pribadinya dengan Delvin jadi bahan pembicaraan orang lain. Ia paham betul kalau Eva dan Aini itu tidak suka dengan hubungan Ia dengan Delvin.
TOK... TOK... TOK
Suara ketukan pintu membuat Nabillah tersadar dari lamunannya. Ia langsung membuka pintu dan tersenyum begitu melihat siapa yang datang.
"Mama Ey, Mama Erlita, dan Bang Andika, silakan masuk," ucap Nabillah yang mempersilahkan untuk masuk.
Mereka masuk dan duduk di sofa, sementara Nabillah menyapa mereka dengan ramah.
"Ada perlu apa, Mah?" tanya Nabillah, sambil tersenyum.
Mereka pun tersenyum kembali, lalu memberikan dua tote bag yang berisi makanan dan minuman berwarna kuning dan merah muda.
"Ini untuk staf di sini, dan yang ini untuk kamu dari Delvin," ucap Mama Ey sambil menunjukkan tote bag merah muda.
Nabillah melirik tote bag yang diberikan untuknya dan tersenyum.
"Wah, ada acara apa nih, Mah?" tanya Nabillah, penasaran.
"Ini sebagai ucapan terima kasih, karena berkat terapi di sini, Mama sama Erlita banyak sekali perubahan," jawab Mama Ey.
"Alhamdulillah, Mah. Oh iya, Kak Delvin nggak ikut terapi?" tanya Nabillah.
"Delvin lagi kerja. Mama ke sini bareng Abang-nya Delvin. Dia nunggu di luar," jawab Mama Ey.
Nabillah mengangguk mengerti, sebenarnya ia sudah tahu, hanya basa-basi saja.
"Yasudah, Mama ke sini cuma untuk mengantar ini saja. Maaf kalau mengganggu," ucap Mama Ey.
"Oh, tidak kok, Mah. Tadi Nabillah juga lagi nggak ngapa-ngapain," jawab Nabillah, ramah.
Mereka pun akhirnya meninggalkan ruangan, diikuti Nabillah yang membawa tote bag kuning untuk staf. Saat melewati ruang presentasi, Nabillah tidak sengaja melihat Aini yang sedang bersandar di pintu.
Nabillah tersenyum, namun senyumnya tidak dibalas oleh Aini, Begitu Nabillah lewat, Aini tiba-tiba mencegatnya dengan memegang tangan Nabillah.
Nabillah berhenti dan menoleh ke arah Aini, yang menatapnya dengan ekspresi yang kurang suka.
"Bill, jawab yang jujur, kamu udah nggak suka sama Reza?" tanya Aini langsung ke intinya.
"Nggak," jawab Nabillah singkat.
"Kenapa bisa secepat itu?" tanya Aini lagi, terlihat penasaran.
Nabillah melirik sekilas ke arah Aini, kemudian melepaskan genggaman tangan Aini dari tangannya.
"Coba tanya aja ke Reza, gimana aku bisa melupakan dia secepat ini. Aku permisi," jawab Nabillah, lalu meninggalkan Aini yang masih terdiam mendengar jawaban tersebut.
Flashback...
Sebulan yang lalu, Nabillah sedang bercanda dengan teman-temannya di sebuah kafe terkenal. Saat sedang asyik bercanda, tiba-tiba ada seseorang yang ingin kenalan dengan Nabillah. Nabillah, yang memang tipe orang yang friendly, menerima ajakan itu.
"Reza, salam kenalnya, cantik," ucap laki-laki itu.
"Nabillah," jawab Nabillah.
Setelah mereka berkenalan, mereka menjadi sangat dekat. Nabillah kaget mengetahui bahwa Reza adalah saudara dari Eva dan Aini. Ia mengetahui hal itu karena Eva dan Aini memberitahunya bahwa mereka memiliki saudara laki-laki, dan mereka menunjukkan foto Reza.
Begitu Nabillah memberi tahu bahwa ia sedang dekat dengan Reza, Eva dan Aini langsung menjodohkan mereka. Namun, tanpa diduga, hubungan mereka kandas saat Reza pindah ke Medan. Sikap Reza mendadak berubah.
"Kamu kenapa? Kenapa sikapmu berubah sama aku, Za?" tanya Nabillah.
"Aku nggak apa-apa. Lebih baik kamu cari yang lain aja," jawab Reza dari seberang telepon.
Setelah itu, Reza langsung mematikan sambungan teleponnya, meninggalkan Nabillah bingung. Sejak kejadian itu, mereka menjadi asing dan bahkan lost kontak.
Nabillah bisa move on dengan cepat karena ia dan Reza tidak pernah menjalin hubungan yang jelas. Reza tidak pernah memberikan kepastian, dan Nabillah tidak ingin menggantungkan harapan pada seseorang yang tidak bisa memberinya kejelasan.
Bukan Nabillah yang duluan tertarik, tetapi Reza yang mendekatinya. Namun, ketika Nabillah mulai merasa nyaman, Reza malah menyakiti hatinya.
Namun, saat Nabillah ingin menutup hatinya, datanglah seorang lelaki yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Lelaki itu adalah Delvin.
Flashback...
Jujur, Nabillah bingung dengan situasi ini. Ia baru saja memulai hubungan baru, tetapi kenapa orang-orang pada tidak suka? Apa karena ia dan Delvin berbeda agama? Tapi, bukankah itu urusan mereka berdua?
Makanya, Nabillah tidak ingin semua orang tahu tentang hubungan ini, karena ia sudah bisa menebak kemana arah pembicaraan orang-orang. Ia merasa pusing memikirkannya.
Setelah mengantarkan tote bag pemberian Mama Ey, Nabillah langsung menuju ke ruangannya, mencoba menetralkan suasana hatinya.
Melirik jam di pergelangan tangannya, Nabillah melangkah keluar ruangan. Saat melintas, ia melihat seseorang yang mirip dengan Delvin, duduk di depan.
"Mirip sekali dengan Kak Delvin," gumam Nabillah dalam hati, saat melihat abang Delvin.
Laki-laki itu tersenyum dan Nabillah membalas senyumannya. Nabillah pun melanjutkan langkahnya menuju ruang terapi.
Ia merapikan penampilannya dan menetralkan mood agar bisa bekerja dengan baik hari itu.
"Semangat, Bill," ucap Pita sambil menepuk pundak Nabillah.
Pita tahu kalau mood Nabillah sedang tidak bagus. Nabillah tersenyum dan kembali mengucapkan semangat untuk Pita dan staff lainnya.
Hari itu, Nabillah bekerja seperti biasa, melayani klien-klien dengan baik meskipun mood-nya sedang tidak stabil. Ia berusaha untuk tidak terlalu memikirkan masalah ini. Memang, terkadang hidup tidak selalu dalam kondisi yang baik-baik saja. Namun, bagi yang pernah melewati cobaan dan berhasil menghadapinya, apapun yang terjadi akan terasa lebih mudah untuk dihadapi.
TBC...